Asyari Usman: Bukan Radikalisme, Hanya Keresahan Mereka Saja

Ridhmedia
29/10/19, 08:23 WIB

[RIDHMEDIA]  Dalam 20 tahun terakhir ini, umat Islam leluasa menjalankan dakwah. Di mana saja, di semua tingkat. Setelah puluhan tahun dikekang serta ditindas oleh penguasa. Dakwah itu kini membuahkan hasil positif. Ketakwaan umat secara umum terlihat meningkat. Kasat mata menyaksikan itu.

Tanda-tandanya antara lain ialah makin banyak wanita yang mengenakan busana muslimah. Umat makin mengerti serta percaya diri. Di kampus-kampus. Di tempat-tempat kerja, baik di lingkungan kantor pemerintahan maupun di lingkungan pabrik-pabrik.

Ahamduillahnya, gairah keislaman tidak lagi terbatas di lingkaran yang dulu boleh disebut tidak berkelas. Islam kini dipahami, dihayati, serta dilaksanakan semaksimal bisa menjadi oleh kelas menengah. Kelas terdidik. Educated.

Begitulah pertumbuhan dakwah yang dijalankan dengan damai oleh para ulama, kiyai, ustad, dll. Berhasil menjangkau lapisan luas masyarakat. Dan disambut dengan tangan terbuka. Dulu, orang-orang yang bermukim di kawasan elit kota-kota besar enggan memakai jilbab. Takut dikatakan terbelakang Kalau mengenakan busana muslimah. Sekarang, semua itu sirna dimakan oleh pengetahuan mereka tentang Islam.

Dulu, orang Islam ragu-ragu menampilkan keislamannya. Sekarang, semua itu hilang. Umat dari segala lapisan serta kelas memberikan perhatian besar terhadap dakwah. Umat makin mengerti kalau tujuan hidup mereka ialah akhirat yang terbaik.

Itulah buah dakwah yang mulai meresahkan banyak pihak. Resah karna tiba-tiba hari ini di mana-mana perempuan Islam rata-rata memakai busanana muslimah. Menutup aurat. Majelis ilmu agama tumbuh bak jamur di tanah lembab.

Pertumbuhan dakwah itu juga ditandai oleh kehadiran rumah ibadah, yaitu masjid serta musholla, di kantor-kantor serta tempat-tempat komersial seperti mal, plaza, pasar, dlsb. Bahkan sampai ke sekolah-sekolah. Rata-rata sekolah mempunyai masjid atau surau. Sholat serta sarananya menjadi kebutuhan mutlak.

Ini yang membuat kaum liberal meradang. Mereka panik melihat makin banyak kaum muda yang lebih tertarik kepada ketakwaan Dibanding kesesatan. Di banyak perguruan tinggi negeri, juga swasta, boleh dikatakan hampir 100 persen mahasiswa serta dosen Islam berpakaian muslimah. Akibatnya, mereka gelisah melihat kampus-kampus yang mahasiswanya ikut pengajian serta majelis ta’lim. Ada masjid kampus. Azan bersahut-sahutan.

Salah seorang Youtuber sesat, namanya DS, termasuk yang gelisah melihat kampus-kampus yang makin solid dengan suasana Islami. Dalam satu kampanye video, DS menuduh mereka tercuci otak, terpapar radikalisme, dll. dia tuduh para mahasiswa yang makin takwa itu selaku pendukung khilafah. Garis keras, intoleran, dsb

Umat Islam tampkanya kembali dijadikan bulan-bulanan. Label radikalisme dikampanyekan oleh orang-orang yang anti-Islam. Baik oleh mereka yang Islam maupun yang bukan Islam.

Para penguasa ikut termakan. Presiden Jokowi sendiri juga yakin umat Islam sekarang menjadi radikal. Salah satu fokus kerja Jokowi ialah proyek deradikalisasi. Padahal, umat cuma menjalankan syariat agama mereka. Secara damai serta tidak mengganggu siapa pun.

Tapi, kenapa begitu gencar kampanye radikalisme?

Ada beberapa penjelasan. Pertama, sejak 20 tahun terakhir ini umat Islam dari semua lapisan serta di segenap pelosok negeri bisa bersatu dalam dakwah. Bersatu dalam Islam garis lurus. Ini yang membuat para pembenci Islam yang mempunyai kekuatan uang tidak terbatas, berusaha menggunakan para penguasa buat menindas pertumbuhan dakwah. Salah satu caranya ialah memunculkan isu radikalisme. Terminologi ini sangat ampuh buat menakut-nakuti umat.

Kedua, ada kekuatan luar yang juga merasa resah melihat umat yang makin solid dalam dakwah. Islam garis lurus yang tersambung begitu kukuh membuat kekuatan luar merasa terhalang buat masuk. Mereka menjadi frustrasi. Umat garis lurus bakal membendung mereka. Kekuatan luar yang mau masuk ke sini, pasti merasa tidak cocok dengan umat yang menunjukkan sauasana islami.

Ketiga, bisa menjadi juga sejumlah pemegang kuasa tertentu sengaja memelihara isu radikalisme karna mereka bisa menjual itu buat mendapatkan duit besar. Ini sangat berbahaya. Sebab, para penguasa yang memelihara isu radikalisme itu bisa memainkannya secara terukur serta terkendali. Mereka itu sangat ceroboh. Permainan ini cuma mengorbankan umat. Umat Islam menjadi tertuduh terus.

Jadi, yang sesungguhnya berlangsung bukanlah keberadaan radikalisme. Yang ada hanyalah suasana islami umat garis lurus yang sama sekali tidak mengancam siapa pun. Cuma memang menyulut keresahan sejumlah pihak. Yaitu, mereka yang tidak rela umat ini bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’aala.

Padahal, umat Islam yang mempunyai ketakwaan dipastikan bakal bermentalitas Pancasila.

Penulis: Asyari Usman
Komentar

Tampilkan

Terkini