RIDHMEDIA - Belakangan hubungan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan serta Partai Gerindra semakin akrab. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan melihat keakraban PDIP dengan Gerindra merupakan sinyal politik buat Pemilihan Presiden 2024.
Namun ada yang menyebut keakraban kedua partai itu bakal memuluskan pasangan Prabowo Subianto dengan Puan Maharani maju pada Pilpres 2024 mendatang. Kemesraan kedua partai itu juga dinilai terkait Pilkada serentak 2020.
"Kita lihat sudah akrab PDIP dengan Gerinda ya, apalagi NasDem mau silaturahim dengan PKS, itu tanda-tanda tuh," kata Zulkifli Hasan di sela kegiatan diskusi bertajuk "Rekonsiliasi Nasional: Apa, Untuk Apa, serta Bagaimana" di Jakarta, Rabu (30/10/2019).
Bisa Terjadi
Pengamat politik dari Lembaga Kajian serta Analisa Sosial (LeKAS) Karnali Faisal mengatakan, koalisi antarpartai tidak bisa dikatakan permanen, apalagi buat Pilpres 2024 yang masih lima tahun lagi. Oleh karna itu tidak ada yang tidak bisa terkait dengan berkoalisinya Gerindra-PDIP. Karena semua bisa Saja terjadi. Persoalannya tinggal kembali kepada terakomodirnya kepentingan masing-masing di dalam koalisi. Siapa dapat apa serta apa yang bisa diberikan.
Menurutnya, dalam jangka pendek, hubungan mesra PDIP-Gerindra cuma bisa dibaca dari kepentingan politik sesaat seperti perhelatan Pilkada yang bakal dilaksanakan serentak tahun 2020. “
Kemenangan para calon kepala daerah strategis bagi partai karna bakal menjadi gambaran dalam 5 tahun mendatang," ujar Karnali kepada Harian Terbit, Kamis (31/10/2019).
Menurut Karnali, koalisi antarpartai tidak bisa dikatakan permanen, apalagi buat pilpres yang masih lima tahun lagi. Oleh karna itu tidak ada yang tidak bisa terkait dengan berkoalisinya Gerindra-PDIP. Karena semua bisa Saja terjadi. Persoalannya tinggal kembali kepada terakomodirnya kepentingan masing-masing di dalam koalisi. Siapa dapat apa serta apa yang bisa diberikan.
"Puan, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo atau siapapun boleh menjadi RI 1 bisa dicalonkan selaku RI 1. Tapi di tengah rakyat yang semakin cerdas, pilihan bakal tetap jatuh pada sosok yang dianggap punya kompetensi," jelasnya.
Partai-partai politik, sambung Karnali, cuma berhak mencalonkan sosok-sosok tersebut menjadi RI 1 serta RI 2, tapi rakyat yang memiliki hak menentukan siapa dari sosok tersebut yang bisa dipilih. kalau Puan hendak menjadi RI 1 maka ia perlu turun ke bawah, mendengarkan suara rakyat. Ujian awal Puan bisa dimulai sekarang ini dikala pemerintah menaikkan iuran BPJS.
Berpeluang
Sementara itu, Koordinator Perhimpunan Masyarakat Madani (PRIMA) Sya'roni mengatakan,kemesraan PDIP-Gerindra dikala ini belum tentu buat menyongsong 2024. Waktunya terlalu jauh. Padahal dalam politik detik-detik akhir itulah yang sering menentukan. Kasus ditetapkannya KH Ma'ruf Amin serta Sandiaga Uno selaku Cawapres dalam Pilpres 2019 ialah hal yang tidak terduga sebelumnya.
"Keduanya tidak masuk dalam radar lembaga survei. Tapi faktanya nama keduanya mampu muncul di akhir keputusan kandidat cawapres. Bahkan nama KH. Ma'ruf Amin muncul jelang detik-detik akhir," ujar Sya'roni.
Oleh karna itu, sambung Sya'roni, kedekatan PDIP-Gerindra terlalu prematur jika dilihat selaku skenario 2024. Kedekatan keduanya dikala ini lebih tepat dibaca selaku upaya rekonsiliasi nasional. Pilpres 2019 memunculkan persaingan yang sangat sengit yang berdampak keterbelahan rakyat. PDIP-Gerindra selaku kompetitor utama hendak menunjukkan ke publik kalau kompetisi Sudah usai. Saatnya bersatu membangun bangsa serta negara.
"Siapa pun bisa berpeluang menjadi RI 1 atau RI 2. Keputusannya tinggal nanti menunggu peta konfigurasi politik jelang Pilpres 2024," tandasnya
Jangan Baper
Zulkifli masih bungkam dikala ditanya arah politik PAN buat pesta demokrasi Pilpres 2024, apakah memilih salah satu poros atau mulai menjalin komunikasi dengan salah satu parpol pemenang Pemilu 2019. "Udah itu aja dulu," kata ia singkat.
Kemudian, buat Pemilu Presiden di 2024, Zulkifli Hasan mengajak masyarakat tidak larut masuk dalam pertarungan politik serta akhirnya terbelah menjadi kubu-kubu. "Jangan baper (bawa perasaan), karna politik itu cepat berubah," ucapnya.
Perubahan peta politik tersebut lumrah terjadi karna politik menjadi sarana buat mencapai tujuan, tentu semuanya dipertimbangkan sesuai dengan kepentingan masing-masing partai politik.
Oleh karna itu masyarakat tidak perlu menyikapi politik sampai menyertakan sisi emosi, dikala pemilu selesai seharusnya semuanya ikut selesai serta masyarakat kembali bersatu membangun bangsa.
"Saya berkata dukung Saja pemerintah. Semua sudah dilalui, Pilpres sudah, MK sudah. Sekarang mari kita dukung buat bekerja, tapi kalau nanti ada yang tidak pas, barulah kita kritik kasih masukan," ujarnya. [ht]