[RIDHMEDIA] ADB [Asian Development Bank] bersama International Food Policy Research Institute (IFPRI) serta didukung Kementerian Bappenas mengeluarkan sebuah publikasi berjudul ‘Policies to Support Investment Requirements of Indonesia’s Food and Agriculture Development During 2020-2045’.
Dalam riset tersebut terungkap pada era 2016-2018 ternyata sebanyak 22 juta orang di Indonesia menderita kelaparan kronis.
Dalam executive summarynya, riset tersebut mengawalinya dengan catatan baik. Sektor pertanian telah berkembang cukup signifikan di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir.
Namun, riset tersebut juga memberikan catatan. Sejumlah besar orang masih terlibat dalam pertanian tradisional, terperangkap dalam kegiatan yang dibayar rendah serta kurang produktif.
“Banyak dari mereka tak mendapatkan makanan yang cukup serta anak-anak mereka cenderung stunting, membuat mereka dalam lingkaran setan kemiskinan selama beberapa generasi. Pada 2016-2018, sekitar 22,0 juta orang di Indonesia masih menderita kelaparan,” jelas laporan tersebut.
Dari sisi ketahanan pangan, akses tak merata terjadi di Indonesia. Dan kerawanan pangan tetap menjadi masalah.
Indonesia menempati urutan ke-65 di antara 113 negara dalam Indeks Keamanan Pangan Global (GFSI) yang diterbitkan oleh EIU [Economist Intelligence Unit].
Peringkat tersebut paling buncit di antara kawasan regional seperti Singapura (peringkat 1), Malaysia (peringkat 40), Thailand (peringkat 54), serta Vietnam (peringkat 62).
“Akses buat mendapatkan makanan di Indonesia cukup rendah,” tulis laporan tersebut lagi.
Solusi
ADB mencermati, realokasi subsidi pupuk serta kebijakan peningkatanan investasi pemerintah dalam penelitian pertanian, infrastruktur pedesaan, serta irigasi dapat menghapus kelaparan di Indonesia pada 2034.
Laporan ini merekomendasikan perubahan strategis dalam investasi pemerintah, perubahan regulasi serta penyuluhan pertanian buat meningkatkan kinerja ekonomi Indonesia, disamping buat meningkatkan ketahanan pangan serta menghapus kelaparan.
“Menghapus kelaparan di Indonesia memerlukan peningkatan investasi di sektor pertanian serta pedesaan buat memacu produktivitas, modernisasi sistem pangan serta meningkatkan efisiensi pasar pangan,” kata Mark W. Rosegrant, Peneliti Senior di International Food Policy Research Institute (IFPR) serta Ketua Tim Peneliti pada Laporan ADB tentang Peningkatan Investasi buat Ketahanan Pangan.
“Untuk menghapus kelaparan di Indonesia kita perlu menargetkan investasi pada bidang-bidang yang mampu berkontribusi pada pembangunan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat, merealokasi anggaran serta subsidi yang Telah terbukti kurang efektif,” kata Bustanul Arifin, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung.
Realokasi subsidi pupuk buat investasi pertanian, termasuk R&D pertanian bakal meningkatkan produktivitas pertanian, pembangunan ekonomi nasional (PDB) serta mengurangi kelaparan. tidak hanya menghapus kelaparan, beberapa skenario investasi pertanian bahkan dapat meningkatkan kinerja perekonomian. Skenario investasi komprehensif tersebut diproyeksikan bakal menghasilkan tambahan manfaat ekonomi (economic benefits) sebesar Rp 1.834 triliun pada tahun 2045, atau sekitar US$ 129 miliar dengan kurs nilai tukar ketika ini.
Laporan tentang Indonesia tersebut mencakup beberapa rekomendasi kebijakan:
• Pengeluaran buat R&D pertanian, khususnya pemuliaan tanaman serta ternak, perlu ditingkatkan secara signifikan;
• Investasi infrastruktur, termasuk jalan desa, listrik, menara telepon BTS, pasar, rantai berpendingin, serta fasilitas pengolahan produk lain, perlu ditingkatkan dengan skema kemitraan dengan pihak swasta;
• Peningkatan investasi, perluasan jaringan irigasi, rehabilitasi sistem irigasi yang ada, perlu dilakukan dengan cermat serta hati-hati dengan pertimbangan efektivitas biaya.
• Penyuluhan, pelatihan serta pendidikan pertanian perlu ditingkatkan buat memperluas adopsi teknologi pertanian, baik teknologi konvensional, maupun teknologi maju seperti pertanian presisi.
• Reformasi hukum serta peraturan perlu dilakukan dengan seksama buat mengurangi mermacam hambatan dalam adopsi teknologi baru, varietas unggul baru serta teknologi pertanian lainnya.
• Subsidi pupuk perlu dikurangi secara bertahap serta dihapus, buat dialokasikan pada perbaikan R&D pertanian serta bantuan langsung pada petani kecil buat meningkatkan penghasilannya.
Penelitian tentang Peningkatan Investasi Pertanian buat Ketahanan Pangan ini dilakukan oleh IFPRI bekerja sama dengan ADB, menggunakan Model yang dikembangkan IFPRI buat Analisis Kebijakan Komoditas serta Perdagangan Pertanian (IMPACT), yang dikaitkan dengan model keseimbangan umum biasa buat menghitung dampak perubahan iklim serta peningkatan investasi pada sektor pertanian serta sektor-sektor ekonomi lainnya secara luas.
Sumber: CNBCIndonesia