RIDHMEDIA - Politisi Partai Demokrat Andi Arief mengaku heran dengan isu radikalisme yang dihembuskan di Indonesia. Pasalnya, radikalisme dengan radikalisme agama kerap dicampuradukkan.
Pertama, soal sikap ormas Islam Nahdlatul Ulama (NU) yang kerap berseberangan dengan Front Pembela Islam (FPI) terkait radikalisme. Pada pilpres lalu, NU bereaksi keras terhadap FPI, tetapi sekarang justru mengungkap kesamaan.
Selanjutnya, Presiden Joko Widodo yang beberapa tahun belakangan bereaksi keras terhadap kelompok radikal kerap mengatasnamakan agama, tetapi justru berbeda dikala ini dengan menyebut kelompok itu manipulator agama.
Atas dasar itu, Andi mempertanyakan hal tersebut dengan mempertanyakan dimana kelompok pecinta mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
"Dua tahun terakhir FPI serta kubu Islam disebut radikalis. Baru saja, NU menyebut FPI selaras soal visi keadilan. Lalu Presiden Jokowi bilang tidak ada radikalis, yang ada manipulator agama. Persoalannya, apa hubungan klaim Pancasila serta manipulator agama, lalu dimana Ahokers?" kata Andi Arief melalui akun Twitter pribadinya, Jumat (1/11).
Seperti diketahui, pendukung Ahok yang sering disebut Ahokers paling depan menolak radikalisme di tanah air.
Lalu, dikala NU serta FPI Telah satu paham, serta Jokowi Telah mengimbau istilah radikalisme diganti dengan manipulator agama, dimana posisi Ahokers sekarang. (Rmol)