Bmkg Kirim Tim Cari 'Black Hole' Di Samudera Indonesia

Ridhmedia
12/11/19, 04:59 WIB

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengirim tim ekspedisi ke Samudera Hindia atau Samudera Indonesia. Tim ekspedisi Indonesia PRIMA ((Indonesia Program Initiative on Maritime Observation and Analysis) ini dikirim buat menggambarkan profil kedalaman kondisi laut dan profil vertikal atmosfer secara bersamaan.

Ekspedisi ini menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati tim ini bakal menguak teka teki bawah laut yang belum terungkap. Dia mengistilahkan teka teki ini sebagai black hole. Namun, istilah ini berbeda dengan istilah lubang hitam di ruang angkasa.

"Agar tim ekspedisi dapat menguak blackhole atau banyak teka teki di samudera kita yang ada di Indonesia," kata Dwi di Gedung BMKG, Jakarta, Senin (11/11). "Black hole hanya kiasan yang artinya teka teki yang belum terkuak karna kurangnya titik-titik observasi di Perairan Nusantara dan Samudera Hindia," tuturnya ketika dihubungi terpisah oleh CNNIndonesia.


Program ekspedisi tersebut adalah kerja sama tahun jamak selama lima tahun antara BMKG dengan Lembaga Nasional Kelautan dan Keatmosferan Amerika Serikat (NOAA). Menurut Dwi ekspedisi ini diperlukan karna ketika ini perairan nusantara dan Samudera Hindia masih belum terjamah.

Selain buat menguak teka teki samudera, ekspedisi ini juga dilakukan agar lebih memahami interaksi laut dan udara. Peneliti ikut membawa alat menyertakan multibeam echosounder (MBS). Alat ini digunakan buat melihat profil batimetri atau kedalaman laut di wilayah penelitian di Samudera Hindia dan sekitar Benua Asia.

Menurut dia, dari sejumlah ekspedisi di lautan perlahan mulai terkuak hal-hal dalam kemaritiman nasional melalui ekspedisi Indonesia PRIMA.

Indonesia PRIMA tahun ini bakal diselenggarakan pada 12 November-10 Desember 2019 dengan tema "Observasi buat Memahami Kompleksitas Samudera yang Terus Berubah".

Kegiatan juga ditujukan sebagai upaya merawat, menambah dan memperbaharui buoy/mooring laut ATLAS. Buoy biasa dipakai buat alat deteksi tsunami dan deteksi bermacam parameter terkait cuaca.

Ekspedisi tersebut juga menggandeng BPPT sehingga ekspedisi menggunakan Kapal Baruna Jaya I dengan berawak dua ahli kelautan NOAA, 12 peneliti BMKG, tiga akademisi dan empat peneliti BPPT. [cnnindonesia]
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+