Peta Perang Baru

Ridhmedia
01/11/19, 08:29 WIB

OLEH: ZENG WEI JIAN

SURYA Paloh pelukan dengan Sohibul Imam. Klir. Peta berubah. Ngga ada lagi partai pro penista agama. Semua teman.

Dua partai bicara soal takdir sosiologis. Whatever that means. Mereka bertekad kerjasama. Semoga keduanya sehat sampai tahun 2024.

Surya Paloh pemain lama. Lincah. Lihay. Licin bagai belut. Manuvernya canggih. Satu kaki di pemerintah, tapi bisa rangkul oposisi. Snake in the grass. Musuh dalam selimut.

Ada yang menilai Nasdem mau memimpin oposisi. Merangkul barisan sakit hati; PKS-PAN-PD.

Persiapan take over 2024 Telah dilakukan sekarang. Jagoannya Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Kofifah serta AHY.

Pasang terkuat serta pewaris ideologis NKRI Merah-Putih yakni Prabowo-Puan. Kepada mereka, para patriot serta founding fathers bisa percaya Indonesia tidak bakal ditarik ke kanan menjadi negara agama khilafah serta ditarik ke kiri menjadi imperium komunis seperti North Korea.

Indonesia bakal tetap di tengah. Merah-Putih. Pancasila serta UUD 45. Sebagai negara mayoritas Islam yang menjadi rahmat bagi alam semesta.

Rezim Jokowi selaku fasilitator yang adil. Membiarkan dua kekuatan bertarung demi masa depan Indonesia.

Peta duel ini yang berlaku sekarang. Lupakan Cebong-Kampret. It's over. Bukan relevan. Bukan perlu lagi bully Jokowi. Peran historisnya sekarang menjadi wasit serta fasilitator dua kekuatan penentu masa depan Republik Indonesia.

Rakyat, netizen, aktivis, buzzer serta keyboard warrior perlu bertarung dalam format serta konteks ini.

aku berharap Presiden Jokowi bisa menjadi wasit yang fair serta tegas. Bukan boleh ada orang yang bertarung di luar pakem serta agaist rule of the game.

Paling baik Jokowi berpihak pada Merah-Putih serta Negara Pancasila. Gunakan semua resource serta otoritas buat menjamin Indonesia tetap Merah-Putih. Sehingga transisi smooth. Rakyat bisa sejahtera.

Penulis merupakan aktivis Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak).(*)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+