RIDHMEDIA - Pengamat politik, Rocky Gerung berkata radikalisme hanyalah sebuah ide yang ada di pikiran setiap manusia.
dia berkata buat menanggulangi besarnya radikalisme, justru pemikiran tersebut perlu dibuka serta diperdebatkan.
Dikutip dari kanal Youtube Deddy Corbuzier, Kamis (31/10/2019), pada awalnya Rocky Gerung menyatakan dikala ini pemerintah berkata mahasiswa Telah mulai terserang radikalisme.
Penyebabnya yaitu karna kurangnya kritisisme dari mahasiswa.
"Sekarang dalil pemerintah, mahasiswa itu terpapar radikalisme karna kurang kritisisme," jelas Rocky.
Rocky berkata dikala dirinya mau masuk ke kampus buat mengajarkan kritisisme, dirinya justru dilarang.
"Nah saya masuk universitas buat mengajarkan kritisisme justru dilarang, kan ngaco pikirannya," katanya.
dia menambahkan setiap orang mempunyai potensi buat menjadi radikal.
"Setiap orang boleh menjadi radikal," tambahnya.
Namun ia berkata radikalisme tidak dapat dirasakan
"Tapi terasanya di mana?," kata Rocky.
Rocky lanjut mencontohkan dirinya yang kapan pun bisa mempunyai pikiran radikal.
"Saya setiap hari bisa bikin negara Islam, negara Kristen, negara PKI, negara liberal," jelas Rocky.
dia menambahkan hal tersebut ada namun cuma sebatas di pikirannya saja.
"Tapi itu kan cuma di pikiran," imbuhnya.
Alumni Universitas Indonesia (UI) tersebut mengeluhkan pemerintah yang menutup-nutup ide radikalisme.
"Jadi ngapain ditutup," tegasnya.
Dirinya justru menganjurkan orang-orang buat berdebat tentang ide tersebut.
"Biarin orang berdebat tentang ide itu," jelasnya.
Rocky kemudian memberikan contoh apa yang terjadi dikala ada pernyataan 30 persen mahasiwa Indonesia terpapar radikalisme.
"Kalau dibilang 30 persen dari mahasiswa indonesia terpapar radikalisme, Universitas Indonesia (UI) misalnya mahasiswa 10 ribu, berarti setiap hari ada 3.000 orang bawa pisau gitu? Bawa molotov ke kampus," tambahnya.
dia menyarankan buat menanggulangi makin besarnya radikalisme, justru radikalisme tersebut perlu dibuka di kampus buat diperdebatkan.
"Supaya dia nggak lebih besar buka kampus supaya terjadi perdebatan argumentatif," jelasnya.
Pria kelahiran 1959 tersebut berkata dirinya mau membantu pemerintah dalam menanggulangi radikalisme.
"Saya mau bantu sebenarnya," katanya.
Alih-alih disetujui oleh pemerintah, Rocky berkata dirinya justru dianggap selaku provokator.
"Tapi dianggap saya memprovokasi," tambahnya.
Dirinya mengakui ia memang datang ke kampus buat memprovokasi, namun memprovokasi pikiran mahasiswa.
"Saya bilang memang, saya datang ke kampus buat memprovokasi pikiran," tegasnya.
Video dapat dilihat mulai menit 3.30
Pada segmen sebelumnya, Rocky sempat membahas bagaimana isu terorisme serta radikalisme hanyalah pengalihan isu yang dibuat oleh pemerintah.
Menurutnya, radikalisme serta terorisme dibuat oleh pemerintah buat menyamarkan kegagalan yang mereka lakukan.
"Yang ada kan sekarang radikal, radikal, fundamentalisme," jelas Rocky.
"Nah biasanya rezim itu mulai asal tuduh bahwa dia gagal mensejahterakan rakyat," tambahnya.
"Jadi ini (radikalisme serta terorisme) kamuflase," tegasnya.
dia lanjut berkata soal teroris yang ketuanya Telah mati namun radikalisme masih ada di Indonesia.
Rocky beranggapan hal tersebut tidak masuk akal karna ketua dari ISIS Telah mati.
"Nanti ada teroris segala macam, ISIS ketuanya terbunuh tapi masih ada radikalisme di Indonesia, kan udah enggak ada idenya," tambahnya.
Video dapat dilihat mulai menit 2.47