Alumni Abuya Al-Maliki Al-Hasani Menerbitkan Surat Terguran kepada Muwafiq

Ridhmedia
03/12/19, 11:45 WIB

RIDHMEDIA - Sejumlah kiai dan habaib mengaku prihatin mendengar ceramah KH Ahmad Muwafiq yang menyebut masa kecil Kanjeng Nabi Muhammad tidak terurus, rembes sebagaimana anak yatim yang ikut kakeknya. Gus Muwafiq sudah minta maaf, tetapi, gelombang keprihatinan masih berdatangan.

Ceramah lengkap Gus Muwafiq, panggilan akrabnya ini, juga diunggah akun youtube ‘Forqotul Badruttamam’ Minggu, 1 Desember 2019. Durasinya lumayan panjang, 1 Jam 53 menit. Dijelaskan, pada menit ke 3 sampai ke 7 inilah, isi ceramah dinilai kebablasan.

“Nabi dibilang rembes. Ini sudah kelewatan. Masak kecilnya Kanjeng Nabi disamakan dengan dirinya yang rembes,” demikian salah seorang kiai berkomentar. Bahkan yang lain menyebut lebih parah penghinaannya dibanding Sukmawati.

Banyak kiai yang menyesalkan. Bahkan Hai’ah Ash-Shofwah al-Malikiyah  (Himpunan Alumni Abuya Al-Maliki Al-Hasani), Selasa (03/12/2019) memberikan surat teguran (peringatan) tertulis kepada Gus Ahmad Muwafiq. Surat bernomor 13.SP/Markazi.HAS/XII.2019 itu, terdiri dari 5 point.


Selain menyarankan memohon maaf, dalam point terakhir, Hai’ah Ash-Shofwah al-Malikiyah  meminta, agar Gus Muwafiq membekali diri dengan referensi keilmuan yang luas, senantiasa bertanya kepada ulama, kiai dan habaib yang sholeh, serta berhati-hati dalam menyampaikan ilmu agar tidak terjadi kegelinciran lidah yang justru akan menimbulkan fitnah bagi umat Islam.

Surat peringatan yang beredar di medsos ini, diteken Ketua Umum Hai’ah Ash-Shofwah al-Malikiyah  KH Muhammad Ihya’ Ulumuddin dan Sekretaris Umum KH Kamal Muhlis al-Maliki.

Seperti apa isi ceramah Gus Muwafiq? Berikut transkrip dari unggahan Forqotul Badruttamam’ pada menit ke 3 sampai ke 7 yang mendapat protes banyak kiai:

 “…. Kulo tak cerito mawon. Nyritakno nopo?  Bab lahire Kanjeng Nabi. Lahire nabi itu mboten dikersa’ake. Sinten sing orang ngersa’ake lahire nabi? Ya umat nabi sing sak derange Kanjeng Nabi, orang patek seneng ono nabi meneh, wah repot iki, berarti sing umate nabi lawas kudu prei, … maknai pun unite Nabi Musa yo kudu melu, umate Nabi Isa yo kudu melu.”

“Saya cerita saja. Cerita apa? Tentang lahirnya Kanjeng Nabi. Lahirnya Nabi itu tidak dikehendaki. Siapa yang tidak menghendaki? Yang umat nabi sebelum Kanjeng Nabi. (Mereka) tidak suka ada nabi lagi. Gawat ini. Bakal repot ini, berarti umat yang dulu harus berakhir, artinya umatnya Nabi Musa ya harus ikut, umatnya Nabi Isa juga harus ikut.”

“Pramilo akhire tinimbang awak dewe kukut, goleki ae calon nabi. Nek pethuk yo patenono. Milo akhire ono sing diutus supados ndoleki nabi. Namine Abroha. Konco-koncone golekni, ndang patine ae. Akhire diitung ahli nujume, wah iki kiro-kiro lahire sesuk nang Mekkah, tanggal 12 Robiul Awal. Kirim pasukan gajah, pokok cekel pateni, bayi iki ojo nganti urip, ono pateni, pokoke bayi iki mengko ojo nganti urip.”

“Maka, akhirnya dari pada bubar, dicari saja calon nabi ini. Begitu ketemu, bunuh. Maka, ada yang diperintah untuk mencari calon Nabi. Namanya Abraha. Teman-temannya sibuk mencari, lalu bunuh. Akhirnya menurut pakar perbintangan (dukun), diputuskan kira-kira lahirnya di Makkah, tanggal 12 Robiul Awal. Dikirimlah pasukan gajah. Pokoknya pegang, bunuh. Bayi ini jangan sampai hidup. Ada bunuh. Pokoknya bayi ini jangan sampai hidup.”

“Sebab nopo? Sedoyo niku duwe kebiasaan, pokok nek khawatir nabi lahir ono pemburu hantu. Iki corone, pokoke patine ae. Namrud sami, Namrud gih perintah pasukan, pokok awak dewe iki nek ono nabi lahir, matek awak dewe. Patine sik, Nabi Ibrahim digoleki. Orang ketemu, gusti Allah iku pinter dilekno nabi. Nabi Musa arep lahir, goleki karo Firaun. Iki bubar iki nek sampai Bani Israil, duwe nabi. Goleki pateni wae, tapi wong Gusti Allah pinter, yo lolos. Nabi Isa, yo digoleki. Jare wong Romawi, goleki-goleki!  Lahir matek awak dewe, pateni-pateni lolos yoan.”

“Sebab apa? Semua itu punya kebiasaan, khawatir nabi lahir, maka, harus ada pemburu hantu. Ini caranya. Pokoknya dibunuh saja. Namrud juga begitu. Namrud juga mengirim pasukan, pokoknya kita ini kalau ada nabi (baru) lahir, maka, matilah kita. Bunuh dulu. Nabi Ibrahim juga dicari. (Tetapi) Allah swt itu pandai menutupi sosok Nabi. Nabi Musa mau lahir dicari sama Firaun. Ini bisa bubar kalau Bani Israil punya nabi. Cari, bunuh saja. Tetapi Allah swt itu maha pandai, ya lolos. Nabi Isa juga dicari. Kata orang Romawi: Cari-cari! Lahir bisa mati kita. Bunuh-bunuh, tetapi juga lolos (Nabi Isa).”

“Lha akhire Nabi Muhammad goleki-goleki, pateni. Lolos meneh. Sebab nopo? Gusti Allah iku lek nyiptakno Nabi orang pati umum. Dadi calon nabi itu, orang umum. Ora koyo awak dewe. Namrud itu yo sing arep gelut karo de’e, ya nek rojo tibake mboten, Nabi Ibrohim dilahirno saking wong sing gawe patung. Sopo sing bayangno, anake tukang gawe patung, anake bakal dadi nabi.”

“Kemudian Nabi Muhammad dicari, (untuk) dibunuh. Lolos lagi. Mengapa? Karena Allah swt itu kalau menciptakan Nabi tidak seperti umumnya. Jadi calon nabi itu tidak seperti lazimnya. Tidak seperti kita. (Raja) Namrud itu juga mau berkelahi, ya kalau raja, ternyata bukan. Nabi Ibrahim dilahirkan dari orang yang kerjaannya membuat patung. Siapa mengira anak tukang bikin patung bakal menjadi nabi.”

“Firuan yo ngunu goleki nabi, ternyata Gusti Allah dilekne nabine. Ciliakne kintil ning kali. Sing bayangno bocah kintil kali dadi nabi itu, sopo? Ora kebayang, Firuan (juga) orang kebayang, mulo deleh omah gak opo-opo. Ah ra mungkin bocah ngene cah kintir kali kok arep dadi nabi. Nabi Isa goleki ra ketemu, wong lahir sokok wong sing ora ono bapake, mosok yo calon nabi koyok ngunu kuwi, orang mungkin.”

“Firaun juga begitu mencari nabi. Ternyata Allah swt menutup nabinya. Kecilnya dibuang ke sungai. Yang membayangkan anak dibuang di sungai menjadi nabi, itu siapa? Tidak terbayang. Firaun juga tidak terbayang. Maka (Musa) ditaruh di rumah juga tidak apa-apa. Karena tidak mungkin anak dibuang di sungai menjadi nabi. (begitu juga) Nabi Isa dicari juga tidak ketemu. Karena dia lahir dari perempuan yang tanpa bapak. Masak calon nabi seperti itu, mana mungkin.”

“Nabi Muhammad digolek, yo ora ketemu. Wong nabi Muhammad itu lahir ning pengungsian. Lho itu hebate Gusti Allah dilekne nabi didadekne wong biasa. Milo sampean ojo nganti ngino cah cilik-cilik nak dewe kadang rembes, ngunu iku gedene ora ngerti arep dadi opo? Ora weruh.”

“Nabi Muhammad dicari, juga tidak ketemu. Karena Nabi Muhammad itu lahir di tempat pengungsian. Inilah hebatnya Allah swt, menyembunyikan nabi dengan dijadikan orang biasa. Karena itu, kita jangan sampai menghina anak kecil, yang kadang rembes. Begitu itu kita tidak tahu, nanti jadi apa?”

“Molo sampean niki nek ono bocah cilik, ojo nganti ngino, ah iki anake wong derep, arep dadi opo? Urung mesti. Wong gusti Allah delikne nabi carane ora masuk akal kok? Mulo lek sampean dewe anak beling yo ojo digetuni, sopo ngerti mengko dadi apik, cah cilik ora gelem sekolah blas ngunu, ono cah cilik ora gelem sekolah, krungu sekolah turu, ono. Iki wonge. Kulo gedene malah gawe sekolahan, ora usah dadak ribet.

“Maka, kita jangan sampai menghina anak kecil. Ah ini anaknya orang buruh tani, mau jadi apa? Belum tentu. Karena Allah swt itu menyimpan nabi caranya juga tidak masuk akal. Maka kalau ada anak beling jangan disesali, siapa tahu nanti jadi baik. Ada anak kecil tidak mau sekolah sama sekali, setiap mendengar kata sekolah, malah tidur. Itu ada. Ini orangnya. Sekarang saya malah membuat sekolahan. Jadi tidak perlu ribet.”

“Jadi ini pelajaran, cara Gusti Allah delikno nabi, dadekne menungso biasa. Cobo lek cilikane koyok Ponari, meski konangan. Pateni meski! Tapi wong awak dewe saiki terus gambarno nabi lahir wis koyok ngene-ngene. Nabi lahir biasa mawon. Ura usah dadak dadi gawe, terus bersinar. Lha lek bersinar, yo konangan, yo dikethok karo bolone Abroha. Kan ono sing critaake nabi lahir iku, bersinar tekan langit. Lah lek ngunu yo digoleki karo wong Yahudi, pateni. Biasa mawon, lahir, cilikane yo rembes, wong melu mbah, gih toh?”

“Jadi ini pelajaran. Cara Allah swt menyembunyikan nabinya, jadikan manusia biasa. Coba kalau kecilnya seperti Ponari, meski ketahuan. Dibunuh, pasti. Tapi karena kita sekarang menggambarkan Nabi lahir sudah seperti ini, ini. Nabi lahir, biasa saja. Tidak perlu merepotkan. Lalu bersinar! Kalau bersinar ya ketahuan, ya dipotong sama bala tentara Abraha. Seperti ada yang menceritakan nabi lahir itu bersinar sampai langit. Lha kalau begitu ya dicari sama orang Yahudi, dibunuh. Biasa saja. Lahir, kecilnya juga rembes (ingusan), karena ikut kakek, ya kan?”

“Bocah iku lek melu mbah, pasti ora kaurus, ning endi-endi. Wong mbah iku ten pundi mawon yen ngurusi bocah, ra iso. Anak kok titipno mbahe, bubar. Wis ora usah ngeyel sampean. Mulo lek sampean dewe anak ojo dititipno mbahne, wis rusuh pokoke mbah itu. Ora adus, ora sekolah, biasa bocah melu mbah. Sebab nopo? Sebab mbah itu saking sayange karo putu, mbah ora sekolah yo…,  mbah, he eh. Wong mbah. Mbah iku ning ndei mawon begitu, pokok kudu diawasi bocah nek dititipno mbahbne…”

“Anak itu kalau ikut kakek, pasti tidak terawat. Di mana-mana begitu. Karena kakek itu di mana pun, merawat anak tidak bisa. Anak dititipkan kakek, bubar. Sudah, tidak perlu protes, Anda. Karena itu kalau Anda punya anak, jangan dititipkan kakeknya. Sudahlah, kotor, kakek itu. Tidak mandi, tidak sekolah, itu biasa kalau ikut kakek. Mengapa? Karena kakek itu begitu sayang pada cucu. Mbah orang sekolah ya Mbah? Jawabnya pasti, ya.. ya. Kakek itu di mana pun juga begitu. Yang jelas perlu diawasi ketika anak diikutkan kakek…..”  ()
Komentar

Tampilkan

Terkini