Bantah Dapat Uang Diam soal Muslim Uighur, PP Muhammadiyah dan MUI Justru Lantang Melawan

Ridhmedia
13/12/19, 10:44 WIB


RIDHMEDIA - Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah membantah keras informasi yang dilaporkan media asing Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu (11/12). WSJ menyebut ormas Islam Indonesia seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, hingga lembaga Majelis Ulama Indonesia (MUI) dapat gelontoran dana dari Pemerintah China untuk "diam" dalam isu pembantaian etnis Muslim Uighur di Xianjiang, China.

Penegasan itu disampaikan oleh Bendahara Umum PP Muhammadiyah sekaligus Sekjen MUI, Anwar Abbas di Jakata, Jumat (13/12).

"Muhammadiyah dan MUI tidak akan berhenti menentang kezaliman. Muhammadiyah dan MUI akan tetap bersuara dengan lantang melawannya," tegas Anwar Abbas.

Anwar memang membenarkan, sejumlah perwakilan ormas Islam sempat diundang oleh Pemerintah China. Hal itu dalam rangka meninjau langsung keadaan etnis Muslim Uighur di sana.

"Kalau Pemeritah China mengundang ormas-ormas Islam, iya. Tapi kalau itu akan menyebabkan Muhammadiyah dan MUI tidak lagi akan berani bersuara dalam menghadapi kezaliman? Ya tidaklah!" tegasnya.

Anwar menuturkan, saat perwakilan ormas Islam diundang ke Xianjiang pun tidak berkesempatan meninjau langsung kamp-kamp etnis Muslim Uighur. Bahkan, pihaknya juga meragukan bahwa kala itu yang didatangi adalah kamp-kamp etnis Muslim Uighur.  

"Katanya diajak tapi di sana lagi musim dingin, di bawah nol derajat. Dan kawan-kawan saya tidak tahu persis apakah itu kamp-kamp (Uighur) atau bukan," bebernya.

Satu hal yang pasti, lanjut Anwar, PP Muhammadiyah dan MUI menilai Pemerintah China telah mengabaikan kemanusiaan dan tidak menghormati hak-hak kebebasan beragama bagi warganya.

"Oleh karena itu meskipun seribu kali Pemerintah China mengundang MUI dan Muhammadiyah untuk datang ke China, maka selama Pemerintah China tidak bisa menghormati hak-hak beragama rakyat Uighur maka MUI dan Muhammadiyah akan tetap bersuara dengan lantang melawannya," tegasnya.

Demikian juga dengan kasus yang terjadi di Afganistan dan Palestina. Kata Anwar, selama pemerintah Amerika tidak menghormati hak-hak rakyat Afganistan dan Palestina, maka Muhammadiyah dan MUI tidak akan tinggal diam.

"Muhammadiyah dan MUI tidak memusuhi negara China dan Amerika. Yang kami musuhi adalah perbuatannya yang tidak benar dan tidak manusiawi," pungkasnya. ()
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+