RIDHMEDIA - China adalah salah satu negara pemberi utang ke Indonesia lewat sejumlah pembiayaan khususnya untuk infrastruktur. Ada anggapan dan kekhawatiran bahwa China bisa menguasai aset Indonesia lewat utang-utang tersebut.
Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian membantah. Menurutnya, anggapan tersebut tidak berdasar dan tak masuk akal. Xiao sadar bahwa belakangan ini ada opini yang melihat kerja sama tersebut dari sudut pandang negatif.
"Memang ada sebagian orang tidak tahu kondisi sebenarnya, tapi juga ada orang dengan sengaja memutarbalikkan fakta," katanya kala berbincang dengan tim detikcom tengah pekan ini.
Dia menyebut China bukan pemberi utang terbanyak untuk Indonesia. Proporsi utang dari China di utang luar negeri Indonesia masih terbilang kecil.
"Obligator terbesar Indonesia bukan China, urutannya yang besar Singapura, Jepang, Amerika Serikat kemudian Bank Dunia. Kalau Singapura US$ 66,497 miliar, US$ Jepang 29,428 miliar, AS US$ 22,467 miliar, Bank Dunia US$ 17,78 miliar, China hanya US$ 17,756 miliar," rincinya.
Selanjutnya, di porsi utang pemerintah, Amerika Serikat disebutkannya menyumbang pinjaman paling banyak yaitu sekitar 12,64%.
"Utang pemerintah Indonesia yang totalnya sebanyak US$ 194,355 miliar di antaranya AS mengambil porsi paling banyak sekitar 12,64% dengan US$ 24,39 miliar, kemudian Jepang, Jerman dan Perancis,utang terhadap China hanya US$ 1,695 miliar belum sampai 1%.
Dari situ, dia menyimpulkan bahwa anggapan China bisa menguasai Indonesia itu tidak masuk akal. "Yang disebut China menguasai Indonesia melalui utang atau investasi sama sekali tidak masuk akal," tegasnya.
Penjelasannya juga sekaligus membantah kabar mengenai Chinese Money Trap. Kekhawatiran yang sama mengenai utang China ini disebut-sebut telah terjadi di negara benua Afrika.
"Saya kira kondisi kerja sama dengan negara-negara di Afrika juga sama dengan kondisi di Indonesia. Apa yang disebut Teori Kontrol melalui Utang, atau Teori Jebakan Utang sama sekali tidak berdasar," tutupnya.[dtk]
Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian membantah. Menurutnya, anggapan tersebut tidak berdasar dan tak masuk akal. Xiao sadar bahwa belakangan ini ada opini yang melihat kerja sama tersebut dari sudut pandang negatif.
"Memang ada sebagian orang tidak tahu kondisi sebenarnya, tapi juga ada orang dengan sengaja memutarbalikkan fakta," katanya kala berbincang dengan tim detikcom tengah pekan ini.
Dia menyebut China bukan pemberi utang terbanyak untuk Indonesia. Proporsi utang dari China di utang luar negeri Indonesia masih terbilang kecil.
"Obligator terbesar Indonesia bukan China, urutannya yang besar Singapura, Jepang, Amerika Serikat kemudian Bank Dunia. Kalau Singapura US$ 66,497 miliar, US$ Jepang 29,428 miliar, AS US$ 22,467 miliar, Bank Dunia US$ 17,78 miliar, China hanya US$ 17,756 miliar," rincinya.
Selanjutnya, di porsi utang pemerintah, Amerika Serikat disebutkannya menyumbang pinjaman paling banyak yaitu sekitar 12,64%.
"Utang pemerintah Indonesia yang totalnya sebanyak US$ 194,355 miliar di antaranya AS mengambil porsi paling banyak sekitar 12,64% dengan US$ 24,39 miliar, kemudian Jepang, Jerman dan Perancis,utang terhadap China hanya US$ 1,695 miliar belum sampai 1%.
Dari situ, dia menyimpulkan bahwa anggapan China bisa menguasai Indonesia itu tidak masuk akal. "Yang disebut China menguasai Indonesia melalui utang atau investasi sama sekali tidak masuk akal," tegasnya.
Penjelasannya juga sekaligus membantah kabar mengenai Chinese Money Trap. Kekhawatiran yang sama mengenai utang China ini disebut-sebut telah terjadi di negara benua Afrika.
"Saya kira kondisi kerja sama dengan negara-negara di Afrika juga sama dengan kondisi di Indonesia. Apa yang disebut Teori Kontrol melalui Utang, atau Teori Jebakan Utang sama sekali tidak berdasar," tutupnya.[dtk]