Beasiswa untuk Santri oleh China, Strategi Jebakan Baru Bagi Generasi Muda

Ridhmedia
04/12/19, 09:19 WIB
China tawarkan beasiswa untuk Santri Indonesia. Beasiswa tersebut ditawarkan pada program Santri untuk perdamaian dunia. Pemerintah China menawarkan beasiswa tersebut untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Tawaran tersebut disampaikan kepada Santri Indonesia yang tergabung dalam program Santri untuk Perdamaian dunia dan berkunjung ke Negeri Tirai Bambu. Program ini mendapat sambutan hangat dari pemerintah China dan diterima secara resmi oleh Kemneterin Luar negri China di Beijing.

Deputi Direktur Jender

al urusan Asia Kementerian Luar Negeri China, Yun Si dalam sambutannya menyampaikan secara singkat hubungan bileteral dengan Indonesia yang terus meningkat diberbagai bidang politik, ekonomi, perdagangan, sosial, budaya dan hubungan antar masyarakat.

Selain menawarkan beragam beasiswa, Kemenlu china juga merekomendasikan dan siap memfasilitasi kunjungan langsung ke Xianjiang, daerah dengan penduduk mayoritas Islam di China.  Pemerintah China menawarkan kunjungan ke Xinjiag bagi para santri Indonesia untuk melihat dan mengamati secara lansgung kehidupan umat Muslim disana dan berharap para santri menyapaikan kepada dunia luar secara objektif mengenai kehidupan Muslim di Xinjiang. (Republika.co.id. Kamis, 28/11/2019)

Program beasiswa ini sekilas kelihatan bagus dan kesannya membantu kemajuan generasi muda bangsa ini, khususnya kalangan santri. Namun, seharusnya tidak serta merta program beasiswa diterima tanpa dilihat dari segi kepentingan Negara yang memberikan, apalagi seperti China. Tidak akan ada bedanya dengan dua Negara Kapitalis Amerika dan Australia.  Tidak mungkin ada ketulusan membantu.  Beasiswa hanya  sekedar pencitraan atau ada tujuan yang lebih jauh. Program – program beasiswa luar negeri yang ditawarkan dan telah berjalan, pada hakikatnya adalah sebuah jebakan bagi generasi negeri ini, khususnya generasi muda Islam. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa poin berikut:

Pertama, program –program beasiswa yang sudah berjalan di Indonesia sangat banyak dari luar negeri. Namun untuk kalangan pelajar dan pendidikan islam eeprti pesantren dan PTAI, ada dua program kerjsama pendidikan dengan luar negeri, yaitu Amerika dan Australia. Atau yang dikenal dengan sebutan AUSAID dan USAID. Amerika dan Australia meluncurkan beasiswa pendidikan untuk para santri dan pelajar Muslim di PTAI. Tidak hanya beasiwa. Program – program ini dimulai dengan kegiatan “changed student” dan “studi banding ‘ untuk menarik minat mereka kelak sekolah di kedua Negara tersebut. Selama dua kurang lebih dua minggu kembali dari program changed student, mindset santri berubah 180’ terhadap Barat. Sesuai yang diharapkan oleh Barat. (Amerika dan Australia).

Kedua, program beassiwa luar negeri dari Barat cenderung bermuatan pemikiran bukan saintek. Karena jika program saintek, prosedur masuknya sangat susah. Apalagi pelajar santri dan PTAI adalah pendidikan berwajah pemikiran bukan saintis dan teknologi. Jurusan yang ditawarkan pun juga berbau social, politik, budaya, hukum, yang didalamnya mengandung pemahaman sekuler, liberal, kapitalis, demokrasi dan HAM ala Barat. Hingga hilanglah nilai-nilai Islam dan keyakinan terhdap Islam sebagai hukum tertinggi yang wajib diterapkan. Barat menjad the rule of model bagi penikmat beasiswa. Tentunya, kembali ke tanah air membawa ide-ide murni Barat yang ilberal kapitalis. Orang-orang Barat tak peru langsung kampanye ke negeri muslim, cukup mendidik generasinya dengan pemikiran mereka dan kembali membawa ide-ide kufur Barat.

Ketiga, kini China menyusul langkah Amerika dan Australia. Namun bahasa China lebih mencurigakan dengan mengatakan pemberikan beasiswa untuk santri sebagai wujud perdamian dunia. Perdamaian dunia mana yang dimaksud? Apakah semua santri akan bisa belajar ke China? Bukankah beasiswa itu hanya segelintir orang yang dapat menikmati? Ini hanya propaganda. China ingin menjebak generasi neegri ini dengan program beasiswa. Sebagaimana Barat telah menjebak di awal dengan melahirkan orang-orang liberal untuk perpenjangan kepentingan mereka di negeri ini. Begitu juga china. Ingin memnafaatkan para santri sebagai “corong” penyampai kepada dunia bahwa mereka bukanlah ‘teroris” bahwa mereka tidak memeprlkukan muslim China sebagaimana media memebritakan di seleurh dunia. Bahwa muslim Xianjiang baik-baik saja. Tentulah jika para santri yang mendpat beassiwa ini yang bicara pada dunia, akan memberikan pengaruh yang luar biasa. China mungkin tidak akan didengar, tapi alumni santri menyampaikan kondisi saudara muslimnya di Xinjinag baik-baik saja, akan mengubah pandangan dunia terhadap China dan kejatahannya. Keberuntungan yang luar biasa untuk China. Tentunya  China tidak akan rugi hanya dengan memberangkatkan 7 sampai 10 santri / tahun untuk kuliah di Tiongkok. Bandingkan dengan apa yang akan China dapat dari beassiwa itu. Citra China bisa membaik, negeri-negeri muslim akan percaya dan menjalin kerjasama.

Penerimaan beasiswa oleh suatu Negara adalah bukti kegagalan Negara tersebut dalam mengelola pendidikan juga membina generasi mudanya. Oleh karena itu, hanya islam lah solusi untuk mendidik generasi agar tidak melek terhadap barat maupun China. Tidak salah dengan belajar teknologi dan sain ke luar, tetapi bukan untuk belajar tsaqofahnya. Dalam prakteknya, Negara dalam Islam akan melakukan dua langkah staretgi terkait pertukaran ahli dalam menyampiakn perkembangan teknologi. Pertama, dengan mengirimkan beberapa pelajar ke Negara ujuan yang dibakali oleh Negara sendiri. Hal ini pernah dipraktekkan di masa Khulafurrasyidin ketika mengirmkan empat sahabat ke China untuk belajar ilmu dagang. Langkah kedua, memanggil ahli tersebut untuk mengajari warga Negara. Rasulullah saw juga pernah mempraktekkan hal ini pada tawanan perang untuk mengajari sahabat baca dan tulis. Sultan Mehmed II juga pernah melkaukan hal yang sama dengan memanggil ahli senjata Negara lain untuk menciptakan alat penghancur benteng Konstantinopel. Untuk teknologi senjata, Negara akan membayar ahlinya membuat senjata yang berbeda dan lebih canggih dan tidak terpiir oleh musush yang lain sebelumnya.

Begitulah Islam melakkan startegi pengembangan teknosains bagi Negara. Tidak memerlukan beasiswa Negara lain. Karena Negara akan memiliki banyak pemasukan dengan menerapkan system ekonomi Islam. Seluruh aspek kehidupan saling mendukung dalam kemjuan peraradaban. Oleh karena itu, solusi tuntas memutus beasiswa yang penuh jebakan adalah denga menerapkan syarita Islam secara totalitas. Bukan Cuma aspek spiritual, atau pendidikan saja. Tapi juga ekonomi. politik. kesehatan, sosial-budaya, dan kemanan.

Penulis: Nahdoh Fikriyyah Islam,  M. Pd. I.
Dosen dan pengamat Politik
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+