RIDHMEDIA - Presiden Rusia Vladimir Putin buka suara pasca Presiden Donald Trump dimakzulkan DPR AS.
Dalam sidang paripurna Rabu (18/12/2019), DPR AS memutuskan Trump bersalah atas pasal penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan Kongres.
Putin menuturkan, Donald Trump dimakzulkan karena "alasan yang dibuat-buat", dan tidak yakin momen itu akan mengakhirinya.
"(Pemakzulan) itu masih harus diteruskan ke Senat, di mana mayoritas dipegang oleh Republik," katanya seperti melansir kompas.com.
Berbicara dalam konferensi pers akhir tahun, presiden 67 tahun itu mengatakan pemakzulan itu adalah "pertarungan politik" antara Demokrat dan Republik.
Putin kemudian mencela ketika ada jurnalis yang menyatakan bahwa Trump akan "habis" karena dimakzulkan oleh DPR AS.
Dua pasal pemakzulan itu diberlakukan buntut percakapan telepon Trump dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Juli lalu.
Dalam percakapan tersebut, presiden ke-45 AS itu mendesak Zelensky supaya menyelidiki Joe Biden, calon rivalnya di Pilpres AS 2020.
Putin yakin, tudingan itu hanyalah dalih Demokrat karena tidak berhasil memojokannya dalam tuduhan intervensi Rusia di Pilpres AS 2016 yang memenangkan Trump.
"Demokrat menuding Trump berkomplot dengan Rusia. Namun karena tidak ada bukti, maka mereka melakukan tekanan lewat Ukraina," jelasnya.
Suami Melania itu menjadi presiden ketiga AS yang dimakzulkan setelah Andrew Johnson (1868) dan Bill Clinton (1998).
Setelah dari DPR AS. proses pemakzulan Trump bakal berlanjut di level Senat, di mana diyakini dia akan lolos.[ljc]
Dalam sidang paripurna Rabu (18/12/2019), DPR AS memutuskan Trump bersalah atas pasal penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi penyelidikan Kongres.
Putin menuturkan, Donald Trump dimakzulkan karena "alasan yang dibuat-buat", dan tidak yakin momen itu akan mengakhirinya.
"(Pemakzulan) itu masih harus diteruskan ke Senat, di mana mayoritas dipegang oleh Republik," katanya seperti melansir kompas.com.
Berbicara dalam konferensi pers akhir tahun, presiden 67 tahun itu mengatakan pemakzulan itu adalah "pertarungan politik" antara Demokrat dan Republik.
Putin kemudian mencela ketika ada jurnalis yang menyatakan bahwa Trump akan "habis" karena dimakzulkan oleh DPR AS.
Dua pasal pemakzulan itu diberlakukan buntut percakapan telepon Trump dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, Juli lalu.
Dalam percakapan tersebut, presiden ke-45 AS itu mendesak Zelensky supaya menyelidiki Joe Biden, calon rivalnya di Pilpres AS 2020.
Putin yakin, tudingan itu hanyalah dalih Demokrat karena tidak berhasil memojokannya dalam tuduhan intervensi Rusia di Pilpres AS 2016 yang memenangkan Trump.
"Demokrat menuding Trump berkomplot dengan Rusia. Namun karena tidak ada bukti, maka mereka melakukan tekanan lewat Ukraina," jelasnya.
Suami Melania itu menjadi presiden ketiga AS yang dimakzulkan setelah Andrew Johnson (1868) dan Bill Clinton (1998).
Setelah dari DPR AS. proses pemakzulan Trump bakal berlanjut di level Senat, di mana diyakini dia akan lolos.[ljc]