RIDHMEDIA - Yayasan Cahaya Aceh berinisiatif menyelenggarakan peringatan 15 tahun bencana tsunami, peristiwa yang berlangsung pada 26 Desember 2004 silam. Dalam acara ini, Yayasan Cahaya Aceh menyerukan tagar #SolidarityDay dan #CareDay bagi warganet, bukan saja pengingat tragedi dahsyat abad ke 21 itu, melainkan menjadi momen belajar, peduli dan bersolidaritas.
Pendiri Yayasan Cahaya Aceh, Azwir Nazar dalam pernyataannya Kamis, 25/12/19 menyampaikan doa dan takziyah kepada seluruh korban tsunami sambil mengajak masyarakat terus bersatu dan bersolidaritas. Dia bilang, Cahaya Aceh menginisiasi tagar @SolidarityDay juga sebagai ungkapan terima kasih kepada dunia yang telah membantu para korban bangkit dari Tsunami, 26 Desember 2004 lalu.
“Tagar #CareDay dan #SolidarityDay mungkin sudah pernah dilakukan oleh komunitas lain di tahun tahun sebelumnya, tapi kita perlu segarkan kembali karena terdapat banyak hikmah dan pelajaran. Ada spirit yang luar biasa,” lanjut Azwir yang juga korban Tsunami 15 tahun silam.
Bahwa, kata dia, tsunami Aceh telah menggugah nurani dunia, berbagai negara dan NGO datang bersolidaritas. "Kita pun sebagai anak bangsa ikut peduli, bersama-sama tanpa memandang suku, ras, agama, ikut andil. Momen ini penting sekali dan modal menjadi bangsa kuat. Maka, kebersamaan dan momentum itu harus senantiasa hidup dalam praktik kehidupan kita,” ujar mantan Presiden PPI Turki tersebut.
Panitia Pelaksana dan juga Sekretaris Eksekutif Cahaya Aceh menyampaikan kegiatan ini hanya dilakukan di medsos. Bagi yang ingin berpartisipasi dapat menuliskan di lembar kertas/kartun dan diteruskan pesan kepada para pihak dunia internasional melalui akun twitter @cahaya_aceh atau Instagram @cahaya.aceh dan jaringan lainnya.
Sementara di seluruh Aceh sesuai Keputusan Gubernur Aceh no 560/1417/2019 ditetapkan sebagai hari libur resmi memperingati gempa dan tsunami. Masyarakat memperingati tsunami dengan zikir akbar dan doa bersama di masjid maupun kuburan massal Tsunami.
Yayasan Cahaya Aceh berdiri sebagai wujud kepedulian dan dimotori oleh para pemuda yang keluarganya menjadi korban Tsunami yang selama ini fokus pada program pendidikan, sosial dan kemanusiaan. Selama dua tahun, puluhan relawan telah aktif mengajar anak-anak tahfidz Quran, bahasa Arab, Inggris, Turki, melukis, menari, silat, memanah, dan bakat minat lainnya. Termasuk dibuka kelas bagi Ibu-ibu dan bapak-bapak di kawasan pesisir yang dulu dilanda tsunami. [mc]
Pendiri Yayasan Cahaya Aceh, Azwir Nazar dalam pernyataannya Kamis, 25/12/19 menyampaikan doa dan takziyah kepada seluruh korban tsunami sambil mengajak masyarakat terus bersatu dan bersolidaritas. Dia bilang, Cahaya Aceh menginisiasi tagar @SolidarityDay juga sebagai ungkapan terima kasih kepada dunia yang telah membantu para korban bangkit dari Tsunami, 26 Desember 2004 lalu.
“Tagar #CareDay dan #SolidarityDay mungkin sudah pernah dilakukan oleh komunitas lain di tahun tahun sebelumnya, tapi kita perlu segarkan kembali karena terdapat banyak hikmah dan pelajaran. Ada spirit yang luar biasa,” lanjut Azwir yang juga korban Tsunami 15 tahun silam.
Bahwa, kata dia, tsunami Aceh telah menggugah nurani dunia, berbagai negara dan NGO datang bersolidaritas. "Kita pun sebagai anak bangsa ikut peduli, bersama-sama tanpa memandang suku, ras, agama, ikut andil. Momen ini penting sekali dan modal menjadi bangsa kuat. Maka, kebersamaan dan momentum itu harus senantiasa hidup dalam praktik kehidupan kita,” ujar mantan Presiden PPI Turki tersebut.
Panitia Pelaksana dan juga Sekretaris Eksekutif Cahaya Aceh menyampaikan kegiatan ini hanya dilakukan di medsos. Bagi yang ingin berpartisipasi dapat menuliskan di lembar kertas/kartun dan diteruskan pesan kepada para pihak dunia internasional melalui akun twitter @cahaya_aceh atau Instagram @cahaya.aceh dan jaringan lainnya.
Sementara di seluruh Aceh sesuai Keputusan Gubernur Aceh no 560/1417/2019 ditetapkan sebagai hari libur resmi memperingati gempa dan tsunami. Masyarakat memperingati tsunami dengan zikir akbar dan doa bersama di masjid maupun kuburan massal Tsunami.
Yayasan Cahaya Aceh berdiri sebagai wujud kepedulian dan dimotori oleh para pemuda yang keluarganya menjadi korban Tsunami yang selama ini fokus pada program pendidikan, sosial dan kemanusiaan. Selama dua tahun, puluhan relawan telah aktif mengajar anak-anak tahfidz Quran, bahasa Arab, Inggris, Turki, melukis, menari, silat, memanah, dan bakat minat lainnya. Termasuk dibuka kelas bagi Ibu-ibu dan bapak-bapak di kawasan pesisir yang dulu dilanda tsunami. [mc]