RIDHMEDIA - Sejumlah guru di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, menerima gaji sebesar Rp 150.000 per bulan. Atau, dalam perhitungan honor mengajar sebesar Rp 5.000 per jam.
"Meski gaji itu tidak seberapa, namun kami merasa senang," kata Eva Susilawati (30), seorang guru bahasa Inggris di SMPN 7 Cimarga Kabupaten Lebak, Selasa (10/12).
Menurut dia, kecilnya gaji yang diterima itu tidak menjadi halangan maupun keluhan juga hambatan. Sebab, dirinya menjadi seorang guru itu cita-cita dari kecil juga sebuah panggilan untuk pengabdian kepada anak-anak di pedalaman Kabupaten Lebak agar maju dan berkembang dalam ilmu pengetahuan.
Karena itu, dirinya sudah lima tahun mengajar di SMPN 7 Cimarga hingga kini masih bertahan, padahal lokasi ke sekolah melintasi dua jembatan gantung juga jalan yang rusak. Kendati pun menerima gaji kecil juga tidak sebanding dengan biaya transportasi, tetapi dia memiliki tanggung jawab untuk kemajuan anak-anak pedalaman Kabupaten Lebak.
"Kami datang ke sekolah itu menempuh perjalanan sepanjang 20 Km dan mengajar selama empat hari," kata Eva yang menyandang sarjana pendidikan bahasa Inggris dari STKIP Setiabudhi Rangkasbitung 2012.
Begitu juga teman Eva Susilawati, yakni Yanti (27) mengatakan dirinya mengajar di SMPN 7 Cimarga sudah berlangsung tiga tahun terakhir dengan gaji Rp 150.000 per bulan. Untuk menempuh perjalanan dari rumah ke sekolah memakan waktu selama 1,5 jam atau jarak tempuh kurang lebih 40 Km. Meski perjalanan itu berjauhan, namun dirinya merasa senang juga memiliki tanggung jawab untuk memajukan anak-anak di pedalaman Kabupaten Lebak.
"Kami sangat senang jika menyampaikan ilmu ke siswa agar anak-anak Lebak menjadi pandai," kata guru matematika itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, Wawab Ruswandi, mengatakan, bahwa saat ini Lebak mengalami kekurangan guru SD dan SMP sekitar 3.800 orang. Kekurangan guru itu, kata dia, terpaksa pihak sekolah merekrut guru berstatus guru tidak tetap (GTT).
"Semua honor maupun gaji GTT itu dikembali kemampuan sekolah bersangkutan," katanya. [rol]
"Meski gaji itu tidak seberapa, namun kami merasa senang," kata Eva Susilawati (30), seorang guru bahasa Inggris di SMPN 7 Cimarga Kabupaten Lebak, Selasa (10/12).
Menurut dia, kecilnya gaji yang diterima itu tidak menjadi halangan maupun keluhan juga hambatan. Sebab, dirinya menjadi seorang guru itu cita-cita dari kecil juga sebuah panggilan untuk pengabdian kepada anak-anak di pedalaman Kabupaten Lebak agar maju dan berkembang dalam ilmu pengetahuan.
Karena itu, dirinya sudah lima tahun mengajar di SMPN 7 Cimarga hingga kini masih bertahan, padahal lokasi ke sekolah melintasi dua jembatan gantung juga jalan yang rusak. Kendati pun menerima gaji kecil juga tidak sebanding dengan biaya transportasi, tetapi dia memiliki tanggung jawab untuk kemajuan anak-anak pedalaman Kabupaten Lebak.
"Kami datang ke sekolah itu menempuh perjalanan sepanjang 20 Km dan mengajar selama empat hari," kata Eva yang menyandang sarjana pendidikan bahasa Inggris dari STKIP Setiabudhi Rangkasbitung 2012.
Begitu juga teman Eva Susilawati, yakni Yanti (27) mengatakan dirinya mengajar di SMPN 7 Cimarga sudah berlangsung tiga tahun terakhir dengan gaji Rp 150.000 per bulan. Untuk menempuh perjalanan dari rumah ke sekolah memakan waktu selama 1,5 jam atau jarak tempuh kurang lebih 40 Km. Meski perjalanan itu berjauhan, namun dirinya merasa senang juga memiliki tanggung jawab untuk memajukan anak-anak di pedalaman Kabupaten Lebak.
"Kami sangat senang jika menyampaikan ilmu ke siswa agar anak-anak Lebak menjadi pandai," kata guru matematika itu.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lebak, Wawab Ruswandi, mengatakan, bahwa saat ini Lebak mengalami kekurangan guru SD dan SMP sekitar 3.800 orang. Kekurangan guru itu, kata dia, terpaksa pihak sekolah merekrut guru berstatus guru tidak tetap (GTT).
"Semua honor maupun gaji GTT itu dikembali kemampuan sekolah bersangkutan," katanya. [rol]