Jokowi-Modi Deal, RI Siap Impor Gula dan Beras dari India

Ridhmedia
08/12/19, 18:43 WIB
RIDHMEDIA - Diplomasi perdagangan Indonesia dan India memasuki babak baru khususnya dalam perdagangan sawit dan gula. Kedua negara sepakat ‘saling tukar’ kepentingan, Indonesia punya kepentingan produk sawitnya masuk India tetap bisa bersaing dengan sawit Malaysia, sedangkan India ingin gula mentahnya dibeli oleh Indonesia.

Seperti dikutip dari laman Setkab, Senin (4/11), India menyetujui persyaratan yang diminta Indonesia terkait ekspor kelapa sawit agar tidak ada perbedaan nilai tarif impor dengan Malaysia. Namun India juga meminta Indonesia untuk bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar (mentah) dari negaranya.

“Memang saat sekarang tarif kelapa sawit, baik itu untuk CPO maupun RBD sudah sama. Semula ada perbedaan 5 persen, namun sesuai dengan permintaan Bapak Presiden (Jokowi), Perdana Menteri Narendra Modi menerima itu sehingga tarif CPO itu sama, Refined Bio Blended itu sama, RBD itu sama,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto kepada wartawan di Bangkok, Thailand, Minggu (3/11).

Menurut Airlangga, bea masuk untuk CPO saat ini 40%, 50% RBD, pada Desember akan diturunkan menjadi 37,5% dan 45%. Bea masuk impor ini berlaku untuk Indonesia dan Malaysia, sehingga tidak ada perbedaan lagi soal bea masuk.

Sejak 1 Maret 2018 lalu, India menaikkan bea masuk CPO dari 30% menjadi 44%. Selain itu, tarif impor produk turunan CPO juga dikerek naik dari 40% hingga menjadi 54%.

“Dengan demikian, tentu ini menjadi bagian dari kerja sama,” kata Airlangga.

Airlangga mengatakan India mengharapkan Indonesia bisa membeli beras dan gula dalam bentuk raw sugar dari India. Menurut Airlangga,  dan pemerintah sudah mengatakan diambil secara bertahap alias sudah setuju.

Bila ini terealisasi tentu akan mengubah peta perdagangan gula Indonesia selama ini. Indonesia lebih banyak mengimpor gula mentah selama inii dari Thailand. Tahun lalu, sebanyak 3,63 juta ton atau 78% dari total impor gula mentah Indonesia sepanjang Januari-November 2018 dipasok dari Thailand.

Langkah cerdik India yang ingin Indonesia membeli beras dan gula dari negaranya, tak terpisahkan dari posisi Indonesia yang memang unggul atau surplus perdagangan dengan negaranya. Indonesia bisa mengantongi surplus perdagangan dengan India sampai US$ 8 miliar dalam setahun, seperti yang disampaikan oleh Airlangga.

“Nanti bisa ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan ke depan dan memang per hari ini trade kita dengan India positif. Kita positif (surplus) 8 miliar dolar AS, tertinggi di 2017 sebesar 10 miliar dolar AS, dan komoditas utamanya adalah batu bara dan kelapa sawit,” kata Airlangga.

Sebelum kesepakatan di atas, Indonesia sudah berupaya menyambut pelonggaran perdagangan gula asal India. Pemerintah memutuskan untuk memangkas tarif bea masuk produk gula kristal mentah/gula kasar (raw sugar) dari India menjadi 5% (lima persen).

Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 96 Tahun 2019 tentang perubahan atas PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Dalam Rangka ASEAN-India FTA, yang diteken Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Komoditas gula mentah yang mendapatkan keringanan bea masuk ini adalah gula mentah dengan pos tarif (kode HS) 1701.13.00 gula tebu dan 1701.14.00 gula tebu lainnya. Sebelumnya, impor gula mentah asal India dikenakan tarif MFN (most favourable nations) sebesar Rp 500/kg. Dalam pertimbangannya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memutuskan perlu melakukan penyesuaian terhadap bea masuk gula mentah dari India “untuk lebih membuka akses pasar produk Indonesia di India”.
[cnb]
Komentar

Tampilkan

Terkini