RIDHMEDIA - Zaheer Ahmed baru saja pulang bekerja dari India Utara, Jumat sore kemarin. Dia keluar rumah untuk sekadar merokok sebelum makan siang. Namun, beberapa menit kemudian ia ditemukan meninggal dunia dengan luka tembak di kepala.
Kematiannya ini, merupakan pembunuhan dengan tembakan kali keempat yang menimpa laki-laki Muslim India di hari yang sama di lingkungan mayoritas Muslim. Peristiwa ini menjadi teror kekerasan dalam dua pekan usai protes menentang UU Kewarganegaraan India.
India dilanda gelombang unjuk rasa setelah pemerintahan nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi mengesahkan UU tersebut yang dianggap diskriminatif kepada Muslim. Sebanyak 14 persen populasi India merupakan Muslim.
Semua keluarga dari lima orang yang meninggal mengatakan mereka ditembak oleh polisi saat melakukan protes melawan undang-undang baru tersebut. Namun polisi mengklaim, mereka hanya mengeluarkan gas air mata dan melepaskan tembakan hanya untuk mengendalikan massa, bukan untuk membunuh.
Mengenai korban meninggal dalam unjuk rasa tersebut, polisi menduga penembakan dilakukan oleh peserta aksi demo yang membawa senjata. Terkait dugaan ini, polisi masih menyelidikinya.
Namun ketidakpercayaan dan kemarahan Muslim di daerah di mana pembunuhan itu terjadi semakin mendalam terhadap aparat keamanan. Hingga kemudian bentrokan terjadi di sekitar Losari Gate usai shalat Jumat pada 20 Desember lalu. Menurut warga setempat, polisi telah dengan sengaja merusak CCTV sebelum bentrokan itu terjadi.
Reuters belum bisa memverifikasi kebenaran tuduhan tersebut, namun bila melihat dua CCTV dari pemilik toko di daerah tersebut, memang CCTV itu berhenti merekam setelah seorang polisi melambaikan tongkat dan terlihat berusaha memukul kamera. Pengawas Kepolisian dari Zona Kota Meerut, Akhiles Singh mengatakan, polisi tidak melakukan pengrusakan kamera CCTV. Dia mengatakan semua korban memang terlibat dalam kerusuhan tersebut.
“Mereka berada di tengah-tengah kekerasan, itu sebabnya mereka terbunuh,” kata Singh.
Polisi menindak demonstrasi yang telah menyebar di India, tetapi di Meerut, negara bagian Uttar Pradesh terdapat kekerasan terburuk. Setidaknya 19 dari 25 kematian terjadi di sana. Uttar Pradesh merupakan wilayah terpadat di India dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta orang. Menurut seorang pendeta Hindu, di wilayah tersebut memang memiliki sejarah bentrokan Hindu-Muslim yang parah.
Kembali lagi mengenai kematian Zaheer Ahmed dengan luka tembak di kepala. Zaheer Ahmed merupakan laki-laki berusia 45 tahun yang menjual makanan ternak. Zaheer telah mewarnai rambutnya hari itu karena akan menggelar pernikahan keponakannya.
Dia kemudian memberitahu keponakannya ingin merokok di luar. Zaheer pergi ke sebuah kios untuk membeli rokok dan duduk di sebelah kios tersebut.
Teman Zaheer, Naseer Ahmed, berdiri di seberang kios tersebut. Naseer melihat Zaheer membeli rokok tersebut.
Di waktu yang bersamaan terjadi kekacauan terdengar suara orang menjerit dan tampak kepulan gas air mata. Banyak laki-laki berlarian dan beberapa diikuti polisi.
“Aku tiba-tiba melihat Zaheer jatuh, dan melihat beberapa polisi bergegas ke jalan sesaat sebelumnya. Saya pikir dia jatuh pingsan, itu terjadi dalam beberapa menit,” ujar Naseer.
Di rumah Zaheer, istrinya mendengar ada yang berteriak Zaheer tertembak. Kemudian tak berapa lama, tetangga membawa jasad Zaheer.
“Saya tidak tahu siapa yang terlibat dalam kekerasan, tetapi suami saya tidak. Kenapa mereka membunuh suamiku yang tidak bersalah? Bagaimana mereka bisa membunuh orang yang tidak bersalah?” ujar Shaheen.
Sedangkan keluarga lain dari empat laki-laki yang meninggal hari itu mengatakan, para korban tersebut keluar untuk bekerja dan beribadah ketika mereka terkena tembakan. Tidak ada satu pun dari mereka yang menerima laporan post-mortem.
Beberapa korban tersebut, Mohammad Mohsin tertembak saat membeli makanan ternak. Seorang mekanik ban bernama Asif, kemudian seorang pengemudi becak yang baru saja hendak pulang usai shalat, dan Aleem Ansari yang hendak pergi ke restoran tempatnya bekerja membuat roti. [rol]
Kematiannya ini, merupakan pembunuhan dengan tembakan kali keempat yang menimpa laki-laki Muslim India di hari yang sama di lingkungan mayoritas Muslim. Peristiwa ini menjadi teror kekerasan dalam dua pekan usai protes menentang UU Kewarganegaraan India.
India dilanda gelombang unjuk rasa setelah pemerintahan nasionalis Hindu Perdana Menteri Narendra Modi mengesahkan UU tersebut yang dianggap diskriminatif kepada Muslim. Sebanyak 14 persen populasi India merupakan Muslim.
Semua keluarga dari lima orang yang meninggal mengatakan mereka ditembak oleh polisi saat melakukan protes melawan undang-undang baru tersebut. Namun polisi mengklaim, mereka hanya mengeluarkan gas air mata dan melepaskan tembakan hanya untuk mengendalikan massa, bukan untuk membunuh.
Mengenai korban meninggal dalam unjuk rasa tersebut, polisi menduga penembakan dilakukan oleh peserta aksi demo yang membawa senjata. Terkait dugaan ini, polisi masih menyelidikinya.
Namun ketidakpercayaan dan kemarahan Muslim di daerah di mana pembunuhan itu terjadi semakin mendalam terhadap aparat keamanan. Hingga kemudian bentrokan terjadi di sekitar Losari Gate usai shalat Jumat pada 20 Desember lalu. Menurut warga setempat, polisi telah dengan sengaja merusak CCTV sebelum bentrokan itu terjadi.
Reuters belum bisa memverifikasi kebenaran tuduhan tersebut, namun bila melihat dua CCTV dari pemilik toko di daerah tersebut, memang CCTV itu berhenti merekam setelah seorang polisi melambaikan tongkat dan terlihat berusaha memukul kamera. Pengawas Kepolisian dari Zona Kota Meerut, Akhiles Singh mengatakan, polisi tidak melakukan pengrusakan kamera CCTV. Dia mengatakan semua korban memang terlibat dalam kerusuhan tersebut.
“Mereka berada di tengah-tengah kekerasan, itu sebabnya mereka terbunuh,” kata Singh.
Polisi menindak demonstrasi yang telah menyebar di India, tetapi di Meerut, negara bagian Uttar Pradesh terdapat kekerasan terburuk. Setidaknya 19 dari 25 kematian terjadi di sana. Uttar Pradesh merupakan wilayah terpadat di India dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta orang. Menurut seorang pendeta Hindu, di wilayah tersebut memang memiliki sejarah bentrokan Hindu-Muslim yang parah.
Kembali lagi mengenai kematian Zaheer Ahmed dengan luka tembak di kepala. Zaheer Ahmed merupakan laki-laki berusia 45 tahun yang menjual makanan ternak. Zaheer telah mewarnai rambutnya hari itu karena akan menggelar pernikahan keponakannya.
Dia kemudian memberitahu keponakannya ingin merokok di luar. Zaheer pergi ke sebuah kios untuk membeli rokok dan duduk di sebelah kios tersebut.
Teman Zaheer, Naseer Ahmed, berdiri di seberang kios tersebut. Naseer melihat Zaheer membeli rokok tersebut.
Di waktu yang bersamaan terjadi kekacauan terdengar suara orang menjerit dan tampak kepulan gas air mata. Banyak laki-laki berlarian dan beberapa diikuti polisi.
“Aku tiba-tiba melihat Zaheer jatuh, dan melihat beberapa polisi bergegas ke jalan sesaat sebelumnya. Saya pikir dia jatuh pingsan, itu terjadi dalam beberapa menit,” ujar Naseer.
Di rumah Zaheer, istrinya mendengar ada yang berteriak Zaheer tertembak. Kemudian tak berapa lama, tetangga membawa jasad Zaheer.
“Saya tidak tahu siapa yang terlibat dalam kekerasan, tetapi suami saya tidak. Kenapa mereka membunuh suamiku yang tidak bersalah? Bagaimana mereka bisa membunuh orang yang tidak bersalah?” ujar Shaheen.
Sedangkan keluarga lain dari empat laki-laki yang meninggal hari itu mengatakan, para korban tersebut keluar untuk bekerja dan beribadah ketika mereka terkena tembakan. Tidak ada satu pun dari mereka yang menerima laporan post-mortem.
Beberapa korban tersebut, Mohammad Mohsin tertembak saat membeli makanan ternak. Seorang mekanik ban bernama Asif, kemudian seorang pengemudi becak yang baru saja hendak pulang usai shalat, dan Aleem Ansari yang hendak pergi ke restoran tempatnya bekerja membuat roti. [rol]