RIDHMEDIA - Politisi Partai Hanura, Inas Nasrullah Zubir mengatakan pernyataan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan soal PT Pertamina (Persero) sumber kekacauan justru dimaknai sebagai penyudutan terhadap Presiden Joko Widodo.
Kata dia, pernyataan Luhut secara tidak langsung menyebut Jokowi gagal membenahi Pertamina periode pertama.
"Pernyataan Pak Luhut ini sama saja mendiskreditkan, memojokkan Pak Jokowi, seolah-olah lima tahun lalu, periode yang lalu Pak Jokowi enggak bisa ngapa-ngapain," ujar Inas dalam diskusi bertema "Pertamina Sumber Kekacauan?!" di Resto Pulau Dua, Senayan, Jakarta seperti melansir rmol.id.
Pak Jokowi (seolah) enggak bisa men-drive anak buahnya untuk membenahi Pertamina, itu yang terjadi pada perkataan Pak Luhut," katanya menambahkan.
Inas mengingatkan, sebagai pembantu presiden sejak periode pertama, Luhut seharusnya dapat membantu Jokowi membenahi kekacauan Pertamina sebagaimana yang dia katakan.
"Lima tahun kalau dia menganggap Pak Jokowi enggak bisa membenahi Pertamina, untuk apa Pak Luhut jadi anak buahnya Pak Jokowi? Ngapain juga Pak Luhut selama lima tahun lalu, kan gak jelas," sindirnya.
Kalau mengatakan kekacauan di Pertamina, harusnya lima tahun sudah cukup waktu membenahi Pertamina," tandasnya.
Dalam forum diskusi tersebut, turut hadir pula beberapa tokoh dan politisi, yakni peneliti Indef, Abra Talottov; Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi; mantan Sekmen BUMN, Said Didu; pengamat energi, Ugan Gandar; dan peneliti Iress, Marwan Batubara. [ljc]
Kata dia, pernyataan Luhut secara tidak langsung menyebut Jokowi gagal membenahi Pertamina periode pertama.
"Pernyataan Pak Luhut ini sama saja mendiskreditkan, memojokkan Pak Jokowi, seolah-olah lima tahun lalu, periode yang lalu Pak Jokowi enggak bisa ngapa-ngapain," ujar Inas dalam diskusi bertema "Pertamina Sumber Kekacauan?!" di Resto Pulau Dua, Senayan, Jakarta seperti melansir rmol.id.
Pak Jokowi (seolah) enggak bisa men-drive anak buahnya untuk membenahi Pertamina, itu yang terjadi pada perkataan Pak Luhut," katanya menambahkan.
Inas mengingatkan, sebagai pembantu presiden sejak periode pertama, Luhut seharusnya dapat membantu Jokowi membenahi kekacauan Pertamina sebagaimana yang dia katakan.
"Lima tahun kalau dia menganggap Pak Jokowi enggak bisa membenahi Pertamina, untuk apa Pak Luhut jadi anak buahnya Pak Jokowi? Ngapain juga Pak Luhut selama lima tahun lalu, kan gak jelas," sindirnya.
Kalau mengatakan kekacauan di Pertamina, harusnya lima tahun sudah cukup waktu membenahi Pertamina," tandasnya.
Dalam forum diskusi tersebut, turut hadir pula beberapa tokoh dan politisi, yakni peneliti Indef, Abra Talottov; Koordinator Gerakan Indonesia Bersih, Adhie Massardi; mantan Sekmen BUMN, Said Didu; pengamat energi, Ugan Gandar; dan peneliti Iress, Marwan Batubara. [ljc]