RIDHMEDIA - Bukan rahasia lagi kalau Turki sempat terjerat resesi. Pada kuartal I-2019 ekonomi Turki berkontraksi 2,6% YoY sementara di kuartal II-2019, ekonomi negara sufi ini juga turun 1,5%.
Pertumbuhan ekonomi yang negatif secara kuartal ke kuartal ini membawa negeri Presiden Recep Tayyip Erdogan itu ke lubang resesi. Resesi merupakan keadaan di mana ekonomi menunjukkan kontraksi dua kuartal atau lebih di satu tahun.
Namun kini, sepertinya bayang-bayang resesi mulai menjauh dari negeri sufi itu. Di kuartal ketiga ini, ekonomi Turki tumbuh positif.
Ekonomi Turki tumbuh 0,9% secara tahun-ke-tahun (year-on-year/YoY) pada kuartal III-2019. Hal ini diumumkan Turkish Statistical institute (TurtStat), Senin kemarin.
Nilai PDB mencapai 1,15 triliun Lira (US$ 201,9 miliar) dari Juli hingga September 2019. Ekspor barang dan jasa naik 5,1% YoY sementara impor tumbuh 7,6%.
"Pertumbuhan didukung pertanian naik hingga 3,7%. Sementara industri naik 1,6% dan sektor konstruksi justru melemah 7,8%," tulis Reuters mengutip TurstStat.
"Pertumbuhan sektor jasa, yang terdiri dari perdagangan, transportasi, akomodasi dan layanan makanan juga naik. Angkanya mencapai 0,6%."
Pertumbuhan ini menghentikan kontraksi yang telah terjadi selama tiga kuartal berturut-turut. Artinya Turki berhasil lepas dari jerat resesi yang ditimbulkan krisis mata uang tahun lalu.
Membaiknya ekonomi, mendorong inflasi ke satu digit di Oktober. Sementara pertumbuhan kredit juga meningkat karena pemangkasan suku bunga yang dilakukan bank sentral.
Bank sentral Turki memangkas suku bunga menjadi 14%. Lebih rendah dari 24% pada Juli. [cnb]
Pertumbuhan ekonomi yang negatif secara kuartal ke kuartal ini membawa negeri Presiden Recep Tayyip Erdogan itu ke lubang resesi. Resesi merupakan keadaan di mana ekonomi menunjukkan kontraksi dua kuartal atau lebih di satu tahun.
Namun kini, sepertinya bayang-bayang resesi mulai menjauh dari negeri sufi itu. Di kuartal ketiga ini, ekonomi Turki tumbuh positif.
Ekonomi Turki tumbuh 0,9% secara tahun-ke-tahun (year-on-year/YoY) pada kuartal III-2019. Hal ini diumumkan Turkish Statistical institute (TurtStat), Senin kemarin.
Nilai PDB mencapai 1,15 triliun Lira (US$ 201,9 miliar) dari Juli hingga September 2019. Ekspor barang dan jasa naik 5,1% YoY sementara impor tumbuh 7,6%.
"Pertumbuhan didukung pertanian naik hingga 3,7%. Sementara industri naik 1,6% dan sektor konstruksi justru melemah 7,8%," tulis Reuters mengutip TurstStat.
"Pertumbuhan sektor jasa, yang terdiri dari perdagangan, transportasi, akomodasi dan layanan makanan juga naik. Angkanya mencapai 0,6%."
Pertumbuhan ini menghentikan kontraksi yang telah terjadi selama tiga kuartal berturut-turut. Artinya Turki berhasil lepas dari jerat resesi yang ditimbulkan krisis mata uang tahun lalu.
Membaiknya ekonomi, mendorong inflasi ke satu digit di Oktober. Sementara pertumbuhan kredit juga meningkat karena pemangkasan suku bunga yang dilakukan bank sentral.
Bank sentral Turki memangkas suku bunga menjadi 14%. Lebih rendah dari 24% pada Juli. [cnb]