Masa Bulan Madu Jokowi-Maruf Amin, Ekonomi Indonesia Gagal

Ridhmedia
18/12/19, 04:02 WIB
RIDHMEDIA - Layaknya pasangan pengantin baru, Presiden Joko Widodo dan wakilnya Maruf Amin seharusnya sedang menikmati masa bulan madu.

Keduanya yang dilantik Oktober lalu sewajarnya sedang menjalani masa-masa paling indah dan bergairah.  Namun hal itu ternyata hanya menjadi khayalan belaka.

Pasalnya, dalam tiga bulan ini hal yang diharapkan justru yang datang adalah kebalikannya. Ada banyak kegaduhan dan perekonomian juga semakin memburuk.

Demikian analisa yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (CESPELS), Ubedilah Badrun.

Kegaduhan tersebut di antaranya soal Menteri Agama, lalu skandal BUMN,  dan ekonomi yang terus memburuk karena neraca perdagangan justru defisit.

"Dalam perspektif ekonomi politik pemerintahan yang baru dilantik biasanya selama tiga bulan mendapat insentif lebih dukungan publik yang luas dan ekspektasi publik yang positif karena gairah ekonomi naik," ujar Ubedilah kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (17/12).

"Semestinya energinya yang hadir adalah positif sehingga bisa mendongkrak kondisi ekonomi negara secara umum," sambungnya.

Berdasarkan analisa di atas, Ubedilah menyimpulkan hal tersebut terjadi karena data memang menunjukan kondisi perekonomian yang memburuk.

"Neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 negatif. Neraca dagang tercatat rugi atau tekor 1,33 miliar dolar AS. Angka tersebut berasal dari ekspor November 2019 sebesar 14,01 miliar dolar AS dan impor sebesar 15,34 miliar dolar AS," jelasnya.

Dengan total nilai impor 15,34 miliar dolar AS, maka dibandingkan Oktober 2019 impor naik 3,94 persen. Peningkatan impor terjadi baik di komoditas migas maupun non migas.

"Keadaan seperti inilah yang membuat Jokowi mulai emosional," imbuhnya.

Ubedilah menyatakan, masa bulan madu pemerintahan baru ini telah gagal dimanfaatkan sebagai momentum pemulihan ekonomi nasional.

"Kedepan situasi ini bisa jadi makin memburuk jika Jokowi tidak hati-hati masih menggunakan pola lama sekedar sibuk bertahan dari gempuran ekonomi global. Minus inisiatif," pungkasnya. (ANGGA ULUNG TRANGGANA/Rmol.id)
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+