Materi Khilafah Berubah, Bukti Pendidikan Didikte Barat

Ridhmedia
28/12/19, 10:32 WIB
Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd alumni Pascasarjana Unlam

Perubahan materi Khilafah dari pelajaran Fiqih ke Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) saja merupakan bukti pendidikan saat ini didikte Barat. Pendidikan Islam kini berkiblat pada peradaban Barat sekuler bukan dunia Islam yang melahirkan peradaban muslim. Meski materi Khilafah, termasuk jihad di dalamnya bagian dari ajaran Islam, pemerintah tetap menjalankan progamnya dengan dalih melawan radikalisme.

Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi mengatakan, materi khilafah dan perang akan dimasukkan dalam mata pelajaran sejarah Islam. Materi khilafah dan perang tidak jadi dihapuskan karena banyak penolakan dari berbagai pihak terkait kebijakan tersebut. Menurutnya dengan memasukkan materi khilafah dan perang digabungkan ke pelajaran sejarah Islam, bukan ke fiqih itu paling terbaik. (https://m.republika.co.id/berita/q2e8bv377/materi-khilafah-jadi-sejarah-menag-itu-paling-emfairem)

Direktorat KSKK Madrasah sudah menerbitkan surat edaran untuk Kepala Kanwil Kemenag Provinsi se-Indonesia terkait dengan implementasi KMA 183 dan 184 Tahun 2019. Ada dua hal pokok yang tertuang dalam edaran tersebut. Pertama, penegasan berlakunya KMA 183 dan 184 tahun 2019. Salah satu perubahannya adalah masuknya materi khilafah dalam pelajaran SKI, bukan Fikih. Kedua, soal ujian yang masih menempatkan bahasan khilafah pada mata pelajaran Fikih untuk ditarik dan diganti. (https://mediaindonesia.com/read/detail/276581-khilafah-dan-jihad-dipindah-dari-pelajaran-fikih-ke-sejarah)

Selain mengubah materi Khilafah, Kemenag juga melakukan penulisan ulang 155 buku pelajaran agama Islam dari jenjang kelas 1 sampai 12 karena kontennya sudah ketinggalan, sekaligus mencegah masuknya paham radikal melalui lingkungan sekolah. Ratusan buku yang ditulis ulang itu akan dirilis akhir 2019 ini.

Terkait konten khilafah sebagai bagian mata pelajaran SKI Khilafah akan disampaikan dalam konteks sejarah kebudayaan yang lebih menitikberatkan pembangunan peradaban, sejak zaman Nabi, Khulafarurrasyidin, Daulah Umayyah, Abasiyah, hingga Turki Usmani. Termasuk juga, perkembangan Islam modern serta relasinya dengan kepemimpinan bangsa dan negara.

Selain Khilafah, penyesuaian juga dilakukan dalam materi pelajaran tentang jihad. Materi ini diharapkan tidak semata membahas perkembangan perjuangan Islam sejak zaman Nabi, Khulafaurrosidin, sampai ulama, tapi juga tentang dinamika jihad kontemporer. Misalnya, mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun peradaban, pembaharuan pemikiran. (https://m.cnnindonesia.com/nasional/20191209182627-20-455447/menag-konten-khilafah-dipindah-dari-fiqih-ke-sejarah-islam)

Sistem Sekuler Menjadikan Pendidikan Berkiblat Ke Barat

Pendidikan saat ini berkiblat ke Barat tidak lepas dari sistem sekuler saat ini yang diterapkan. Pendidikan peradaban barat adalah pendidikan barat yang muncul dari memisahkan agama dari kehidupan. Barat mengatur kehidupan sesuai kemanfaatan dan materi dunia semata tidak memandang halal haram. Pendidikan ala barat otomatis akan melahirkan peradaban barat, berbagai kerusakan pun muncul karenanya. Pendidikan dan gelar diraih untuk bekerja bukan berkontribusi untuk menyelesaikan permasalahan bangsa dan jauh dari agama.

Pendidikan kini tidak luput dari penjajahan Barat. Pendidikan telah dilibatkan dalam agenda Barat untuk mempertahankan hegemoninya atas dunia Islam. Perubahan kurikulum di negeri-negeri Islam menargetkan sekularisasi kurikulum pendidikan dan memutuskan hubungan dengan akidah Islam dalam wacana perang melawan radikalisme (termasuk Khilafah dan jihad).

Tuntutan perubahan pendidikan oleh pemerintah saat ini tidak lepas dari pengaruh negara-negara besar akibat dari peristiwa politik yang berubah di berbagai negara dan berkaitan erat dengan sikap dunia internasional terhadap Islam. Akibatnya, setiap kali kesadaran politik Islam meningkat dalam tubuh umat, pembatasan yang diterapkan pada kurikulum pendidikan meningkat, juga propaganda dari rekomendasi internasional bahwa perlu untuk mengubah kurikulum meluas.

Propaganda yang menyatakan bahwa dunia muslim tidak harus memusuhi Barat, tidak mengajak jihad, menyerukan perdamaian, berdamai dengan entitas Yahudi, membudayakan toleransi, pluralisme, menerima orang lain, dan ramah. Dampak lanjutannya adalah agama Islam dipelajari di sekolah-sekolah Islam sebatas materi spiritual dan etika seperti Barat memahami agamanya. Islam hanya dipelajari satu aspek saja, jauh dari kehidupan dan hakikat kehidupan (sekularisme).

Buktinya saat ini, materi Khilafah hanya dijadikan sebagai mata pelajaran sejarah Islam saja bukan ajaran dari Islam yang wajib diketahui apalagi diamalkan. Termasuk jihad, maknanya disempitkan, bukan lagi kewajiban seruan Khalifah untuk memerangi dan melindungi negeri-negeri muslim yang dianiaya oleh kafir penjajah.

Khilafah dan Jihad dulu ditakuti oleh negeri-negeri kafir Barat sekarang materinya pun ditakuti dan dihilangkan oleh orang atau pemerintah dari negeri muslim itu sendiri. Dalam negara mayoritas Islam pun, khususnya dunia pendidikan dapat dikatakan arahnya berkiblat ke Barat (red: dijajah Barat).

Khilafah Mewujudkan Pendidikan Peradaban Mulia

Khilafah dan jihad merupakan bagian dari ajaran sekaligus peradaban Islam yang dengannya akan lahir para intelektual yang cerdas, berakhlak mulia sekaligus bertakwa. Sektor pendidikan yang diembannya pun punya visi misi jelas yakni melahirkan intelektual berkepribadian Islam yang dibutuhkan umat dan negara.

Hanya Khilafah sajalah negara yang akan menjadikan pengetahuan memenuhi tujuan sebenarnya bagi umat manusia, seperti hujan yang menguntungkan bumi ini dan segala sesuatu di dalamnya. Namun, pendidikan Islam dan Khilafah telah dihapus akibat propaganda Barat pada dunia Islam yang merusak tatanan kehidupan umat Islam. Umat Islam saat ini telah terhipnotis dengan kemajuan dan peradaban Barat karena mereka meninggalkan agama mereka.

Padahal, umat Islam pernah berjaya dan mulia dengan peradaban Islamnya melalui Khilafah karena menegakkan aturan agama dalam semua lini kehidupan. Turki Usmani, pada masa Khilafah Sultan Abdul Hamid 2 adalah bukti sejarah Islam terakhir dari kekhilafahan Islam yang pernah berjaya hampir dua setengah abad dan menguasai hampir sepertiga dunia.

Wajarlah jika Khilafah kini kembali ditakuti dan menjadi monster bagi ideologi Barat kapitalis sekuler dan sosialis komunis. Sebagaimana pernyataan Lord Curzon Menteri Luar Negeri Inggris bahwa “Kita telah menghancurkan Turki dan Turki tidak mungkin akan kembali bangkit. Sebab kita telah menghancurkan dua kekuatannya yakni Islam dan Khilafah”, suatu hari kalimat ini hanya akan menjadi catatan sejarah.
( https://www.muslimahnews.com/2019/12/06/kampus-dan-intelektual-tersandera-kooptasi-peradaban-sekuler/)

Oleh karena itu, umat Islam harusnya sadar bahwa Khilafah bukan sekedar catatan sejarah. Khilafah adalah sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia untuk menerapkan hukum-hukum Islam dan mengembangkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Orang yang memimpin disebut Khilafah, Imam atau Amirul Mukminin.

Umat Islam harus menyadari dan memahami akan banyak rintangan untuk membendung kebangkitan umat Islam (red:Khilafah). Diantaranya kalau dalam dunia pendidikan adalah adanya pemikiran-pemikiran tidak islami dianggap islami, kurikulum yang dibangun berdasarkan asas penjajah, dan pensakralan terhadap pengetahuan sebagai universal (tsaqofah) di dalam terdapat nilai yang bertentangan dengan Islam. (Dalam kitab Daulah Islam, an-Nabhani: 320)
Wallahu'alam...
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+