Oleh: M Riza Fadillah
PEMBUKTIAN"kehebatan" Mendikbud Nadiem tidak terlihat. Menunggu langkah brilian mengubah dan memproduk sistem pendidikan yang unggul makin jauh dari harapan. Nadiem justru banyak menuai kritik. Cahayanya meredup. Usia panjang masa jabatan Menteri berusia muda ini tidak memiliki fondasi yang jelas. Bisa bisa Nadiem menjadi Menteri yang gagal.
Pernyataan guru "bebas" mengajar tanpa terikat panduan, belajar tanpa menghafal, serta hilangnya "ujian nasional" sebenarnya bukan yang dituntut. Yang dibutuhkan adalah sistem yang dibangun dengan kuat. Ini yang tidak terungkapkan, masih otak atik di sekitar "furu" (cabang) bukan "ushul" (pokok). "Ojek" belum mampu ditransformasi menjadi sistem. Langsung lompat ke teknis.
Nadiem mesti baca dan perlu "menghafal" tujuan pendidikan menurut UU 20/2003 tentang Pendidikan Nasional. Pasal 3 menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah "Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab".
Empat kematangan utama ditargetkan. Pertama, kematangan keagamaan yaitu menjadi manusia beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Kedua, kematangan intelektual yakni berilmu dan berfikiran sehat.
Ketiga, kematangan ketrampilan teknis yaitu cakap, kreatif, dan mandiri. Keempat, kematangan sosial yakni berkarakter demokratis dan bertanggungjawab. Nampaknya Nadiem mengalami gagal fokus untuk aspek pertama dan keempat. Ketiga juga.
Karena aspek keagamaan sangat lemah, demikian juga dengan kematangan sosial dan politik maka patut diduga Menteri Nadiem akan gagal membawa anak bangsa menjadi warga negara yang demokratis dan beragama bagus.
Anak didik diarahkan hanya akan menjadi elemen pasar. Anak anak yang "dijual" bukan yang "memiliki". Pendidikan sekadar diorientasikan untuk keperluan jangka pendek persis sebagaimana "ojek" yang hanya tergantung pesanan.
Cocoknya pula pembenahan demikian dilakukan untuk tingkat menengah saja. Itupun kejuruan. Sulit bagi Menteri bergaya Nadiem mengolah sistem pendidikan tinggi yang lebih unggul. Hingga habis masa jabatan ia akan membiarkan sistem pendidikan tinggi sebagaimana adanya. Tak akan ada terobosan berbasis akademik.
Kesimpulannya, Nadiem Makarim bukan Menteri yang hebat. Hanya "anak milenial" yang diharapkan terlalu tinggi. Dan nyatanya tidak mampu. Satu per satu akan terlihat Menteri Jokowi yang gagal. Berikutnya adalah Menteri Agama "radikal" dan Menteri BUMN "bangkrut". Masih menunggu untuk Menteri Perdagangan "importir" dan Menteri Keuangan "ahli hutang". Mereka "hidup segan mati tak mau". Mengap mengap.
(Penulis adalah Pemerhati Politik)