RIDHMEDIA - Siti Narimah (60), warga Gampong Lampasi Engking, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, bangga dan bahagia bisa mendidik dan menyekolahkan anaknya, Aula Andika Fikrullah Al Balad (26), hingga mendapat beasiswa S2 ke Lehigh University di Bethlehem, Pennsylvania, Amerika.
Narimah adalah penjual sayur di kios kecil halaman rumahnya dengan penghasilan rata-rata Rp 20.000 per hari. Ia mengaku tak pernah sekolah dan tidak mampu baca tulis.
“Saya bahagia anak bungsu saya Aula Andika Fikrullah Al Balad (26) berhasil sekolah dan mendapat beasiswa ke Amerika, memang semua anak saya selesai kuliah semua,” kata Siti Narimah saat ditemui Kompas.com, Jum'at (6/12/2019).
Narimah mengatakan, Aula sejak kecil adalah anak penurut, rajin, santun dan suka menolong. Saat libur sekolah ia selalu menemaninya ke pasar membeli sayur untuk dijual kembali di kios kecil depan rumahnya.
“Dia sejak sekolah MIN sudah tinggal di Pesantren Raudhatul Mubarakah tak jauh dari kampung. Saat libur dan jam kosong selalu pulang ke rumah bantu saya jualan. Sambil jualan dia tetap membaca buku belajar,” kenang Narimah.
Narimah mengaku tak tahu persis nama SMP dan MAN Aula sekolah dulu di Banda Aceh. Masuk SMP dan MAN itu adalah pilihan dan kemauan Aula sendiri. Namun Narimah selalu mendukung pilihan anaknya di mana pun ia mau sekolah.
“SMP dan MAN dia di Banda Aceh, dia daftar dan pilih sendiri, dari saya hanya dukungan dan doa, untuk biaya sekolah pun jarang dia minta, kalau ada saya kasih baru diambil, dia tidak pernah minta untuk jajan, berapa aja bisa,” katanya.
Aula berhasil menyelesaikan sekolah dan kuliah S1 di Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas FKIP, Unsyiah. Ia tak pernah mengeluh kepada ibunya soal biaya.
“Anak saya tidak pernah mengeluh, saat dia ikut tes sesuatu hanya diminta saya berdoa agar lulus, karena kalau biaya saya memang tidak punya, dari hasil jualan sayur cukup untuk makan sehari-hari," jelasnya.
Saat Aula memberitahukan telah berhasil mendapat beasiswa USAID prestasi program S2 di Amerika pada Juni 218 lalu, Narimah sempat khawatir, bahkan mengaku sangat berat untuk melepaskan anak bungsunya pergi jauh.
“Di awal saya sempat khawatir, nanti bagaimana dia di sana kan jauh Amerika, tapi karena itu memang cita-citanya saya harus mendukung dan selalu mendoakan agar dia selamat, dan dimudahkan selama kuliah di sana. Tapi sekarang walaupun jauh tetap terasa dekat karena sering dia telepon saya,” katanya.
Aula merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Dua kakaknya meninggal dunia pada tahun 2004 lalu karena sakit dan menjadi korban tsunami. Sementara ayahnya, Ridhwan ditemukan meninggal di dekat sawah pada saat kondisi Aceh dilanda konflik GAM dan RI.
“Saat ayahnya meninggal, Aula masih kelas 5 MIN. Saat itu masih terjadi konflik. Sebelum meninggal, ayahnya berprofesi sebagai perajin perabotan dan tukang bangunan rumah,” ujarnya. [kpc]
Narimah adalah penjual sayur di kios kecil halaman rumahnya dengan penghasilan rata-rata Rp 20.000 per hari. Ia mengaku tak pernah sekolah dan tidak mampu baca tulis.
“Saya bahagia anak bungsu saya Aula Andika Fikrullah Al Balad (26) berhasil sekolah dan mendapat beasiswa ke Amerika, memang semua anak saya selesai kuliah semua,” kata Siti Narimah saat ditemui Kompas.com, Jum'at (6/12/2019).
Narimah mengatakan, Aula sejak kecil adalah anak penurut, rajin, santun dan suka menolong. Saat libur sekolah ia selalu menemaninya ke pasar membeli sayur untuk dijual kembali di kios kecil depan rumahnya.
“Dia sejak sekolah MIN sudah tinggal di Pesantren Raudhatul Mubarakah tak jauh dari kampung. Saat libur dan jam kosong selalu pulang ke rumah bantu saya jualan. Sambil jualan dia tetap membaca buku belajar,” kenang Narimah.
Narimah mengaku tak tahu persis nama SMP dan MAN Aula sekolah dulu di Banda Aceh. Masuk SMP dan MAN itu adalah pilihan dan kemauan Aula sendiri. Namun Narimah selalu mendukung pilihan anaknya di mana pun ia mau sekolah.
“SMP dan MAN dia di Banda Aceh, dia daftar dan pilih sendiri, dari saya hanya dukungan dan doa, untuk biaya sekolah pun jarang dia minta, kalau ada saya kasih baru diambil, dia tidak pernah minta untuk jajan, berapa aja bisa,” katanya.
Aula berhasil menyelesaikan sekolah dan kuliah S1 di Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas FKIP, Unsyiah. Ia tak pernah mengeluh kepada ibunya soal biaya.
“Anak saya tidak pernah mengeluh, saat dia ikut tes sesuatu hanya diminta saya berdoa agar lulus, karena kalau biaya saya memang tidak punya, dari hasil jualan sayur cukup untuk makan sehari-hari," jelasnya.
Saat Aula memberitahukan telah berhasil mendapat beasiswa USAID prestasi program S2 di Amerika pada Juni 218 lalu, Narimah sempat khawatir, bahkan mengaku sangat berat untuk melepaskan anak bungsunya pergi jauh.
“Di awal saya sempat khawatir, nanti bagaimana dia di sana kan jauh Amerika, tapi karena itu memang cita-citanya saya harus mendukung dan selalu mendoakan agar dia selamat, dan dimudahkan selama kuliah di sana. Tapi sekarang walaupun jauh tetap terasa dekat karena sering dia telepon saya,” katanya.
Aula merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Dua kakaknya meninggal dunia pada tahun 2004 lalu karena sakit dan menjadi korban tsunami. Sementara ayahnya, Ridhwan ditemukan meninggal di dekat sawah pada saat kondisi Aceh dilanda konflik GAM dan RI.
“Saat ayahnya meninggal, Aula masih kelas 5 MIN. Saat itu masih terjadi konflik. Sebelum meninggal, ayahnya berprofesi sebagai perajin perabotan dan tukang bangunan rumah,” ujarnya. [kpc]