Ridhmedia - Ekonom senior Dr. Rizal Ramli membuka data baru terkait realisasi penerimaan pajak jelang pergantian tahun.
Mencengangkan, penerimaan pajak tahun 2019 masih kurang Rp. 267 triliun.
Hingga pukul 10.30 WIB, Selasa (31/12), pencapaian realisasi penerimaan pajak baru 83,04 persen. Artinya, Rp. 267 triliun belum terkumpul dari target Rp 1.577,5 triliun.
Target penerimaan pajak sebesar Rp. 1.577.555.850.376.000, sementara realisasinya hingga pukul 10.30 WIB baru Rp. 1.310.048.967.449.037.
Jelas RR sapaan akrab Rizal Ramli, kekurangan penerimaan pajak tahun ini terbesar dalam 20 tahun terakhir, dan tax ratio terendah juga dalam 20 tahun terakhir.
"Inilah prestasi Menkeu "Terbalik" (Sri Mulyani) sehingga harus meminjam lebih besar dengan bunga lebih tinggi tahun 2020," ujar RR kepada wartawan, Selasa.
Cicilan pokok dan bunga yang semakin tinggi itu, lanjut Menko Prekonomian era Presiden Gus Dur ini, harus dibayar oleh rakyat dengan kenaikan harga energi, utilitas, pemotogan subsidi pupuk, perumahan dan lain-lain.
"Anjlok karena ekonomi dan daya beli yang merosot. Dan tahun 2020 akan lebih anjlok lagi jika tidak ada perubahan strategi ekonomi," demikian RR. [rmo]
Mencengangkan, penerimaan pajak tahun 2019 masih kurang Rp. 267 triliun.
Hingga pukul 10.30 WIB, Selasa (31/12), pencapaian realisasi penerimaan pajak baru 83,04 persen. Artinya, Rp. 267 triliun belum terkumpul dari target Rp 1.577,5 triliun.
Target penerimaan pajak sebesar Rp. 1.577.555.850.376.000, sementara realisasinya hingga pukul 10.30 WIB baru Rp. 1.310.048.967.449.037.
Jelas RR sapaan akrab Rizal Ramli, kekurangan penerimaan pajak tahun ini terbesar dalam 20 tahun terakhir, dan tax ratio terendah juga dalam 20 tahun terakhir.
"Inilah prestasi Menkeu "Terbalik" (Sri Mulyani) sehingga harus meminjam lebih besar dengan bunga lebih tinggi tahun 2020," ujar RR kepada wartawan, Selasa.
Cicilan pokok dan bunga yang semakin tinggi itu, lanjut Menko Prekonomian era Presiden Gus Dur ini, harus dibayar oleh rakyat dengan kenaikan harga energi, utilitas, pemotogan subsidi pupuk, perumahan dan lain-lain.
"Anjlok karena ekonomi dan daya beli yang merosot. Dan tahun 2020 akan lebih anjlok lagi jika tidak ada perubahan strategi ekonomi," demikian RR. [rmo]