IDTODAYCO - Peneliti dari tim Geodesi Institut Teknologi Bandung Heri Andreas mengkampanyekan Save Pekalongan. Kota Batik itu sekarang menjadi wilayah di pinggir laut yang tercepat penurunan tanahnya.
“Banjir rob (air laut) sudah setengah kota, 20-30 tahun bisa satu kota robnya,” kata dia kepada Tempo.
Tim melakukan pengambilan data di Pekalongan dalam dua periode. Pada kurun 2007-2011 melalui data satelit. Sementara pada 2013 dengan kombinasi pengukuran memakai alat global positioning system (GPS). “Hasilnya penurunan tanah rata-rata 10 sentimeter per tahun, ada yang maksimal 17 sentimeter,” ujarnya saat ditemui di Bandung, Sabtu, 6 Desember 2019.
Wilayah yang ambles itu menurut Heri dari utara sampai tengah kota juga utara kabupaten Pekalongan. Menurutnya penyebab penurunan tanah di Pekalongan akibat pengambilan air tanah dan kebijakan pemerintah daerah.
Kondisinya, warga kesulitan air bersih sementara perusahaan daerah air minumnya tidak sanggup memasok. Pemerintah daerah lalu membuat program pengeboran air artesis di setiap RW (rukun warga) berkedalaman hingga 100 meter. “Kebijakan pemdanya bikin bunuh diri massal, krisis air lalu kotanya tenggelam. Karena itu saya kampanye Save Pekalongan,” ujar Heri.
Dia mengaku sudah bertemu dan membicarakan masalah itu dengan Bupati dan Walikota Pekalongan. Kini pemerintah tengah membangun tanggul di pantai utara Pekalongan. Menurut Heri, tanggul itu diperkirakan 5 tahun lagi akan tenggelam juga nantinya. “Bukan karena kenaikan air laut (sea level rise) tapi subsidens,” kata dia.
Heri menyarankan pemerintah daerah Pekalongan menghentikan pengambilan air tanah dan mencari pengganti sumber airnya. Selain itu untuk menahan laju penurunan tanah misalnya dengan mengisi kembali air tanah.
Tempo berusaha mengkonfirmasi riset Geodesi ITB di Pekalongan itu ke beberapa peneliti lembaga pemerintah di Bandung seperti Pusat Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ternyata belum pernah ada penelitiannya.
“Pekalongan baru peninjauan di utara itu kalau rob habis,” kata Wahyudin, peneliti di Badan Geologi, Kamis, 12 Desember 2019.
Peneliti dari LIPI Dwi Sarah mengatakan Kota Pekalongan belum diteliti, sementara ini baru penurunan tanah di Semarang dan Demak. [tpc]
“Banjir rob (air laut) sudah setengah kota, 20-30 tahun bisa satu kota robnya,” kata dia kepada Tempo.
Tim melakukan pengambilan data di Pekalongan dalam dua periode. Pada kurun 2007-2011 melalui data satelit. Sementara pada 2013 dengan kombinasi pengukuran memakai alat global positioning system (GPS). “Hasilnya penurunan tanah rata-rata 10 sentimeter per tahun, ada yang maksimal 17 sentimeter,” ujarnya saat ditemui di Bandung, Sabtu, 6 Desember 2019.
Wilayah yang ambles itu menurut Heri dari utara sampai tengah kota juga utara kabupaten Pekalongan. Menurutnya penyebab penurunan tanah di Pekalongan akibat pengambilan air tanah dan kebijakan pemerintah daerah.
Kondisinya, warga kesulitan air bersih sementara perusahaan daerah air minumnya tidak sanggup memasok. Pemerintah daerah lalu membuat program pengeboran air artesis di setiap RW (rukun warga) berkedalaman hingga 100 meter. “Kebijakan pemdanya bikin bunuh diri massal, krisis air lalu kotanya tenggelam. Karena itu saya kampanye Save Pekalongan,” ujar Heri.
Dia mengaku sudah bertemu dan membicarakan masalah itu dengan Bupati dan Walikota Pekalongan. Kini pemerintah tengah membangun tanggul di pantai utara Pekalongan. Menurut Heri, tanggul itu diperkirakan 5 tahun lagi akan tenggelam juga nantinya. “Bukan karena kenaikan air laut (sea level rise) tapi subsidens,” kata dia.
Heri menyarankan pemerintah daerah Pekalongan menghentikan pengambilan air tanah dan mencari pengganti sumber airnya. Selain itu untuk menahan laju penurunan tanah misalnya dengan mengisi kembali air tanah.
Tempo berusaha mengkonfirmasi riset Geodesi ITB di Pekalongan itu ke beberapa peneliti lembaga pemerintah di Bandung seperti Pusat Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Ternyata belum pernah ada penelitiannya.
“Pekalongan baru peninjauan di utara itu kalau rob habis,” kata Wahyudin, peneliti di Badan Geologi, Kamis, 12 Desember 2019.
Peneliti dari LIPI Dwi Sarah mengatakan Kota Pekalongan belum diteliti, sementara ini baru penurunan tanah di Semarang dan Demak. [tpc]