Ridhmedia - Menteri Keuangan Sri Mulyani kembali menunjukkan kinerja jeblok. Realisasi penerimaan pajak tahun 2019 tidak mencapai terget.
Penerimaan pajak tahun ini masih kurang Rp. 267 triliun. Hingga pukul 10.30 WIB, Selasa (31/12), pencapaian realisasi penerimaan pajak baru 83,04 persen. Artinya, Rp. 267 triliun belum terkumpul dari target Rp. 1.577,5 triliun.
Target penerimaan pajak sebesar Rp. 1.577.555.850.376.000, sementara realisasinya hingga pukul 10.30 WIB baru Rp. 1.310.048.967.449.037.
"Makanya Sri Mulyani itu harus mundur dari Menteri Keuangan, karena realisasi pajak tidak tercapai. Ini artinya kinerja Sri Mulyani jeblok," kata Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi kepada redaksi, Selasa.
Dengan demikian, lanjut Uchok, kalau target pajak tidak tercapai, pemerintah harus cari utang lagi untuk menutupi masih kurangnya pajak sekitar Rp. 267 triliun.
"Kalau utang-mengutang, dari dulu Sri Mulyani paling jago dan hobi favoritnya. Utang terus Bu Sri Mulyani," tukasnya. [rmo]
Penerimaan pajak tahun ini masih kurang Rp. 267 triliun. Hingga pukul 10.30 WIB, Selasa (31/12), pencapaian realisasi penerimaan pajak baru 83,04 persen. Artinya, Rp. 267 triliun belum terkumpul dari target Rp. 1.577,5 triliun.
Target penerimaan pajak sebesar Rp. 1.577.555.850.376.000, sementara realisasinya hingga pukul 10.30 WIB baru Rp. 1.310.048.967.449.037.
"Makanya Sri Mulyani itu harus mundur dari Menteri Keuangan, karena realisasi pajak tidak tercapai. Ini artinya kinerja Sri Mulyani jeblok," kata Direktur Eksekutif Center for Budget Analysis (CBA) Uchok Sky Khadafi kepada redaksi, Selasa.
Dengan demikian, lanjut Uchok, kalau target pajak tidak tercapai, pemerintah harus cari utang lagi untuk menutupi masih kurangnya pajak sekitar Rp. 267 triliun.
"Kalau utang-mengutang, dari dulu Sri Mulyani paling jago dan hobi favoritnya. Utang terus Bu Sri Mulyani," tukasnya. [rmo]