RIDHMEDIA - Di tengah kerusuhan demonstrasi menolak undang-undang kewarganegaraan India yang baru, empat perempuan itu bergandengan tangan melingkar membentuk perisai manusia untuk melindungi rekan kuliah mereka ketika polisi menyerang dan memukuli membabi buta. Wajah Shaheen Abdulla tampak berdarah ketika dia berteriak menyerukan teman-teman untuk "lekas masuk ke dalam". Perempuan itu beradu pandang dengan para polisi di depannya dan jarinya menunjuk-nunjuk mendesak supaya aparat segera menjauh.
Dikutip dari laman Time, Kamis (19/12), video adegan itu beredar viral di media sosial. Shaheen dan rekan-rekannya tiba-tiba menjadi simbol nasional perlawanan. Tapi dia sendiri berkeras, malam itu ada banyak pahlawan lain yang menolong dan melindungi orang-orang dari amukan polisi.
"Kami hanyalah orang yang tertangkap kamera," kata dia kepada majalah Time.
Video itu memperlihatkan kebrutalan polisi dalam menghadapi demonstran memprotes UU Kewarganegaraan yang kontroversial karena bias agama. Ribuan mahasiswa di berbagai universitas dan kota di seantero negeri menggelar unjuk rasa. Demo ini adalah yang terbesar sejak Perdana Menteri narendra Modi berkuasa sejak 2014.
Mahasiswa dari sedikitnya 50 kampus dan universitas di India turun ke jalan memprotes pemerintah yang meloloskan UU Kewarganegaraan 12 Desember lalu.
Bertentangan dengan Konstitusi India
Banyak kalangan menilai undang-undang itu bertentangan dengan konstitusi sekuler India yang menjamin kesetaraan berbagai agama.
"Inti dari perjuangan kebebasan India dan konstitusi adalah kesetaraan warga negara apa pun agamanya," kata Hars Mander, aktivis dan mantan pegawai negeri kepada Time sebelum dia kemudian ditangkap aparat.
Belum ada laporan korban tewas di universitas dan di tempat lain tapi sejauh ini banyak laporan mahasiswa hilang. Lebih dari belasan mahasiswa dari Universitas Aligarh Muslim masih belum diketahui keberadaannya setelah polisi menggerebek kampus itu hingga menyebabkan ratusan mahasiswa luka. Di Universitas Jamia Millia Islamia sedikitnya 35 mahasiswa ditangkap.
Kelompok non muslim juga bergabung dengan demonstran menggelar protes. Sreekanth Sivadasan, fotografer dan mahasiswa di Jamia mengaku dirinya bukan muslim.
"Mereka ingin memecah belah komunitas," kata dia. "Ini bukan hanya perjuangan warga muslim. Jika saudara muslim dan muslimah saya berjuang, maka saya tidak akan biarkan mereka berjuang sendirian." [mdc]
Dikutip dari laman Time, Kamis (19/12), video adegan itu beredar viral di media sosial. Shaheen dan rekan-rekannya tiba-tiba menjadi simbol nasional perlawanan. Tapi dia sendiri berkeras, malam itu ada banyak pahlawan lain yang menolong dan melindungi orang-orang dari amukan polisi.
"Kami hanyalah orang yang tertangkap kamera," kata dia kepada majalah Time.
Video itu memperlihatkan kebrutalan polisi dalam menghadapi demonstran memprotes UU Kewarganegaraan yang kontroversial karena bias agama. Ribuan mahasiswa di berbagai universitas dan kota di seantero negeri menggelar unjuk rasa. Demo ini adalah yang terbesar sejak Perdana Menteri narendra Modi berkuasa sejak 2014.
Mahasiswa dari sedikitnya 50 kampus dan universitas di India turun ke jalan memprotes pemerintah yang meloloskan UU Kewarganegaraan 12 Desember lalu.
Bertentangan dengan Konstitusi India
Banyak kalangan menilai undang-undang itu bertentangan dengan konstitusi sekuler India yang menjamin kesetaraan berbagai agama.
"Inti dari perjuangan kebebasan India dan konstitusi adalah kesetaraan warga negara apa pun agamanya," kata Hars Mander, aktivis dan mantan pegawai negeri kepada Time sebelum dia kemudian ditangkap aparat.
Belum ada laporan korban tewas di universitas dan di tempat lain tapi sejauh ini banyak laporan mahasiswa hilang. Lebih dari belasan mahasiswa dari Universitas Aligarh Muslim masih belum diketahui keberadaannya setelah polisi menggerebek kampus itu hingga menyebabkan ratusan mahasiswa luka. Di Universitas Jamia Millia Islamia sedikitnya 35 mahasiswa ditangkap.
Kelompok non muslim juga bergabung dengan demonstran menggelar protes. Sreekanth Sivadasan, fotografer dan mahasiswa di Jamia mengaku dirinya bukan muslim.
"Mereka ingin memecah belah komunitas," kata dia. "Ini bukan hanya perjuangan warga muslim. Jika saudara muslim dan muslimah saya berjuang, maka saya tidak akan biarkan mereka berjuang sendirian." [mdc]