Sistem Islam Siap Lahirkan Generasi Ulul Albab

Ridhmedia
28/12/19, 10:45 WIB
Oleh: N. Vera Khairunnisa

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Mahfud MD menyebutkan, dunia perguruan tinggi (PT) sedang menjadi “terdakwa” dari kekacauan tata kelola pemerintahan dan munculnya korupsi di mana-mana. Hal itu dikemukakan Mahfud MD, saat menyampaikan stadium generale pada acara wisuda 750 sarjana dan magister Universitas Islam Kadiri, di Kediri, Jawa Timur, Sabtu, 21 Desember 2019.

Mahfud berharap perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan sarjana, tapi juga mencetak intelektual. “Jadilah ulul albab, orang yang cerdas dan mulia akhlak. Ini sebuah tantangan bagi perguruan tinggi,” ujarnya.

“Apa artinya kalau sarjana hanya jadi tukang. Jadilah sarjana intelektual yang beriman, dan bertanggung jawab untuk berbuat baik,” kata Mahfud yang juga seorang dosen di Universitas IsIam Indonesia Yogyakarta itu.

Apa yang disampaikan Mahfud bukanlah hal yang mengada-ada. Hari ini, kita tidak bisa mengukur intelektual seseorang dari tingginya dia dalam menempuh jenjang pendidikan. Bisa dikatakan bahwa untuk menjadi sarjana itu mudah. Yang susah adalah menjadi intelektual. Sebab, begitu banyak sarjana, namun tak mampu berpikir intelek.

Fakta ini sebetulnya bisa menjadi bukti bahwa sistem pendidikan hari ini gagal dalam melahirkan para intelek. Sistem pendidikan yang berbasis kapitalis sekuler hanya berorientasi melahirkan generasi yang dipersiapkan untuk bekerja.

Di sisi yang lain, penguasa diduga tidak mampu menciptakan lapangan kerja. Sehingga tidak sedikit sarjana yang ilmunya tidak mampu diaplikasikan dalam kehidupan, sebab pekerjaannya tidak sesuai dengan bidang yang dia pelajari selama kuliah. Maka tidak heran jika saat ini kita menemukan bertebaran tukang yang lulusan sarjana. Mulai dari tukang ojeg hingga tukang parkir (penulis tidak bermaksud merendahkan profesi tersebut).

Selain tidak mampu melahirkan intelektual, sistem pendidikan hari ini juga tidak mampu melahirkan generasi yang berakhlak mulia. Faktanya sebagaimana yang disampaikan Mahfud, bahwa para pelaku korupsi adalah mereka yang sudah sarjana. Inilah buah dari sistem pendidikan sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan. Tentu satu hal yang sangat sulit bahkan mustahil sistem pendidikan ini mampu melahirkan generasi ulul albab, orang cerdas dan berakhlak mulia.

Berbeda halnya dengan sistem pendidikan Islam. Kurikulum pendidikan yang berbasis akidah Islam, dengan tujuan melahirkan generasi yang mumpuni dalam ilmu sains dan teknologi serta memiliki kepribadian Islam, sudah terbukti mampu mencetak generasi unggul. Mereka bukan hanya cemerlang dalam ilmu keduniaan, namun juga memiliki adab yang sangat luhur. Jauh dari berbuat kriminal semisal korupsi. Sebab jiwa mereka selalu diliputi rasa takut terhadap ilahi.

Begitu banyak ulama dan ilmuan yang lahir ketika sistem pendidikan Islam diterapkan dalam kehidupan. Tentu kita kenal dengan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Mungkin selama ini, kita lebih mengenal beliau hanya sebagai ulama saja. Padahal, beliau bukan hanya seorang ulama besar, namun juga menguasai 13 bidang ilmu sains mulai dari astronomi hingga kedokteran.

Kita juga tidak asing dengan Ibnu Sina (980-1037 M), Bapak Pengobatan Modern yang oleh sejarawan George Sarton dinobatkan sebagai ilmuwan paling terkenal dari Islam juga seorang ilmuwan multidisipliner. Filsafat, kedokteran, ilmu agama, ilmu pendidikan dikuasainya. Dalam Al-Qanun fi At Tibb, ia memadukan antara pengobatan dan nilai-nilai keislaman.

Al-Khawarizmi (780-846 M) ahli matematika, Ibnu al-Haitham (965-1040 M) ahli astronomi dan matematika, Jabir ibnu Hayyan (721M – 815 M) peletak dasar ilmu kimia modern, Al-Razi (865-925 M) ahli pengobatan, serta sederet ulama dan ilmuan lainnya merupakan produk dari sistem pendidikan Islam.

Tentu saja kita merindukan diatur oleh sistem pendidikan Islam. Dimana kita akan diberikan sarana dan fasilitas untuk memperdalam ilmu agama dan ilmu keduniaan secara murah bahkan gratis. Kita rindu diatur oleh kurikulum pendidikan yang berbasis akidah Islam, yang mampu membuat suasana keimanan dan ketakwaan senantiasa kokoh. Kita pun rindu berada di sebuah wilayah yang mampu melahirkan banyak intelektual berkepribadian Islam.

Namun, sistem pendidikan Islam hanya mampu diterapkan oleh sebuah negara yang menggunakan Islam sebagai solusi dalam bernegara. Oleh karena itu, sudah saatnya kerinduan kita pada diterapkannya sistem pendidikan Islam, dibarengi dengan perjuangan untuk menegakkan negara yang berbasis akidah Islam. Wallahua'lam.
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+