RIDHMEDIA - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi bercerita tentang persahabatannya dengan Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Fachrul mengatakan dirinya dan Luhut sangat dekat meski berbeda agama.
Hal itu disampaikan Fachrul saat memberi sambutan dalam acara peluncuran Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) tahun 2019 yang dilakukan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama di Kantor Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (11/12/2019). Fachrul awalnya menyapa Luhut yang hadir.
"Ngomong-ngomong Pak Luhut saya jadi ingat, Pak Luhut itu orang Kristen yang baik. Saya alhamdulillah muslim yang baik. Tapi kami bersahabat luar biasa sekali," ujar Fachrul.
Dia mengatakan, saking dekatnya dirinya dan Luhut, ada istilah 'Di mana ada Luhut, di situ ada Fachrul' dan sebaliknya. Meski demikian, persahabatan itu tak mengganggu keimanan masing-masing.
"'Di mana ada Pak Luhut pasti ada Pak Fachrul di situ, kalau ada Pak Fachrul pasti ada Pak Luhut'. Begitu dekatnya kami tapi tidak sedikit pun mengganggu keimanan dan ketakwaan kami sesuai dengan agama yang kami anut," ujarnya.
Fachrul kemudian melanjutkan ceritanya saat dia mengundang para pemeluk agama selain Islam untuk menghadiri acara buka puasa di rumahnya. Dia mengatakan banyak teman-temannya yang nonmuslim hadir di acara bukber di rumahnya.
"Tiap tahun pasti ada buka puasa bersama di rumah saya, teman-teman nonmuslim pasti hadir semua. Biasanya lebih banyak dari yang muslim karena yang muslim mungkin sebagian sudah pulang kampung gitu yang nonmuslim nggak sehingga biasanya yang nonmuslim lebih banyak," ucap Fachrul.
Dia pun menyinggung soal penceramah yang diundang dalam acara bukber di rumahnya. Menurutnya, ceramah yang disampaikan kurang pas dalam konteks karena ada nonmuslim yang hadir sehingga dirinya tak lagi mengundang penceramah itu.
"Karena ini penting sekali. Kalau dia salah ngomong sudah mengganggu kerukunan. Omongannya nggak salah tapi mungkin kurang pas atau kurang kontekstual diangkat pada saat di forumnya itu ada nonmuslim. Itu kita jaga bersama," tuturnya.
Cerita lain yang disampaikan Fachrul adalah saat menjalankan operasi di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dia mengatakan saat itu dirinya memiliki pengawal nonmuslim namun tetap saling menjaga.
"Ternyata saya tahu, bahwa waktu saya operasi Timor Timur, ajudan saya waktu awal-awal operasi, pengawal dekat saya dua-duanya nonmuslim. Kebetulan komandan batalyon saya waktu itu nonmuslim. Dia dua pengawal dekatnya itu muslim. Jadi kami saling melindungi saja tidak persoalkan agamanya apa saya agamanya apa. Begitulah kerukunan hidup beragama itu," ucap Fachrul. [dtk]
Hal itu disampaikan Fachrul saat memberi sambutan dalam acara peluncuran Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) tahun 2019 yang dilakukan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama di Kantor Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (11/12/2019). Fachrul awalnya menyapa Luhut yang hadir.
"Ngomong-ngomong Pak Luhut saya jadi ingat, Pak Luhut itu orang Kristen yang baik. Saya alhamdulillah muslim yang baik. Tapi kami bersahabat luar biasa sekali," ujar Fachrul.
Dia mengatakan, saking dekatnya dirinya dan Luhut, ada istilah 'Di mana ada Luhut, di situ ada Fachrul' dan sebaliknya. Meski demikian, persahabatan itu tak mengganggu keimanan masing-masing.
"'Di mana ada Pak Luhut pasti ada Pak Fachrul di situ, kalau ada Pak Fachrul pasti ada Pak Luhut'. Begitu dekatnya kami tapi tidak sedikit pun mengganggu keimanan dan ketakwaan kami sesuai dengan agama yang kami anut," ujarnya.
Fachrul kemudian melanjutkan ceritanya saat dia mengundang para pemeluk agama selain Islam untuk menghadiri acara buka puasa di rumahnya. Dia mengatakan banyak teman-temannya yang nonmuslim hadir di acara bukber di rumahnya.
"Tiap tahun pasti ada buka puasa bersama di rumah saya, teman-teman nonmuslim pasti hadir semua. Biasanya lebih banyak dari yang muslim karena yang muslim mungkin sebagian sudah pulang kampung gitu yang nonmuslim nggak sehingga biasanya yang nonmuslim lebih banyak," ucap Fachrul.
Dia pun menyinggung soal penceramah yang diundang dalam acara bukber di rumahnya. Menurutnya, ceramah yang disampaikan kurang pas dalam konteks karena ada nonmuslim yang hadir sehingga dirinya tak lagi mengundang penceramah itu.
"Karena ini penting sekali. Kalau dia salah ngomong sudah mengganggu kerukunan. Omongannya nggak salah tapi mungkin kurang pas atau kurang kontekstual diangkat pada saat di forumnya itu ada nonmuslim. Itu kita jaga bersama," tuturnya.
Cerita lain yang disampaikan Fachrul adalah saat menjalankan operasi di Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dia mengatakan saat itu dirinya memiliki pengawal nonmuslim namun tetap saling menjaga.
"Ternyata saya tahu, bahwa waktu saya operasi Timor Timur, ajudan saya waktu awal-awal operasi, pengawal dekat saya dua-duanya nonmuslim. Kebetulan komandan batalyon saya waktu itu nonmuslim. Dia dua pengawal dekatnya itu muslim. Jadi kami saling melindungi saja tidak persoalkan agamanya apa saya agamanya apa. Begitulah kerukunan hidup beragama itu," ucap Fachrul. [dtk]