RIDHMEDIA - Kekecewaan Wakil Bupati Kabupaten Nduga, Papua, Wentius Nemiangge sudah memuncak setelah satu orang warganya (Hendrik Lokbere) kembali menjadi korban penembakan.
Wentius menyatakan seolah tidak mendapat perhatian dari pemerintah pusat meski menyandang jabatan sebagai Wakil Bupati.
Ia kerap meminta kepada pemerintah untuk menarik dan menyetop pengiriman pasukan TNI-Polri di wilayahnya.
Bahkan, menurutnya, sudah berulang kali ia datang menghadap kepada Menteri, DPR, Panglima TNI dan Kapolri menyampaikan aspirasi warganya itu namun bertepuk sebelah tangan.
Wabup Kabupaten Nduga
“Sampai hari ini permintaan kami tidak pernah direspon, bahkan penembakan terhadap warga sipil terus terjadi,” ujar Wentius mengungkapkan kekecewaannya di hadapan ratusan masyarakat Nduga yang berkumpul di Bandara Kenyam, Senin (23/12/2019).
Karena tidak pernah digubris itulah, ia merasa hanya sekadar dijadikan alat negara saja karena tidak memberikan pengaruh pada suara rakyat di bawah.
“Kami ini adalah perpanjangan tangan presiden di daerah, tapi sejauh ini kami tidak ada nilainya, kami tidak dihargai,” tegasnya.
Wabup Nduga Wentius Nemiangga/Andy
“Permintaan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah pusat, lalu untuk apa kami ada? Kami hanya dijadikan boneka oleh pemerintah,” lanjutnya.
Sejak jatuh korban akibat adanya penembakan itu, ia sudah melepas seragam kepemerintahannya.
“Seragam sudah saya buka dan letakan bersama korban,” kata dia.
“Maka mulai hari ini saya meletakan jabatan saya sebagai Wakil Bupati Nduga. Dan mulai hari ini saya akan kembali menjadi masyarakat biasa,” katanya lagi.
Dilansir Mediaindonesia.com, Selasa (24/12/2019), Anggota DPR Papua, Laurenzus Kadepa membenarkan aksi mengundurkan diri Wabup Nduga tersebut.
Ia mengatakan aksi Wentius merupakan bentuk protesnya terhadap operasi militer yang terus menerus dilakukan pemerintah pusat yang berulangkali ditolaknya namun tak didengar.
“Beliau luar biasa, karena dia punya hati nurani untuk masyarakatnya,” ucapnya.
Laurenzus menyatakan salut atas keberanian Wabup Nduga yang tegas membela rakyatnya itu. Politisi Nasdem itu juga membenarkan sikap pemerintah pusat yang tidak menggubris aspirasi dari Pemerintah Daerah Nduga.
“Jujur saja selama ini aspirasi pemerintah daerah Kabupaten Nduga dan Papua tentang krisis warga Nduga tidak pernah didengar pemerintah pusat,” ungkapnya.
Padahal, lanjutnya, Pemda itu perpanjangan pemerintah pusat di daerah. “Ini penyebab mundurnya Pak Wabup Nduga. Dia tidak mau rakyatnya ditembak terus akibat perang antara TPNPB dan TNI Polri,” ucapnya.
Dampaknya, kata dia, adalah puluhan ribu rakyat Nduga mengungsi ke hutan dan kabupaten tetangga. Mereka kehilangan hak hidup, ekonomi, kesehatan, pendidikan, ibadah Natal tidak bisa dan lain-lain.
“Jadi ini sudah bentuk frustrasi juga,” ungkap Laurenzus.
Pemerintah kerap berdalih dengan mengirim terus menerus pasukan militer dalam jumlah besar ke Nduga dengan alasan pengejaran terhadap kelompok Eginus Kogoya.
Di media sosial, aksi pengunduran diri Wabup Nduga di depan ratusan masyarakat itu pun viral.
Dengan gayanya tanpa seragam dan bercelana pendek juga tanpa alas kaki, Wabup Nduga Wentius berbicara menyatakan pengunduran dirinya.
Ia duduk di atas jalan di kawasan Bandara Kenyam sambil mendapat perhatian masyarakat.
Postingan akun @jayapuraupdate misalnya setelah mengunggah aksi Wabup Nduga tersebut di retweet lebih dari 1.800 orang.
“Ini kepala daerah yg patut dicontoh. Dia dipilih oleh masyarakat (rakyat), maka sepatutnya bekerja dan mengabdi untuk masyarakatnya. Pemimpin yg betul-betul amanah..” kata pemilik akun @hdverry.
“Respek dan hormat buat bapa Wentius Nimiangge. Sy org jawa sedih bc ini kaka. Salam damai Natal buat sodara2 di Nduga. Tuhan Yesus berkati,” ujar @luke_lifetree.
Sumber: pojoksatu.id
Wentius menyatakan seolah tidak mendapat perhatian dari pemerintah pusat meski menyandang jabatan sebagai Wakil Bupati.
Ia kerap meminta kepada pemerintah untuk menarik dan menyetop pengiriman pasukan TNI-Polri di wilayahnya.
Bahkan, menurutnya, sudah berulang kali ia datang menghadap kepada Menteri, DPR, Panglima TNI dan Kapolri menyampaikan aspirasi warganya itu namun bertepuk sebelah tangan.
Wabup Kabupaten Nduga
“Sampai hari ini permintaan kami tidak pernah direspon, bahkan penembakan terhadap warga sipil terus terjadi,” ujar Wentius mengungkapkan kekecewaannya di hadapan ratusan masyarakat Nduga yang berkumpul di Bandara Kenyam, Senin (23/12/2019).
Karena tidak pernah digubris itulah, ia merasa hanya sekadar dijadikan alat negara saja karena tidak memberikan pengaruh pada suara rakyat di bawah.
“Kami ini adalah perpanjangan tangan presiden di daerah, tapi sejauh ini kami tidak ada nilainya, kami tidak dihargai,” tegasnya.
Wabup Nduga Wentius Nemiangga/Andy
“Permintaan kami tidak pernah digubris oleh pemerintah pusat, lalu untuk apa kami ada? Kami hanya dijadikan boneka oleh pemerintah,” lanjutnya.
Sejak jatuh korban akibat adanya penembakan itu, ia sudah melepas seragam kepemerintahannya.
“Seragam sudah saya buka dan letakan bersama korban,” kata dia.
“Maka mulai hari ini saya meletakan jabatan saya sebagai Wakil Bupati Nduga. Dan mulai hari ini saya akan kembali menjadi masyarakat biasa,” katanya lagi.
Dilansir Mediaindonesia.com, Selasa (24/12/2019), Anggota DPR Papua, Laurenzus Kadepa membenarkan aksi mengundurkan diri Wabup Nduga tersebut.
Ia mengatakan aksi Wentius merupakan bentuk protesnya terhadap operasi militer yang terus menerus dilakukan pemerintah pusat yang berulangkali ditolaknya namun tak didengar.
“Beliau luar biasa, karena dia punya hati nurani untuk masyarakatnya,” ucapnya.
Laurenzus menyatakan salut atas keberanian Wabup Nduga yang tegas membela rakyatnya itu. Politisi Nasdem itu juga membenarkan sikap pemerintah pusat yang tidak menggubris aspirasi dari Pemerintah Daerah Nduga.
“Jujur saja selama ini aspirasi pemerintah daerah Kabupaten Nduga dan Papua tentang krisis warga Nduga tidak pernah didengar pemerintah pusat,” ungkapnya.
Padahal, lanjutnya, Pemda itu perpanjangan pemerintah pusat di daerah. “Ini penyebab mundurnya Pak Wabup Nduga. Dia tidak mau rakyatnya ditembak terus akibat perang antara TPNPB dan TNI Polri,” ucapnya.
Dampaknya, kata dia, adalah puluhan ribu rakyat Nduga mengungsi ke hutan dan kabupaten tetangga. Mereka kehilangan hak hidup, ekonomi, kesehatan, pendidikan, ibadah Natal tidak bisa dan lain-lain.
“Jadi ini sudah bentuk frustrasi juga,” ungkap Laurenzus.
Pemerintah kerap berdalih dengan mengirim terus menerus pasukan militer dalam jumlah besar ke Nduga dengan alasan pengejaran terhadap kelompok Eginus Kogoya.
Di media sosial, aksi pengunduran diri Wabup Nduga di depan ratusan masyarakat itu pun viral.
Dengan gayanya tanpa seragam dan bercelana pendek juga tanpa alas kaki, Wabup Nduga Wentius berbicara menyatakan pengunduran dirinya.
Ia duduk di atas jalan di kawasan Bandara Kenyam sambil mendapat perhatian masyarakat.
Postingan akun @jayapuraupdate misalnya setelah mengunggah aksi Wabup Nduga tersebut di retweet lebih dari 1.800 orang.
“Ini kepala daerah yg patut dicontoh. Dia dipilih oleh masyarakat (rakyat), maka sepatutnya bekerja dan mengabdi untuk masyarakatnya. Pemimpin yg betul-betul amanah..” kata pemilik akun @hdverry.
“Respek dan hormat buat bapa Wentius Nimiangge. Sy org jawa sedih bc ini kaka. Salam damai Natal buat sodara2 di Nduga. Tuhan Yesus berkati,” ujar @luke_lifetree.
Sumber: pojoksatu.id