Adu Jago Pasukan Khusus Indonesia dan China di Natuna

Ridhmedia
07/01/20, 06:59 WIB

Ridhmedia - Pascainsiden masuknya kapal nelayan asal China ke perairan Natuna, Kepulauan Riau, secara ilegal menyebabkan hubungan Indonesia dan China menegang. Padahal, menurut Konvensi United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982, perairan Natuna masuk ke dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Namun, China mengklaim perairan Natuna menjadi bagian dari nine dash line, yaitu garis yang dibuat sepihak oleh China tanpa melalui konvensi hukum laut di bawah PBB atau UNCLOS.

Jika menilik soal kekuatan militer, harus diakui jika China jauh di atas Indonesia. Baik jumlah personel maupun alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Akan tetapi, ada kekuatan lain yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL). Bahkan, Pasukan Khusus Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy SEAL) saja takjub.

Kekuatan yang dimaksud adalah Komando Pasukan Katak (Kopaska), Batalion Intai Amfibi (Yon Taifib), dan Detasemen Jala Mengkara (Denjaka). Selain itu, China pun memiliki pasukan khusus Angkatan Laut yang menjaga kepentingan Tirai Bambu di samudera, yaitu South Blade, Eagle, dan Dragon Commando.

Berdasarkan data yang dikelola VIVA, Selasa, 7 Januari 2020, mari kita ulas enam kekuatan pasukan khusus Indonesia dan China:

Kopaska dan South Blade Commando


Salah satu pasukan khusus tertua di Indonesia ini pengalamannya bejibun. Dibentuk pada 31 Maret 1962. Beberapa spesialis mereka adalah demolisi bawah air, perebutan pantai dan pangkalan, mengakomodir pendaratan-pendaratan kekuatan amfibi, dan masih banyak lagi yang lain.

Uniknya, meski jawara di ranah kelautan, prajurit Kopaska juga andal di darat maupun udara. Jadi, dalam keadaan tertentu mereka bisa dimasukkan ke dalam Paskhas TNI AU ataupun Kopassus TNI AD.

Secara umum kualifikasi Kopaska adalah ranah kelautan. Tapi, secara khusus mereka punya satu kemampuan lain. Ya, mereka ahli dalam pengawalan VVIP seperti presiden atau orang-orang penting lainnya. Tugas ini sudah dilakukan Kopaska sejak zaman Presiden Soekarno.

Ada begitu banyak misi yang pernah mereka lakukan. Beberapa di antaranya adalah Operasi Khusus Kikis Bajak dan Lusitania Expresso, buru perompak Sumatera, serta pengamanan Ambalat. Kalau misi di luar negeri, Kopaska pernah tergabung dalam unit PBB untuk berbagai aksi pengamanan. Mulai dari misi Irak, Sudan Selatan, Lebanon, sampai Bosnia.

Unit Pasukan Khusus Wilayah Militer Guangzhou - "South Blade" atau "South China Sword". Unit ini didirikan pada 1988 sebagai kelompok pengintaian khusus utama Tentara Pembebasan Rakyat China Angkatan Laut (PLAN). Pada 2000, kewenangannya diperluas menjadi unit operasi khusus PLAN yang mampu melakukan operasi udara, laut dan darat, mirip seperti US Navy SEAL.

Pelatihan dasar unit ini mencakup lari lintas alam, memanjat, berenang, dan menembak. Para prajurit pasukan khusus ini juga harus terbiasa mengoperasikan 15 teknologi canggih termasuk navigasi GPS, penglihatan malam, dan pengintaian foto.

Yon Taifib dan Eagle Commando


Dibentuk pada 18 Maret 1961, Yon Taifib memiliki tugas-tugas khusus seperti pengintaian dari laut, darat, hingga udara secara sempurna melalui latihan-latihan yang sangat ketat.

Karena itu, pasukan khusus kebanggaan TNI AL ini memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan pasukan yang lain. Pasukan ini memiliki ciri berupa latihannya yang super ketat.

Seorang calon anggota YonTaifib harus menjalani latihan yang ketat baik di darat, laut, dan udara. Mereka ditekan hingga tingkat stres tinggi untuk mengetahui kemampuan bertarung dan bertahan hidup di kondisi apa pun.

Program-program latihan yang dijalankan oleh calon anggota Yon Taifib sangar berisiko tinggi. Mereka harus bisa berenang di lautan dengan kaki dan tangan terikat sejauh 3 km. Mereka digembleng untuk mampu segala masalah yang ada dengan cepat dan tepat.

Unit Pasukan Khusus Wilayah Militer Jinan - Eagle. Para prajurit dari unit ini dikatakan fokus pada pelatihan untuk meningkatkan daya tahan kardiovaskular, termasuk mampu berlari setidaknya 3.300 meter dalam waktu kurang dari 12 menit.

Mereka juga dilaporkan terlibat dalam pelatihan tempur tangan kosong (hand-to-hand combat) dan kesehatan tradisional China, serta praktik seni bela diri Qigong. Informasi lainnya yang didapat adalah Eagle Commando mampu menyelesaikan operasi khusus di darat, laut dan udara, sama seperti 'saudaranya', South Blade.

Denjaka dan Dragon Commando


Unit ini adalah 'magma-nya' TNI AL. Karena, gabungan dari Kopaska dan Yon Taifib. Para personel Denjaka biasa melakukan latihan menembak sasaran dalam jarak dekat dan saling berhadap-hadapan menggunakan peluru tajam.

Mereka juga melakukan demo penerjunan dari udara untuk membebaskan teroris dengan cara terjun di atas atap gedung atau kapal kecil yang sedang melaju di tengah laut.

Eksistensi Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) sebagai satuan antiteror aspek laut TNI dimulai sejak diterbitkannya Surat Keputusan KSAL No.Skep/2848/XI/1982 tertanggal 4 November 1982.

Isinya berupa pembentukan Pasukan Khusus Angkatan Laut (Pasusla) yang bertugas menanggulangi bermacam bentuk ancaman keamanan yang terjadi pada aneka wahana transportasi laut sipil, kapal perang TNI AL, maupun instansi penting yang berada di tepi pantai atau di tengah laut.

Ancaman dapat berupa aksi klandestin, sabotase, penyanderaan, maupun pembajakan konvensional. Selain penguasaan ilmu bertempur, Denjaka juga dibekali ilmu kejiwaan dan analisa situasi khusus. Sebelum melancarkan serangan, biasanya diajukan tim pendahulu yang bertindak sebagai negosiator dengan teroris.

Dragon Commando adalah pasukan elite yang merupakan paling kuat di China. Latihan mereka meliputi latihan keras di laut dan darat. Para prajuritnya lebih berorientasi ke misi-misi perang dan melakukan misi di luar negeri, menjaga perbatasan, ataupun menjadi pasukan intai amfibi.

Anggota pasukan ini dikenal dengan seragam hitam. Misi pertama yang diketahui publik adalah untuk menemani tiga kapal perang China dalam melindungi dan mengawal kapal komersial melawan perompak Somalia pada Desember 2008. Dragon Commando juga dilibatkan sebagai pasukan perdamaian di bawah mandat PBB.

Sejak saat itu, pasukan khusus ini telah berpartisipasi dalam misi anti-pembajakan di Teluk Aden, Yaman, selama lebih dari 300 hari, serta membantu mengevakuasi 225 warga negara asing dan hampir 600 warga China dari pelabuhan selatan Yaman di Aden selama akhir Maret 2015, selama Perang Saudara Yaman.[vv]
Komentar

Tampilkan

Terkini