Ridhmedia - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menganggarkan duit miliaran untuk menambah sistem peringatan dini bencana yang disebut bukan toa biasa. Bagaimana ceritanya?
BPBD mengatakan bakal menambah enam Disaster Warning System (DWS) pada tahun 2020 dengan anggaran Rp 4,073 miliar. BPBD menyebut DWS ini bukan seperti pengeras suara atau toa yang umum ditemukan.
"Pengeras ini bukan toa biasa karena bisa dipantau dari Pusdatin untuk langsung ke lokasi yang ada. Anggaran tersebut sudah ada di e-bugedting," ucap Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin), Muhammad Insyaf, saat dihubungi, Kamis (16/1/2020).
DWS itu sendiri merupakan menara yang bisa memberikan peringatan dini bagi kawasan di bantaran kali. Petugas BPBD akan menginformasikan bahwa pintu air sudah Siaga 3 atau waspada. Saat ini sudah ada empat belas sistem peringatan dini bencana di Jakarta dan akan ditambah 6 lagi.
"Penjelasan fungsi alat, alat berupa speaker jarak jauh yang berfungsi mengumumkan Informasi kepada masyarakat pada daerah rawan banjir yang dibunyikan saat pintu air sungai alirannya Siaga 3 (Waspada). Rencana pemasangan tahun 2020 di enam kelurahan," ucap Insyaf.
Sistem peringatan dini itu juga bakal dipasang di dekat permukiman warga. Enam lokasi baru yang bakal dipasangi bukan toa biasa tersebut adalah Bukit Duri, Kebon Baru, Kedaung Kali Angke, Cengkareng Barat, Rawa Terate dan Marunda.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga angkat bicara tentang rencana BPBD DKI Jakarta menambah enam alat DWS. Dia menyebut alat itu kemungkinan merupakan pengembangan dari Early Warning System (EWS) bantuan Jepang tahun 2014. Menurut BNPB, alat tersebut memang terbilang cukup mahal.
"Ini kayaknya pengembangan EWS (Early Warning System) bantuan Jepang. Ini toa seperti yang dipakai di Jepang, jadi memang mahal," kata Kepala Pusdatinkom BNPB Agus Wibowo kepada wartawan, Kamis (16/1).
Agus mengatakan alat DWS tersebut dapat dikendalikan dari jarak jauh, alat tersebut pun seperti yang dipakai oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Menurut Agus, alat DWS sudah sesuai dengan kebutuhan peringatan dini bencana yang ada di Jakarta.
"Bisa dikendalikan jarak jauh. Seperti sirene yang dipakai BMKG," ujar Agus.
"Sudah sesuai (kebutuhan di Jakarta), itu standar seperti di Jepang," tambahnya.
Rencana tersebut pun menuai pro-kontra dari DPRD. Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta mengatakan rencana yang membutuhkan dana senilai Rp 4,073 miliar itu adalah program bagus. Gerindra mengatakan pemasang enam alat tersebut adalah program kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya.
Programnya bagus itu, itukan kelanjutan tahun-tahun sebelumnya kan sudah dipasang, sama deh dengan tahun sebelumnya tahun 2019, 2018, ke depan 2020 6 stasiun itukan. Bagus menurut saya memang harus begitu, harus lebih cepat," kata Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Gerindra, Syarif kepada wartawan, Jumat (17/1/2020).
Sementara itu, PDIP Jakarta menolak rencana tersebut. Menurutnya, lebih taktis kalau Pemprov DKI bekerja sama dengan BMKG untuk peringatan dini.
"Sekarang akan jauh lebih elegan, jauh lebih baik, jauh lebih taktis, kalau Pemprov DKI Jakarta bisa bergandengan tangan dengan BMKG untuk membuat peringatan dini itu secara lebih akurat gitu, akurasinya lebih bagus gitu loh, kalau Pemprov kerja sama dengan BMKG," ujar Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono.
"Apakah rasional untuk program sekian titik toa dengan menelan dana sekitar Rp 4 miliar itu? Kalau BPBD bilang itu cocok, ya itu kan elu yang bilang cocok," sambung Gembong.
Rincian anggaran pengadaan DWS bisa dilihat dalam Penyempurnaan RKA (Rencana Kerja Anggatan) RAPBD 2020, yang diunggah di apbd.jakarta.go.id. Berikut adalah rincian biaya pengadaan 6 DWS senilai Rp 4,073 miliar:
- 6 set Stasiun ekspansi peringatan dini bencana transmisi Vhf Radio, Rp 3,122 miliar.
- 6 set pole (menara) DWS, Rp 353,096 juta.
- 6 set modifikasi software untuk Telementry dan Warning Console, Rp 416,215 juta.
- 6 set coaxial arrester, Rp 14,124 juta
- 6 set 30W horn speaker buatan lokal, Rp 7,062 juta.
- 6 set storage battery 20AH, 24V, Rp 70,618 juta.
- 6 set 3 element yagi antenna, Rp 90,392 juta.
Total: Rp 4,073 miliar.(dtk)