Ridhmedia - Pegiat media sosial Denny Siregar membeberkan enaknya menjadi Jokower, sebutan untuk pendukung Joko Widodo (Jokowi). Denny menyebut jika Jokower penuh warna.
“Saya tadi masuk kok ramai sekali. Saya pikir di surga atau apa ya, kok ada 72 bidadari. Itulah enaknya menjadi Jokower ya,” canda Denny Siregar saat menjadi pembicara dalam Kilas Balik 2019 seperti dilansir dari Pojoksatu.id, Selasa (7/1/2020).
Penulis buku ‘Tuhan dalam Secangkir Kopi’ itu lantas membandingkan pendukung Jokowi dengan pendukung Prabowo Subianto.
“Saya kebayang kalau menjadi pendukung Prabowo. Mungkin (berpakaian) putih semua ya dengan jenggot yang panjang-panjang, di belakangnya ada Bang Japar, tegang semua situasinya,” kata Denny.
“Karena ini Jokower, kita warna-warni. Kita semua ceria. Apalagi kita menang. Kalau menang kita bebas,” tambah Denny.
Denny menyebut dirinya termasuk orang yang menikmati kemenangan Jokowi. Ia memaklumi apabila kekurangan Jokowi dalam memimpin Indonesia.
“Biarkan Jokowi sekarang melaksanakan tugasnya. Kalau pun ada hal-hal yang kurang, saya pikir itu biasa. Tidak ada hal yang sempurna di awalnya,” bebernya.
“Saya yakin Pak Jokowi sekarang sedang melakukan semua yang terbaik menurut dia, termasuk bagaimana merombak pemikiran-pemikirn, mindset-mindset dari budaya lama menjadi budaya baru,” katanya.
Ia mengucapkan selamat kepada Nadiem Makarim yang diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
“Semoga semua cara-cara lama bisa dirombak menjadi sesuatu bentuk yang baru, karena tidak mungkin kita akan berubah ketika masih memakai cara-cara yang sama,” imbuhnya.
“Mungkin akan banyak pertentangan karena kita sudah terbiasa dengan model-model yang lama. Tapi catat, saya akan di depan untuk membela supaya perjalanan konsep-konsep itu akan tetap berjalan,” tambah Denny.
Ia menyebut pendidikan di Indonesia butuh sesuatu yang baru. Tidak bisa lagi bermain dengan konsep-konsep lama yang terbukti sudah gagal menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang besar.
“Malah lulusan-lulusan dari sekolah itu muncul menjadi orang-orang yang punya pemikiran dangkal, baik terhadap toleransi, kerukukan, apalagi terhadap keilmuan,” tandas Denny.[ljc]