Diserbu Pekerja Asal China, Sultra Dinilai Rawan Virus Corona

Ridhmedia
28/01/20, 14:11 WIB

RIDHMEDIA - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mengantisipasi masuknya virus corona melalui tenaga kerja asing (TKA) China yang bekerja di perusahaan pemurnian nikel, Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sultra Andi Hasnah mengatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinkes Konawe agar melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap TKA yang berada di PT Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) Morosi.

"Di sana akan diadakan posko kesehatan," katanya, usai rapat koordinasi lintas sektor dalam pencegahan virus corona, Senin (27/1).

Ia mengatakan mobilitas TKA asal China ke Sulawesi Tenggara harus menjadi perhatian serius karena sumber virus corona berasal dari Negeri Tirai Bambu itu.

"Sultra potensi tersebar virus corona ini karena banyak pekerja China. Kita di sini setiap hari ada tenaga kerja asing dari China yang masuk," tambahnya.

Menurutnya, untuk mengantisipasi masuknya virus corona, sudah saatnya menghentikan sementara kedatangan TKA asal China.

Sejauh ini, kata dia, masuknya TKA asal China lewat Bandara Halu Oleo Kendari dan pelabuhan. Ia berharap, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) intens melakukan pemantauan terhadap kondisi kesehatan orang berkewarganegaraan China atau warga Indonesia yang baru pulang dari Tiongkok.

"Tapi kita juga tidak bisa terlalu agresif dengan kedatangan mereka. Kita tetap melalui standar operasional terutama mengenai penanganan infeksi emergency," imbuhnya.

Kepala Wilayah Kerja (Wilker) KKP Bandara Haluoleo Rahmawaty mengatakan pihaknya telah memasang alat pendeteksi suhu tubuh di pintu kedatangan Bandara Halu Oleo Kendari.

Hal ini untuk mengetahui kisaran suhu tubuh normal bagi penumpang, khususnya yang berkewarganegaraan China.

"Penumpang dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celsius langsung dilakukan penanganan lanjutan untuk mengetahui penyebabnya," jelasnya.

Meski demikian, kata dia, warga dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celsius tidak langsung diklaim terinveksi virus corona. Sebab, perlu ada uji laboratorium.

"Sejauh ini belum ada penumpang terdeteksi. Semoga kita di Sultra aman-aman saja dari bahaya virus ini," harapnya.

Lihat juga: Wabah Corona, Ortu Waswas Anak Kekurangan Logistik di Wuhan

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sultra La Ode Rabyul Awal menyebut, kewaspadaan terhadap masuknya TKA penting dilakukan mengingat masa inkubasi virus corona 2 sampai 14 hari.

"Sebab jangan sampai dia datang belum ada gejala. Nanti ada gejala setelah dia bekerja di sini," katanya.

Virus corona ini, menurutnya, sama seperti virus SARS dan Mers yang sempat membuat geger China dan di Timur Tengah. Semua virus ini, kata dia, lebih dulu menjangkit hewan kemudian menular ke manusia.

Di tempat yang sama, Plt Direktur Bahteramas dr Sjarif Subijakto menyebut pihaknya telah menyiapkan ruang isolasi untuk menangani pasien yang terpapar virus corona.

"Kita punya satu gedung isolasi awalnya untuk pasien TBC, tapi kita kosongkan untuk kesiapan ini (antisipasi pasien virus corona). Di sana ada 20 bad dan petugas yang terlatih," ujarnya.

Ia menyebut, sejauh ini pihaknya belum menangani pasien yang terpapar virus corona meskipun di Sultra banyak pekerja asing dari China.

"Yang dicurigai itu jika ada demam, batuk, sesak serta ada riwayat perjalan dari China. Kalau tidak ada riwayat perjalanan dari China, itu batuk pilek biasa saja. Tapi kita tetap harus waspada," tuturnya.

Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari PT VDNI, perusahaan yang banyak mempekerjakan TKA asal China. Konsultan TKA PT VDNI, Yuda Novendri Yustan belum memberikan jawaban saat dihubungi melalui telepon selulernya. [cnn]
Komentar

Tampilkan

Terkini