Ridhmedia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai kemunculan Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, jadi hiburan. Kemunculan keraton itu bikin geger dan berujung penetapan tersangka ke 'raja' dan 'ratu', Toto Santoso (42) dan Fanni Aminadia (41).
"Itu hiburan lah," kata Jokowi sambil tertawa saat ditanya oleh wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat (17/1/2020).
Kemunculan Keraton Agung Sejagat diikuti terkuaknya penipuan yang diderita para pengikutnya. Toto dan Fani menipu korbannya dengan modus menyetor biaya seragam hingga kartu anggota.
"Kepolisian telah mendapatkan bukti bahwa tersangka ini TSH dan FA ini adalah tindak pidana penipuan dengan modus membayar beberapa biaya. Ada misalnya untuk membayar seragam, kemudian kartu anggota, kemudian dengan cara bagaimana dia itu menyampaikan tentang simbol-simbol daripada kerajaan," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Argo Yuwono di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (15/1).
Argo mengatakan korban dari Toto dan Fanni tak hanya di Purworejo. Namun Argo tak menjabarkan dari daerah mana saja.
"Kebetulan dari korban tidak hanya dari Purworejo saja, ada juga dari luar Purworejo yang menjadi korban," ujar Argo.
Para pengikut Keraton Agung Sejagat diminta setor uang dan dijanjikan jabatan. Ada yang menyetor Rp 3 juta hingga Rp 110 juta demi mendapat jabatan yang dijanjikan oleh sang 'raja' dan 'ratu' keraton itu.
"Kami dalami dan lihat bahwa ada saksi yang katakan dia sudah keluarkan uang Rp 110 juta. Kemarin baru sebatas Rp 30 juta," kata Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Iskandar Fitriana Sutisna kepada wartawan di kantornya, Semarang, Kamis (16/1/2020).
Mereka pun rela utang untuk setor ke sang 'raja' demi mendapat janji jabatan serta gaji besar dengan mata uang dolar dari Keraton Agung Sejagat. Bahkan ada juga pengikut yang rela menjual tanah dan hewan ternak demi bisa menyetor uang ke keraton palsu itu.
Salah satu korban, Sudadi (70) berbagi kisahnya selama menjadi pengikut si raja Toto dan ratu Fanni. Dalam Keraton Agung Sejagat, dia mendapat jabatan sebagai maha menteri atau semacam menteri koordinator dengan pangkat jenderal bintang tiga.
Sudadi menambahkan, dia banyak mengeluarkan uang selama menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat. Tapi Sudadi tak menyebutkan jumlah uang yang dia keluarkan tersebut.
Mantan pengikut Keraton Agung Sejagat lainnya, Setiyono Eko Pratolo mengaku kapok karena terbuai janji manis Toto dan Fanni. Eko yang menyandang bintang tiga saat menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat, telah menyetorkan sejumlah uang karena percaya akan mendapat gaji nantinya.
Lain Eko, lain Hadi Suroso. Suroso merupakan warga Kecamatan Playen, Gunungkidul. Dia pernah menjadi koordinator lembaga bentukan Toto yakni Gunungkidul Development Committee (DEC) dan didapuk menjadi koordinator dan mendapat mandat merekrut anggota.
Suroso dijanjikan tunjangan 500 dolar setiap bulannya, namun tidak dijelaskan uang dolar dalam mata uang mana. Uang itu diklaim merupakan dana dari luar negeri untuk kesejahteraan anggota.
Padahal selama menjadi koordinator, Mbah Roso mengaku menanggung biaya operasional dan pengeluaran Gunungkidul DEC. Dia bahkan sampai menjual lahan pertaniannya karena duit yang dijanjikan tak kunjung terealisasi.
"Lha kalau saya seneng, Mas, dia tertangkap. Keplok-keplok (tepuk tangan) saya," ujar Roso.(dtk)