Ridhmedia - Sikap pemerintah komunis China yang melanggar kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah memicu ketegangan di publik tanah air.
Tidak sedikit rakyat ingin teriakan NKRI yang terus didengungkan di era Presiden Joko Widodo diimplementasikan secara konkret dalam menghadapi provokasi China di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di utara Natuna.
Namun demikian, sikap yang ditunjukkan pemerintah terkesan lembek. Pemerintah hanya menyatakan sikap tanpa diikuti aksi konkret atas apa yang telah dilakukan China.
Sementara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang diharapkan tegas bersikap malah menganggap China adalah sahabat.
Padahal, kata aktivis Iwan Sumule, apa yang dilakukan China tidak mencerminkan diri sebagai negara yang bersahabat.
Salah satunya pernyataan dari Jurubicara Kementerian Luar Negeri (Jubir Kemlu) China, Geng Shuang yang keukeuh mengklaim wilayah di utara Natuna sebagai milik mereka.
Geng bahkan mengacuhkan sikap Indonesia dan menyebut sikap Indonesia tidak akan mengubah fakta objektif bahwa China punya hak dan kepentingan di perairan terkait (relevant waters).
“Ini bukan statement negara yang dianggap sahabat dan negara yang mengedepankan dialog,” kata Ketua DPP Partai Gerindra itu di akun Twitter pribadinya, Minggu (5/1).
Menurutnya pernyataan Geng itu tampak suka-suka. Sedang Indonesia juga tampak suka menerima klaim itu.
Padahal sambungnya, Belanda yang pernah menjajak Indonesia saja tidak beransi menyoal mengenai batas wilayah yang dimiliki Indonesia saat ini.
“Eh yang pernah dipotong telinganya malah sok-sokan,” tuturnya menukil kisah Raja Singosari, Prabu Kertanegara yang memotong telinga utusan dari Mongol atau China.[rmol]