Kapal yang digunakan kedelapan WNI yang diculik di perairan Tambisan Lahad Datu Malaysia (ANTARA) |
RIDHMEDIA - Pada Kamis (16/1/2020) lalu, baru saja dikabarkan satu WNI bernama Farhan yang disandera kelompok Abu Sayyaf berhasil kabur kehutan kemudian diselamatkan militer Filipina. Hal ini menjadi kabar gembira setelah sebelumnya, 2 rekan Farhan berhasil dibebaskan militer Filipina pada 22 Desember 2019 lalu.
Namun kabar gembira itu tak berlangsung lama, Lima nelayan Indonesia dilaporkan kembali diculik saat berada di tepi timur perairan Sabah, Malaysia, tepatnya di Lahad Datu oleh kelompok Abu Sayyaf dari Filipina selatan.
Dilansir dari laman The Star, dilaporkan enam pria bersenjata berpakaian hitam menculik lima dari delapan nelayan dari sebuah kapal pada hari Kamis (16/1/2020) sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Komandan Komando Keamanan Sabah Timur (Esscom) Datuk Hazani Ghazali mengatakan, orang-orang bersenjata itu berada di sebuah speedboat dan melarikan diri ke negara tetangga setelah mengambil lima sandera.
Hazani mengaku mendapat laporan dari nelayan setempat pada Jumat (17/1/2020) yang menyebut telah melihat jaring ikan di daerah tersebut tetapi tidak dapat menemukan pukat atau krunya di sekitar perairan Tambisan.
Pasukan keamanan di bawah Esscom dikirim ke daerah itu segera dan pada jam 9 malam (Jumat), mereka menemukan kapal pukat menuju Tambisan dan menemukan tiga anggota awak di dalam.
Para awak yang diculik adalah kapten kapal Arsyad Dahlan (41), La Baa (32), Riswanto Hayano (27), Edi Lawalopo (53) dan Syarizal Kastamiran (29). Semuanya disebut sebagai orang Indonesia yang bekerja di perusahaan perikanan yang berbasis di Sandakan, Malaysia.
Kelompok-kelompok penculik untuk meminta tebusan, di bawah kendali orang-orang bersenjata Abu Sayyaf, Salip Murah dan Mike Apo.
Mereka telah mengintai di sepanjang perbatasan laut antara Sabah dan rantai pulau Tawi Tawi Filipina dalam perburuan mereka.
Perairan Tambisan yang berjarak hampir 10 menit dari pulau Tawi Tawi telah menjadi lokasi penculikan sebelumnya. [Rifa'i/Indopolitika.com]