RIDHMEDIA - Budi Gunawan melemparkan guyonan kepada Sandiaga Uno. Menurutnya olahraga esports dapat membuat Sandiaga memenangkan Pemilihan Presiden 2024.
Budi Gunawan, bekas polisi yang saat ini menjabat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), adalah Ketua Pengurus Besar (PB) Esports periode 2020-2024. Sementara Sandiaga ditunjuk sebagai dewan pembina organisasi yang sama.
Budi mengatakan "esports sangat strategis bagi yang mau maju di 2024" sebab para penggemarnya adalah anak-anak muda yang sudah punya hak pilih. Orang-orang inilah yang menurut Budi potensial memilih Sandiaga di masa depan.
"Kita curi start untuk kampanye, kan, tidak masalah," ujar Budi dalam acara pelantikan PB Esports di Hotel Kempinski Jakarta, Sabtu (18/1/2020), seperti dilaporkan Antara. Kelakar ini langsung disambut tawa para tamu undangan.
"Kami sangat meyakini bahwa dengan dukungan dari esports, maka kelompok milenial dan gen z akan bersatu untuk memenangkan Sandiaga Uno," tambahnya.
Politis
Budi barangkali tak bersungguh-sungguh bicara soal itu. Namun tetap saja pernyataannya dikritik. Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean, misalnya, mengatakan "sebaiknya [Budi] jangan menggunakan instrumen-instrumen pembinaan olahraga sebagai sarana politik."
Kepada reporter Tirto, Ahad (19/1/2020), Ferdinand mengatakan instrumen pembinaan seperti PB yang dijadikan alat politik justru akan membuat "prestasi olahraga kita akan makin merosot." "Kasihan olahraga kita tak berkembang."
Esports adalah olahraga baru yang saat ini tengah dikembangkan pemerintah. Sebelum ada PB, para atletnya telah mencatatkan sejumlah prestasi. Pada SEA Games 2019 di Filipina, ketika esports untuk kali pertama dipertandingkan, kontingen Indonesia sukses menyumbangkan dua medali perak.
Ferdinand yakin Sandiaga paham kondisi olahraga Indonesia saat ini. Karena itu dia yakin bekas pasangan Prabowo Subianto di Pilpres 2019 itu tak akan melakukan apa yang Budi harapkan.
Sandiaga memang paham perkara ini. Dalam kesempatan itu ia mengatakan olahraga dan politik, meski terkoneksi tapi tidak secara langsung, "harus dipisahkan karena ini murni berkaitan dengan peningkatan prestasi."
Ferdinand lantas mengaku mendukung Sandiaga menggunakan hak politiknya, tapi itu dilakukan di luar PB Esports. "Lagipula, masih pagi sekali bicara capres 2024 sekarang."
Kritik juga melayang dari Komisi X DPR RI yang mengawasi ranah olahraga. Wakil Ketua DPR RI Fraksi PKS, Abdul Fikri Faqih, meminta kepada seluruh pihak yang berwenang di organisasi tersebut untuk tidak memanfaatkan posisinya sekarang.
Abdul bahkan mengkritik lebih dalam dengan mengatakan "kelemahan cabor-cabor kita itu dikelola oleh pengurus yang pendekatannya pemerintahan, bahkan sangat politis, tidak mengedepankan profesionalitas."
"Sehingga yang jadi pengurus cenderung itu para pejabat [politik]," kata Abdul kepada reporter Tirto, Senin (20/1/2020) pagi.
Menurut Abdul Fikri, peran politikus dalam organisasi olahraga hanya akan menghambat. Ia mengambil contoh lewat kasus tenis meja yang saat ini punya tiga kelompok pengurus.
"Dampaknya cabor tenis meja ini tidak bisa ikut Asean Games, Sea Games, bahkan PON nanti pun tak dipertandingkan. Bukan tidak ada atlet andal, tapi lantaran pengurusnya tak bisa akur," katanya.
Ia merasa Komisi X DPR RI perlu membahas masalah ini dengan Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Zainudin Amali.
"Mesti kita diskusikan," katanya.
Organisasi olahraga yang dipimpin oleh seorang yang berlatar belakang polisi adalah hal jamak. Selain Budi Gunawan, ada Mochamad Iriawan yang menjabat Ketua Umum PSSI, Imam Sudjarwo sebagai Ketua Umum Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI), dan Oegroseno yang mengurusi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI).
Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto mengatakan organisasi olahraga yang diisi elite polisi memang rentan dipolitisasi. Dan hal tersebut potensial membawa dampak positif ke para pengurusnya mengingat beberapa cabang olahraga seperti sepakbola punya daya tarik kuat di masyarakat.
PSSI, misalnya, termasuk organisasi olahraga mewah yang menarik untuk direbut.
Namun, ia memberi garis bawah, hal tersebut tak akan berpengaruh jika olahraga yang mereka urus tak menelurkan prestasi apa pun. Justru hal sebaliknya akan terjadi.
"Masyarakat kita sudah semakin pintar dalam menilai. Tanpa ada prestasi yang dibanggakan, figur ketua organisasi hanya sosok simbolik saja, tak akan pernah menjadi magnet politik," kata Bambang saat dihubungi reporter Tirto, Senin sore.
Sumber: Tirto.id