Ngopi Sebelum Longsor, Warga Sukajaya Ini Hilang

Ridhmedia
10/01/20, 11:10 WIB

Ridhmedia - Amri (60) lebih memilih menyeruput secangkir kopi, ketimbang menyelamatkan diri sebelum longsor menerjang 19 rumah di Kampung Sinar Harapan, Desa Harkat Jaya, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, Rabu (1/1) pagi.

Pagi itu, Amri sebenarnya sudah meninggalkan rumah untuk berkebun, agak jauh dari rumahnya. Namun, sekitar pukul 07.30 WIB, dia kembali ke rumahnya dan meminta warga yang memiliki anak kecil agar segera pindah karena akan terjadi longsor.

"Dia di atas (gunung) melihat tanah sudah bergerak. Sama dia warga yang ketemu disuruh menyelamatkan diri. Cuma dia bilang juga nggak mau pergi, 'saya mau ngopi'," ujar sesepuh Kampung Sinar Harapan, Uci (50), Jumat (10/1).

Tidak ada yang mengira kampung yang dahulu bernama Kampung Rarangan ini, akan terkena musibah besar di awal tahun 2020. Karena sebelumnya, tidak pernah terjadi longsor separah ini hingga menimbulkan korban jiwa.

Uci mengungkap, 83 Kepala Keluarga (KK) terdampak longsor dan harus meninggalkan kampung. Sementara korban jiwa saat ini terhitung 7 orang dengan 4 orang di antaranya telah ditemukan, yakni Rumsah (60), Hudri (20), Asti (45) dan Carly (5).

Sementara Amri yang turut menjadi korban, hingga pencarian hari ke-8 kemarin, Kamis (10/1), belum juga ditemukan. Berikut dua orang lain yang belum ditemukan, yakni Saroh (25) dan Cici (5).

"Yang empat udah ditemukan mah ada yang di atas tanah kelihatan. Ada juga yang cuma tangannya aja kelihatan di tengah gundukan tanah longsor. Yang 3 lagi belum ketemu sampai sekarang," jelas Uci.

Warga Siap Direlokasi Pemerintah

Warga Kampung Sinar Harapan telah melakukan survey di sekitar pemukinan, untuk memastikan ada tidaknya ancaman longsor susulan. Mereka bahkan tidak menemukan adanya retakan tanah yang diprediksi akan memicu longsor.

Namun, kata Uci, hingga kini belum ada kepastian ke mana pemerintah akan merelokasi warga Kampung Sinat Harapan. Namun, warga meminta tempat relokasi tidak terlalu jauh dari Sinar Harapan.

"Tapi kalau kita diminta untuk pindah dan direlokasi, siap saja. Cuma warga inginnya jangan jauh-jauh dari sini. Soalnya, sedikit banyak ada yang punya tanah juga yang dijadikan kebun. Pemerintah lebih tahu lah," ujar Uci.

Kampung Sinar Harapan saat ini sudah laiknya kampung mati. Hampir tidak ada kehidupan di kampung ini, hanya beberapa warga terlihat mondar-mandir mengambil perabotan rumah mereka ke tempat pengungsian, seperti lemari es.

Uci sendiri sesekali mengunjungi rumahnya, karena penjarahan juga telah menyerang kampung ini.

"Ya soalnya waktu kejadian, warga nggak sempat lagi bawa barang-barang. Hewan ternak, uang tunai sampai barang lain banyak yang sudah hilang baik punya saya atau punya tetangga," katanya. [mdk]
Komentar

Tampilkan

Terkini