Oleh: Tony Rosyid
Dr. Joserizal Jurnalis Sp OT. Seorang aktifis kemanusiaan. Kini, ia telah menghadap Allah usai mengakhiri kontrak takdir dunianya di rumah sakit Harapan Kita. Tepat jam 00.38 WIB. Berpulang ke Sang Pencipta di usia muda 56 tahun. Terhitung sejak 11 mei 1963 ia dilahirkan sampai 20 Januari 2020.
Dalam kontrak takdir manusia, tempat dan tanggal lahir tak terlalu penting. Kapan, dimana dan bagaimana manusia berakhir kontrak hidupnya juga tidak begitu penting. Di jalan, di rumah sakit, sedang tidur di kasur, itu semua tak lebih dari pilihan Tuhan dan kebutuhan para penulis sejarah. Yang dilihat dari manusia adalah karya apa yang lahir saat kontrak berjalan.
Dr. Joserizal Jurnalis Sp OT sepertinya sadar itu. Tak ada guna hidup tanpa karya. Karya bukan untuk kebanggaan diri seperti identitas, status dan posisi. Tapi karya yang dibutuhkan dan bisa dinikmati oleh banyak orang. Maka, ia pun mendirikan Tim Kemanusiaan yang ia namai Medical Emergency Rescue Comitte. Publik lebih mengenal dan familier dengan istilah MER-C. Mudah diingat. Ingat MER-C, ingat Joserizal. Jangan lihat usianya, tapi lihat karyanya.
MER-C bekerja di wilayah konflik seperti Ambon, Maluku, Iraq, Afganistan dan sejumlah wilayah yang lain. Juga bekerja di wilayah bencana. Membantu korban dari sisi kemanusiaan. Berisiko dan taruhan nyawa itu pasti.
Diantara yang dilakukan MER-C adalah membangun Rumah Sakit di Gaza. Anda tahu bagaimana situasi di Gaza? Berapa jumlah perempuan dan anak-anak yang ditembak mati? Belum lagi jumlah remaja dan lelaki dewasa yang dibantai. Puluhan tahun tanpa ada jedah setiap saat senjata memakan korban. Mereka adalah muslim Palestina yang tanahnya dirampas. Sejengkal tanah yang dipertahankan sejak tahun 1947 telah mengubur jutaan nyawa mereka.
Saat pembangunan Rumah Sakit, puluhan pekerja konstruksi yang dibawa Joserizal terjebak di tengah perang. Mereka takut, lalu minta pulang? Tidak! Mereka bilang: kami akan selesaikan tugas ini hingga tuntas, meski risiko tertembus peluru dan terkena serpihan rudal. Amazing!
Hasilnya? Rumah sakit megah di Gaza terbangun. Dilengkapi dengan lantai underground. Ruangan khusus untuk korban emergency ketika perang sedang terjadi dan lantai atas dibombardir peluru kendali.
Inilah karya Joserizal. Karya anak Indonesia. Melalui tangan Joserizal, sumbangan rakyat Indonesia mengalir ke Gaza, membantu para korban perang. Atas nama kemanusiaan. Inilah jihad tepat guna dan sasaran. Inilah jihad yang sesungguhnya. Jihad kemanusiaan.
Indonesia butuh orang-orang seperti Joserizal. Gaza butuh orang-orang macam Joserizal. Dunia butuh Joserizal-Joserizal baru untuk lahir dan mengabdikan seluruh hidupnya bagi kemanusiaan.
Selamat jalan Pejuang dan Mujahidku. Jasamu abadi dan karyamu menginspirasi lahirnya Joserizal-Joserizal baru di setiap pelosok tanah yang diberi nama Indonesia. Dunia bangga padamu.
Jakarta, 20 Januari 2020.
(*)