Stop War! Iran vs AS Ujian Bagi Kekuatan Pengguna Internet Dunia

Ridhmedia
08/01/20, 12:46 WIB

Ridhmedia - Kalau dua orang berkelahi, kita wajib melerai tanpa memikirkan latar belakang keduanya. Jika sayup terdengar "biarin saja, kan bukan sebangsa, seagama dengan kita", maka itu adalah bisikan setan. Sering terjadi, warga sebuah kota saling angkat saja, membakar dan membunuh setelah dua orang adut mulut dan berantem. Itulah mengapa perkelahian dua orang jangan didiamkan apalagi divideokan.

Jika untuk tarung tangan kosong kita bertindak, tentu kita akan berbuat lebih mencegah perang antara Iran dan Amerika Serikat (AS). Melerai, mendamaikan termaktub dalam tujuan didirikannya Indonesia: "melaksanakan ketertiban dunia."

Seperti analogi perkelahian dua orang di atas, perang Iran dan AS sangat mungkin melibatkan negara lain. China dan Rusia sepertinya di pihak Iran, sementara Inggris dan beberapa negara Eropa bersama AS. Apa yang awalnya diduga sebagai "local disaster" bisa berubah menjadi Perang Dunia (World War).

Bagaimana pengguna media sosial menyikapinya? Aktif menyerukan perdamaian dan menolak ketidakadilan global adalah jawabannya. Masa depan dunia tidak bisa diserahkan pada keputusan seorang Ali Khamenei atau Donald Trump.

Bung Hatta jauh hari mengatakan, masa depan negara (dunia) tidak bisa diserahkan kepada orang per orang. Ini sekaligus menguji apakah benar media sosial melahirkan kesetaraan dan memberikan setiap orang kekuatan.

Selain itu, AS dan Iran adalah dua negara yang mendekati Indonesia dengan berbagai cara. Salah satunya lewat American Corner dan Iran Corner yang didirikan di beberapa kampus. Pengaruh kedua negara ini memang kuat di Indonesia.

Mereka kerap mengajari Indonesia tentang toleransi beragama, bahaya radikalisme, namun mereka justru pamer senjata pembunuh massal yang mematikan kebahagiaan dan merusak lingkungan. Sekarang, saatnya kita memengaruhi, memaksa mereka agar berhenti mengorbankan nyawa manusia dan merusak lingkungan.

Tidak cukup di hati, kita orang Indonesia perlu meneriakkan penolakan terhadap perang dan ketidakadilan global lewat apapun, termasuk lewat media sosial dan menandatangani petisi tolak perang. Kelak, anak cucu kita bisa melihat bukti bahwa kakek neneknya adalah pecinta perdamaian.

Sukarno pernah mengatakan di Sidang Umum PBB, 30 September 1960. "Bukan pelucutan senjata yang menyebabkan perdamaian, tapi pelucutan kebencian dari hati manusia".

Pengguna internet dan warga dunia harus mencegah perang. Pengguna internet di Indonesia yang berjumlah 171 juta orang bisa memengaruhi menjadi pelopor perdamaian dengan konsisten menyampaikan. "Hindari canda-candaan, meme atau konten lucu soal Perang Dunia ke-3, karena ini soal nyawa saudara-saudara kita sesama manusia. [dtk]
Komentar

Tampilkan

Terkini