Ridhmedia - Presiden Donald Trump menyampaikan pidato yang ditunggu-tunggu setelah Iran meluncurkan serangan balas dendam terhadap dua pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak. Serangan 15 misil Teheran saat kedua negara di ambang perang ini semakin memicu kekhawatiran masyarakat internasional bahwa konflik bisa mendorong Perang Dunia (PD) III.
Dilansir dari Sindonews.com, Kamis (9/1/2020), dalam pidatonya Gedung Putih, Trump menarik ancamannya untuk menyerang Teheran lebih lanjut. Dia juga menggambarkan Teheran telah mundur dan hal itu, menurutnya, merupakan hal yang baik bagi semua pihak. (Baca: Balas Dendam Iran Dimulai, Pangkalan AS di Irak Dibombardir)
Kendati demikian, dia tetap memperingatkan konsekuensi yang akan dirasakan negara para Mullah itu jika berkonflik dengan Amerika. "Rudal kami besar, kuat, akurat, mematikan, dan cepat. Fakta bahwa kami memiliki militer dan peralatan hebat ini, tidak berarti kita harus menggunakannya," katanya.
Trump, bagaimanapun, tetap berjanji akan menjatuhkan sanksi ekonomi baru terhadap Republik Islam Iran, di samping serentetan sanksi yang sudah diberlakukan sejak AS menarik diri dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) atau kesepakatan nuklir Iran 2015 pada tahun 2018.
"Sanksi yang kuat ini akan tetap (dijatuhkan)," katanya, seperti dikutip Russia Today. "Sampai Iran mengubah perilakunya." (Baca: Kata Trump, Serangan Rudal Iran Tak Makan Korban Jiwa)
"Iran harus meninggalkan ambisi nuklirnya dan mengakhiri dukungannya untuk terorisme," lanjut Trump. “Sudah tiba waktunya bagi Inggris, Jerman, Prancis, Rusia dan China untuk mengakui kenyataan ini. Mereka sekarang harus melepaskan diri dari sisa-sisa (perjanjian) JCPOA," imbuh pemimpin Amerika ini.
Trump baru-baru ini menyatakan bahwa AS akan melenyapkan 52 situs di Iran, termasuk situs budaya jika kepentingan Amerika diserang. Setelah mengeluarkan peringatan terhadap Teheran tentang bahaya senjata AS, Trump menyarankan bahwa Iran membuat kesepakatan baru sehingga nantinya bisa menjadi negara besar dan dapat bekerja sama dengan AS dalam bidang yang saling menguntungkan.
"ISIS adalah musuh alami Iran," katanya. “Penghancuran ISIS baik untuk Iran. Dan kita harus bekerja bersama dalam hal ini dan banyak prioritas bersama lainnya," papar orang nomo satu Amerika ini.
Serangan 15 misil Teheran terhadap pangkalan Ain al-Assad dan Erbil di Irak yang dioperasikan militer AS pada hari Rabu merupakan serangan balas dendam atas pembunuhan jenderal top Iran Qassem Soleimani oleh serangan udara AS di Baghdad pada hari Jumat pekan lalu. Jenderal Soleimani adalah komandan Pasukan Quds, sebuah pasukan elite dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.[ljc]