Ridhmedia - Polisi berencana menebang pohon Akasia di Dusun Krajan, Desa Mojosari, Kecamatan Puger, Jember. Pohon itu dipercaya warga mengeluarkan suara perempuan menangis. Pemilik pohon menangis dan masyarakat tidak keberatan asal penebangan dilakukan oleh pihak kepolisian.
"Warga nggak keberatan, tapi mereka ingin yang melakukan penebangan polisi sendiri. Kalau mereka yang melakukan, tidak berani," kata Kepala Desa Mojosari, Suparti saat dikonfirmasi, Sabtu (18/1/2020).
Menurut Suparti, ketakutan masyarakat menebang pohon berkaitan dengan pemahaman mistis di masyarakat. Sebab fenomena pohon menangis di masyarakat dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan supranatural.
"Ya mungkin ada pemahaman pohon itu memiliki kekuatan magis atau apa, mereka takut kalau menebang. Tapi kalau petugas yang melakukan mereka tidak keberatan," tambahnya.
Sebelumnya, Kapolsek Puger AKP Ribut mengatakan, polisi akan melakukan penebangan pohon menangis jika memang sudah menimbulkan keresahan dan efek lain di masyarakat. Petugas juga sudah melakukan koordinasi dengan pemilik pohon.
"Pemilik tidak keberatan, kita sudah koordinasi. Kalau memang akhirnya harus kita tebang akan kita lakukan," ungkap kapolsek.
Penebangan dilakukan untuk menjaga kondusivitas. Sebab ada kekhawatiran, lokasi pohon yang didatangi warga bisa menarik pelaku kriminalitas.
Di mana ada orang berkumpul dan menimbulkan keramaian, biasanya di situ akan muncul potensi tindakan kriminal. Misal, pencopetan atau pencurian motor. Ini yang kita jaga," tegasnya.(dtk)