Pernah ia menghadapi beberap tragedi yang mengancam keselamatan diri serta sahabatnya, yang nyaris celaka kalau tidak dengan tunjangan Allah swt. yang telah memperlihatkan kecerdasan dan kebesaran jiwa pada diri Mush'ab. Suatu hari, dikala ia sedang memperlihatkan petuah kepada orang-orang, tiba-tiba disergap oleh Usaid bin Hudlair kepala suku kabilah Abdul Asyhal di Madinah. Usaid menodong Mush'ab dengan menyentakkan lembingnya. Bukan main murka dan murkanya Usaid, menyaksikan Mush'ab yang dianggap akan mengacau dan menyelewengkan anak buahnya dari agama mereka, serta mengemukakan Tuhan Yang Maha Esa yang belum pernah mereka kenal dan dengar sebelum itu. Padahal berdasarkan anggapan Usaid, Tuhan-Tuhan mereka yang bersimpuh lena di tempatnya masing-masing gampang dihubungi secara langsung. Jika seseorang memerlukan salah satu di antaranya, tentulah ia akan mengetahui tempatnya dan segera pergi mengunjunginya untuk memaparkan kesulitan serta memberikan permohonan. Demikianlah yang tergambar dan terbayang dalam pikiran suku Abdul Asyhal. Tetapi Tuhannya Muhammad yang diserukan beribadah kepada-Nya oleh Mush'ab yang tiba kepada mereka itu, tiadalah yang mengetahui tempatnya dan tak seorang pun yang sanggup melihatnya.
Melihat kedatangan Usaid bin Hudlair yang murka bagaikan api yang sedang berkobar kepada orang-orang Islam yang duduk bersama Mush'ab, mereka pun merasa kecut dan takut. Tetapi Mush'ab sang duta pertama Islam tetap damai dengar air muka yang tidak berubah. Bagaikan singa hendak menerkam, Usaid bangun di depan Mush'ab dan As'ad bin Zararah, seraya berkata : "Apa maksud kalian tiba ke kampung kami ini, apakah hendak membodohi rakyat kecil kami ? Tinggalkan segera daerah ini, jikalau tak ingin segera nyawa kalian melayang!. Mush'ab bin Umair berkata, "Kenapa anda tidak duduk dan mendengarkan dulu? Seandainya andainya anda menyukai nanti, andan sanggup menerimanya. Sebaliknya jikalau tidak, kami akan menghentikan apa yang tidak anda sukai itu!"
Sebenarnya Usaid ialah seorang yang cendekia dan berpikiran sehat. Dan kini ini ia diajak oleh Mush'ab untuk berbicara dan meminta pertimbangan kepada hati nuraninya sendiri. Mush'ab hanya meminta semoga Usaid bersedia untuk mendengar apa yang akan disampaikan oleh Mush'ab, jikalau ia menyetujui, ia akan membiarkan Mush'ab dan jikalau tidak, maka Mush'ab berjanji akan meninggalkan kampung dan penduduk kabilah Abdul Asyhal untuk mencari daerah lain. Akhirnya Mush'ab duduk dan meletakkan lembingnya ke tanah untuk mendengarkan. Mush'ab kemudian membacakan ayat-ayat Al-Quran dan menguraikan dakwah yang dibawah oleh Nabi Muhammad Saw, maka dada Usaid pun mulai terbuka dan bercahaya, beralun berirama mengikuti naik turunnya bunyi serta meresapi keindahan ayat-ayat Al-Qur'an yang disampaikan oleh Mush'ab bin Umair.
Belum lagi Mush'ab simpulan dari uraiannya. Usaid pun berseru kepadanya dan kepada sahabatnya: "Alangkah indah dan benarnya ucapan itu! Dan apakah yang harus dilakukan oleh orang yang hendak masuk agama ini?" Maka sebagai jawabannya gemuruhlah bunyi tahlil serempak seakan hendak menggoncangkan bumi. Kemudian Mush'ab berkata: "Hendaklah ia mensucikan diri dari pakaian dan badannya, serta bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq di ibadahi melainkan Allah". Kemudian Usaid meninggalkan mereka dan kembali lagi sambil memeras air dari rambutnya, kemudian ia bangun sambil menyampaikan pengakuannya bahwa tiada Tuhan yang haq diibadahi melainkan Allah dan bahwa Muhammad itu utusan Allah.
Secepatnya isu itupun tersebar luas. KeIslaman Usaid disusul oleh kehadiran Sa'ad bin Mu'adz dan sehabis mendengar penyampaian Mush'ab, Sa'ad bin Mu'adz merasa puas dan masuk Islam pula. Langkah ini disusul pula oleh Sa'ad bin 'Ubadah. Dengan keislaman tiga orang ini, berarti selesailah perkara dengan banyak sekali suku yang ada di Madinah. Penduduk Madinah saling berdatangan dan bertanya-tanya sesama mereka: "Jika Usaid bin Hudlair, Sa'ad bin 'Ubadah, dan Sa'ad bin Mu'adz telah masuk Islam, apalagi kita tunggu. Ayolah kita pergi kepada Mush'ab dan beriman bersamanya! Kata orang, kebenaran itu terpancar dari celah-celah giginya!"
