Kisah Cowok Lugu, Sang Pencuri Pembawa Berkah

Ridhmedia
22/10/13, 18:45 WIB

Pada zaman dahulu disebuah pesantren ada seorang santri yang dikenal rajin mengaji dan shalat berjamaah. Ia dikenal dengan kualitas ketakwaannya, namun ia juga merupakan seorang cowok yang lugu. Setelah cukup usang cowok ini menimbah ilmu agama disebuah pesantren, alhasil sanggup juga menuntaskan semua pendidikan dengan nilai yang baik.

Ketika pada hari perpisahan deengan kiai, guru yang mengajarnya, sang Kiai menawarkan pesan yang tersirat kepada semua santri yang ada,


"Kalian semua dilarang menjadi beban orang lain dalam urusan apapun. Ingatlah, sesungguhnya orang alim yang mengenadahkan tangannya kepada orang-orang berharta; tak ada sebiji kebaikan pada dirinya. Pulanglah kalian ke rumah masing-masing semua. Bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Jangan hingga lupa bertakwalah kepada Allah Swt. dalam menjalankan pekerjaan tersebut."


Maka pulanglah cowok yang lugu ini dan sesampainya dirumah, ia kemudian bertanya kepada ibunya, "Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dilakukan ayah?" Sambil gemetar ibunya berkata, "Ayahmu sudah meninggal, apa urusanmu menanyakan pekerjaan yang dikerjakan ayahmu?"

Pemuda lugu ini terus mendesak biar ibunya memberitahu pekerjaan ayahnya. Lalu ibunya kemudian memberitahu bahwa ayahnya dahulu ialah seorang pencuri. Ibunya berkata, "Ayahmu itu dulu seorang pencuri. Untuk apa kamu bertanya menyerupai itu?"

"Pak Kiai memerintahkan kami untuk bekerja menyerupai pekerjaan ayahnya dan dijiwai dengan ketakwaan kepada Allah Swt. dalam melaksanakan pekerjaan itu." jawab cowok itu kepada ibunya.

Lantas, apakah dalam pekerjaan itu ada ketakwaannya?" Tanya sang ibu.

Kemudian dengan begitu polosnya, sang anak menjawab, "Ya, begitulah kata guruku."


Pemuda itu kemudian pergi bertanya kepada orang-orang, sekaligus berguru ihwal para pencuri itu dalam melaksanakan aksinya. Sekarang ia mengetahui bagaimana teknik mencuri yang ampuh. Suatu malam, sesudah shalat Isya' ia telah menyiapkan alat-alat untuk mencuri dan menunggu hingga semua orang tidur. Pada tengah malam, dikala suasana kampung sepi, ia keluar untuk bekerja menyerupai pekerjaan ayahnya, sebagaimana yang telah diperintahkan gurunya.

Ia mulai mendekati rumah tetangga terdekat sebagai target pencurian pertama. Saat hendak masuk ke dalam rumah, ia ingat pesan gurunya biar selalu bertakwa kepada Allah. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya rumah tetangga itu ditinggalkannya. Lalu ia melewati rumah lainn, ia berbisik pada dirinya, "Ini ialah rumah anak yatimm dan Allah telah memperingatkan biar tidak memakan harta anak yatim."

Ia pun terus berjalan hingga alhasil tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini mempunyai harta yang melebihi kebutuhannnya.

"Ha, disini," kata cowok lugu itu berkata. Pemuda lugu ini kemudian memulai aksinya. Ia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang telah dipersiapkannya. Setelah berhasil masuk rumah itu, ternyata besar dan banyak kamarnya. Ia berkeliling di dalam rumah hingga menemukan daerah penyimpanan harta. Ia membuka sebuah kotak yang berisi emas, perak, dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Ia pun termakan untuk mengambilnya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, "Eh, jangan, pak Kiai berpesan biar saya bertakwa kepada Allah. Barangkali pedagang itu belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya saya keluarkan zakatnya terlebih dahulu."

Pemuda lugu itu kemudian mengambil buku catatan yang ada disitu dan menghidupkan lampu lentera yang dibawanya. Ia membuka lembaran buku dan kemudian mulai menghitung dan memperkirankan jumlah zakat yang harus dikeluarkan oleh pedagang kaya tersebut. Kemudian ia memisahkan harta yang akan di zakatkan. Ia terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh ke jam dinding, waktu sudah mendekati jam tiga pagi. Hatinya berbisik, "Ingat takwa kepada Allah! Engkau harus melaksanakan shalat Tahajjud."

Iapun keluar dari kamar penyimpanan harta menuju ruang tengah rumah. Lalu, ia berwudhu di kolam air untuk selanjutnya melaksanakan shalat Tahajjud. Namun, waktu itu tuan rumah terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lampu yang menyala disalah satu kamar. Dilihatnya pula kotak harta terbuka dan ada orang sedang melaksanakan shalat.

"Apa ini?" Tanya sang istri penuh keheranan.
"Demi Allah, saya juga tidak tahu," jawab sang suami.

Lalu mereka menghampiri cowok itu dan bertanya, "Kurang ajar! Siapa kamu dan sedang apa engkau diisini?"

Pemuda itu berkata, "Shalat Tahajjud dulu gres bicara. Pergilah berwudhu, kemudian kita shalat bersama-sama. Tuan rumahlah yang berhak menjadi imam."

Karena khawatir cowok itu membawa senjata, mereka mmenuruti perintah cowok itu. Selesai shalat mereka bertanya, "Sekarang! Coba ceritakan, siapa engkau dan apa urusanmu?"

"Aku ini pencuri," jawab cowok itu.
"Lalu apa yang engkau perbuat dengan buku-buku catatanku itu?" Tanya tuan rumah lagi.
"Aku menghitung zakat yang belum engkau keluarkan selama enam tahun. Sekarang, saya sudah menghitungnya dan juga sudah saya pisahkan hartamu untuk dizakatkan, biar engkau sanggup memberikannya kepada orang yang berhak," jawab cowok yang menjadi pencuri itu.

Hampir saja tuan rumah itu dibentuk gila sebab keheranan. Lalu, ia berkata, "Hai, bergotong-royong ada apa denganmu. Apakah kamu ini gila?"

Kemudian si cowok lugu yang menjadi pencuri itu menceritakan perihal ia mencuri. Setelah mendengar dongeng cowok lugu itu dan mengetahui ketepatan dan kepandainnya dalam menghitung, kejujuran kata-katanya, serta mengetahui ihwal manfaat zakat, ia pergi menemui istrinya. Kemudian ia tiba lagi menemui pencuri itu dan berkata,

"Bagaimana sekiranya jika kamu saya nikahkan dengan putriku? Aku akan angkat engkau menjadi sekretarisku dan juru hitungku sekaligus menjadi kawan bisnisku. Engkau boleh tinggal bersama ibumu dirumah ini."

"Aku setuju," jawab cowok itu.


Pagi harinya merekapun menikahkan anak perempuannya dengan cowok sang pencuri yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt. Subhanallah!



(Dinukil dari "Kisah Paling Menggugah 1001 Keajaiban Ketakwaan" Karya : Lutfil Kirom az-Zumaro)
Komentar

Tampilkan

Terkini