Alex, Seminggu Berturut-Turut Dengarkan Al-Quran, Masuk Islam

Ridhmedia
31/10/13, 10:26 WIB



ALEX tak butuh waktu usang untuk memeluk Islam. Ketika ia menelusuri sejarah Al-Quran, ia sangat terpukau oleh kita suci yang tak pernah berubah selama 14 kala lebih ini. Berikut yaitu penuturannya bagaimana ia menjadi seorang mualaf.

“Saya mengucapkan syahadat pada tahun 2010, jadi praktis, saya masih sangat gres dalam Islam.
Ini yaitu keputusan terbaik yang pernah saya buat dalam hidup saya.
Saya sedang membaca Injil pada perayaan Thanksgiving tahun 2010, dan saya membaca beberapa buku ihwal Injil dan saya mulai bertanya. Saya mulai bertanya ihwal agama yang berbeda, dan sehabis itu saya bertanya ihwal Islam. Saya mulai melaksanakan penelitian lebih lanjut ihwal agama-agama lain, namun sebagian besar menciptakan saya tak tahan.

Lalu saya mulai meneliti ihwal sejarah Quran. Saya mencarinya di google. Saya tertarik bahwa Kitab itu ternyata masih utuh selama 14 abad, dan satu hal mengarah ke yang lainnya, dan saya terus mencari.
Tapi titik balik saya yaitu saat saya menemukan ihwal sejarah Kaabah. Saya dibesarkan oleh aliran Katolik, saya mendapat pengajaran di sekolah Kristen selama 8 tahun, dan saya tidak pernah diberitahu bahwa Kaabah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

Dan saat saya menemukan bahwa Kaabah dibangun oleh mereka, saya benar-benar marah. Aku merasa menyerupai dibohongi oleh Gereja Katolik.

Sebelum itu, saya tidak pernah percaya pada dosa, namun saya tidak pernah mengerti bahwa: di satu sisi mereka mengajarkan Sepuluh Perintah Tuhan, namun di sisi lain mereka menciptakan patung-patung , sehingga itu tidak masuk akal. Dan saat saya membaca Quran, saya menemukan Alquran Explorer , dan saya mendengarkan Alquran dalam bahasa Arab, dan dalam bahasa Inggris. Hanya dalam seminggu, saya yakin untuk mengcuapkan syahadat di depan computer. Dan sebulan kemudian, saya lakukan secara resmi di masjid.

Tantangan sehabis syahadat

Hal yang paling sulit saya kira yaitu keluarga saya.
Saya sudah berusaha menelepon semua keluarga saya, namun tidak ada yang menjawab. Tapi itu tidak mengapa, saya merasa sebagai orang paling bahagia, sehingga itu tidak menjadi dilema buat saya.
Saya ingin memberitahu mereka “Baca … Baca,” itu saja yang harus mereka lakukan, hanya membaca. Atau bahkan jangan membaca deh, dengarkan saja Alquran on-line, itu juga cukup.

Saya punya pengalaman soal Ramadhan pertama saya. Seumur hidup sebelunmnya saya tidak pernah berpuasa. Saya pikir saya tidak akan bisa berpuasa. Saya benar-benar takut bahwa saya akan gagal, tapi saya berdoa, meminta kepada Allah untuk membantu saya, untuk membimbing say, dan itu yaitu hal termudah yang pernah saya lakukan. Tiga hari pertama benar-benar sebuah perjuangan, tentu saja, tapi kemudian, setelahnya saya baik-baik saja.

Dalam Islam ada banyak disiplin, kesalehan, ada begitu banyak hal yang tidak bisa saya jelaskan.” [sa/islampos/onislam]
Komentar

Tampilkan

Terkini