Di Nirwana Tidak Ada Orang Tua?

Ridhmedia
17/04/14, 17:37 WIB


Suatu hari ada seorang nenek yang bertanya sama Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apa saya dapat masuk surga?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Di nirwana tidak ada orang tua.”

Mendengar balasan itu, si nenek tentu saja terpukul dan sangat sedih. Namun kekecewaannya tidak berlangsung lama. Rasulullah SAW kembali berkata, “Di nirwana yang tinggal hanya mereka yang muda. Orang yang sudah bau tanah di dunia akan kembali jadi muda ketika berada di surga.”

Para hebat hadits, menilai humor Rasulullah SAW ini, selain melahirkan senyum, juga membawa kabar gembira. Terutama bagi kalangan lansia. Dimaksudkan biar para lansia terus meningkatkan keimanan dan amalnya kepada Allah SWT.

Di lain waktu, Rasulullah SAW juga bercanda dengan sahabatnya, Anas bin Malik. Beliau memanggil Anas dengan panggilan, “Wahai Pemilik Dua Telinga!”

Tentu saja ini humor yang benar dan tidak keluar jalur. Anas bin Malik niscaya mempunyai dua telinga, bukan empat telinga.

Humor dan cara bercanda Rasulullah SAW tidak pernah lepas kontrol. Apa yang dilakukannya, tidak pernah melanggar kesopanan dan tidak ada mudaratnya.

Dalam literatur Islam masa lalu, cukup banyak tokoh-tokoh muslim yang telah menghasilkan karya-karya humor. Namun humor dan canda mereka selalu mengandung unsur akidah, muamalah dan akhlak. Di antaranya Nasruddin Hoja, Hani al Arabiy, dan Abu Nawas.

Para tokoh humor ini, digambarkan sebagai manusia-manusia unik. Dari ucapan dan perbuatan mereka, semuanya mengandung pengajaran dan dakwah.

Jadi, di dalam Islam sama sekali tidak ada larangan humor dan cara bercanda. Tentu saja selama masih berada dalam koridor yang benar. Kita tidak diperbolehkan bercanda yang berlebihan sampai akibatnya jatuh pada ghibah atau olok-olok.

Misalnya, memanggil nama seseorang dengan julukan cacat yang dimilikinya. Sebagai contoh, seorang yang kakinya mengalami keanehan semenjak lahir sampai jalannya agak terpincang-pincang, kemudian kita panggil dengan Si Pincang.

Meskipun panggilan itu benar, tapi dapat jadi olok-olok yang menyakitkan hati pemiliknya. Padahal, pastilah tidak ada orang yang ingin lahir dalam kondisi cacat.

Al Qur’an juga telah melarang dengan tegas perilaku olok-olok ini menyerupai yang tercantum dalam surat Al Hujurat ayat 11,

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan-perempuan lain, sebab boleh jadi wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok). Janganlah kau saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”



Sumber : Kanzunqalam's



Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+