Kisah Nabi Musa Dengan Seorang Pezina

Ridhmedia
11/07/14, 18:51 WIB


Pada suatu senja yang lenggang, terlihat seorang perempuan berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam mengambarkan bahwa ia berada dalam sedih cita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa hias muka atau suplemen yang menempel ditubuhnya. Kulit yang higienis tubuh yang ramping dan roman mukanya yang bagus dan ayu, tidak sama sekali sanggup menghapus kesan kepedihan yang tengah ia rasakan yang telah mengkoyak kehidupannya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam, "Silakan masuk."

Perempuan bagus itu kemudian berjalan masuk sambil kepalanya menunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah aku. Do'akan saya supaya Tuhan mengampuni dosa keji saya."

"Apakah dosamu wahai perempuan ayu?" tanya Nabi Musa terkejut.

"Saya takut mengatakannya. "jawab perempuan itu

"Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa.

Maka perempuan itupun dengan terpatah-patah ia bercerita ihwal dilema yang terjadi pada dirinya.

"Saya...telah berzina!"

Kepala Nabi Musa a.s terangkat, hatinya tersentak. kemudian perempuan itu meneruskan ceritanya.

"Dari perzinaan itu saya pun...lantas hamil. Setelah anak itu lahir, pribadi saya...cekik lehernya sampai...mati," ucap perempuan itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Nabi Musa berapi-api matanya. Dengan raut muka yang sangat murka ia menghardik perempuan itu, "Perempuan bejad, pergi kau dari sini! supaya siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku lantaran perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil memalingkan mukanya lantaran jijik melihat perempuan itu.


Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan beling membentur batu, hancur luluh lantak segera berdiri dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau kemana lagi melangkahkan kakinya, Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya bagaiman pula dengan insan lainnya yang bakal menolongnya. Terbayang olehnya betapa besar dosanya, batapa keji perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa a.s.


Sang Ruhul Amin Jibril bertanya kepada Nabi Musa,

"Mengapa engkau menolak seorang perempuan yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?"

Nabi Musa terperanjat, "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian perempuan pezina itu?"

Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril.

"Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada dosa perempuan yang nista itu?"

"Ada!" jawab Jibril dengan tegas.

"Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran.

Jibril menjawab, "Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina."


Mendengar klarifikasi ini Nabi Musa kemudian memanggil perempuan tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyadari orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan yaitu sama saja ibarat beropini bahwa sholat itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya.Berarti ia seolah-olah menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah dirinya.

Sedang orang yang bertaubat dan meratapi dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih memiliki keyakinan di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada dijalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan niscaya mau mendapatkan kedatangannya.


Dalam hadis Nabi Saw, disebutkan: "Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang yang memperabukan 70 buah Alquran, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya didalam ka'bah."

Dalam hadis lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadhonya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub yaitu delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakhirat perbandingannya yaitu seribu tahun di dunia.

Demikianlah KISAH NABI MUSA DAN WANITA PEZINA dan dua hadis Nabi Saw, mudah-mudahan sanggup menjadi pelajaran bagi kita semua. Apalagi kita kini berada di bulan yang penuh ampunan ini, yakni bulan suci Ramadan. Mari kita tingkatan keimanan serta senantiasa bertaubat kepada Allah SWT. Kepada Saudara kita yang belum juga hingga hari ini belum sholat, mari kita nasihati dengan baik dan penuh kesabaran, semoga Allah memperlihatkan hidayah kepada kita supaya tetap istiqomah dalam ketaatan dan saudara-saudara kita yang lain. amin ya Robbal "alamin

SUBHANAKALLAHUMMA WABIHAMDIKA ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIIK
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+