Kisah Seorang Siswi Palestina

Ridhmedia
24/07/14, 16:51 WIB

Ini ialah kisah wacana seorang siswi di sebuah sekolah putri di Palestina. Hari itu dewan sekolah berkumpul ibarat biasanya. Di antara keputusan dan rekomendasi yang dikeluarkan dewan dalam pertemuan ini ialah investigasi mendadak bagi siswi di dalam aula. Dan benar, dibentuklah tim khusus untuk melaksanakan investigasi dan mulai bekerja. Sudah barang tentu, investigasi dilakukan terhadap segala hal yang tidak boleh masuk di lingkungan sekolah ibarat hand phone berkamera, foto-foto, gambar-gambar dan surat-surat cinta serta yang lainnya.

Keamanan dikala itu nampak normal dan stabil, kondisinya sangat tenang. Para siswi mendapatkan perintah ini dengan bahagia hati. Mulailah tim pemeriksa menjelajah semua ruangan dan aula dengan penuh percaya diri. Keluar dari satu ruangan masuk ke ruangan lainnya. Membuka tas-tas para siswi di depan mereka. Semua tas kosong kecuali berisi buku-buku, pena dan peralatan kebutuhan kuliah lainnya. Hingga akibatnya investigasi selesai di seluruh ruangan kecuali satu ruangan. Di situlah bermula kejadian. Apakah tolong-menolong yang terjadi ?
Tim pemeriksa masuk ke ruangan ini dengan penuh percaya ibarat biasanya. Tim meminta izin kepada para siswi untuk mengusut tas-tas mereka. Dimulailah pemeriksaan.

Saat itu di ujung ruangan ada seorang siswi yang tengah duduk. Dia memandang kepada tim pemeriksa dengan pandangan terpecah dan mata nanar, sedang tangannya memegang erat tasnya. Pandangannya semakin tajam setiap giliran investigasi semakin bersahabat pada dirinya. Tahukah anda, apakah yang beliau sembunyikan di dalam tasnya ?
Beberapa dikala lalu tim pemeriksa mengusut siswi yang ada di depannya. Dia pun memegang sangat erat tasnya. Seakan beliau mengatakan, demi Allah mereka tidak akan membuka tas saya. Dan tibalah giliran investigasi pada dirinya. Dimulailah pemeriksaan.

“Tolong buka tasnya anakku”, kata seorang guru anggota tim pemeriksa. Siswi itu tidak pribadi membuka tasnya. Dia melihat perempuan yang ada di depannya dalam membisu sambil mendekap tas ke dadanya. “Barikan tasmu, wahai anakku”, kata pemeriksa itu dengan lembut. Namun tiba-tiba beliau berteriak keras : “Tidak..! Tidak..! Tidak..! ”

Teriakan itu memancing para pemeriksa lainnya dan merekapun berkumpul di sekitar siswi tersebut. Terjadilah debat sengit : “berikan..!” “Tidak..! Tidak..! Tidak..! “
Adakah diam-diam yang beliau sembunyikan? Dan apa yang tolong-menolong terjadi?
Maka terjadilah adegan pertarungan tangan untuk memperebutkan tas yang masih tetap berada dalam blockade pemiliknya. Para siswi pun terhenyak dan semua mata terbelalak. Seorang dosen perempuan bangun dan tangannya diletakan di mulutnya. Ruangan tiba-tiba sunyi. Semua terdiam. Ya Ilahi, apakah tolong-menolong yang ada di dalam tas tersebut. Apakah benar bahwa si Fulanah (siswi) tersebut.
Setelah dilakukan musyawarah akibatnya tim pemeriksa setuju untuk membawa sang siswi dan tasnya ke kantor, guna melanjutkan investigasi yang barang kali membutuhkan waktu lama.
Siswi tadi masuk kantor sedang air matanya bercucuran bagai hujan. Matanya memandang ke arah semua yang hadir di ruangan itu dengan tatapan penuh benci dan marah. Karena mereka akan mengungkap diam-diam dirinya di hadapan orang banyak. Ketua tim pemeriksa memerintahkannya duduk dan menenangkan situasi. Dia pun mulai tenang. Dan kepala sekolah pun bertanya, “Apa yang kamu sembunyikan di dalam tas wahai anakku..?”

Di sini, dalam saat-saat yang pahit dan sulit, beliau membuka tasnya. Ya Ilahi, apakah gerangan yang ada di dalamnya? Bukan.. Bukan.. Tidak ada sesuatu pun yang tidak boleh ada di dalam tasnya. Tidak ada benda-benda haram, hand phone berkamera, gambar dan foto-foto atau surat cinta. Demi Allah, tidak ada apa-apa di dalamnya kecuali sisa makanan (roti). Ya, itulah yang ada di dalam tasnya.

Setelah ditanya wacana sisa makanan yang ada di dalam tasnya, beliau menjawab, sesudah menarik nafas panjang.

“Ini ialah sisa-sisa roti makan pagi para siswi, yang masih tersisa separoh atau seperempatnya di dalam bungkusnya. Kemudian saya kumpulkan dan saya makan sebagiannya. Sisanya saya bawa pulang untuk keluarga saya di rumah. Ya, untuk ibu dan saudara-saudara saya di rumah. Agar mereka mempunyai sesuatu yang sanggup disantap untuk makan siang dan makan malam. Kami ialah keluarga miskin, tidak mempunyai siapa-siapa. Kami bukan siapa-siapa dan memang tidak ada yang bertanya wacana kami. Alasan saya untuk tidak membuka tas, semoga saya tidak aib di hadapan teman-teman di ruangan tadi.”
Tiba-tiba bunyi tangis meledak di ruangan tersebut. Semua yang hadir bercucuran air mata sebagai tanda penyesalan atas perlakukan jelek pada siswi tersebut.
Ini ialah satu dari sekian banyak peristiwa kemanusiaan yang memilukan di Palestina. Dan sangat mungkin juga terjadi di sekitar kehidupan kita. Kita tidak tahu, barang kali selama ini kita tidak peduli dengan mereka. Doa dan uluran tangan kita, setidaknya sanggup sedikit meringankan penderitaan mereka. Khususnya saudara-saudara kita di Palestina yang sampai sekarang terus dilanda bencana kemanusiaan tanggapan penjajahan Zionis Israel.




cerita-islami.com
Komentar

Tampilkan

Terkini

Peristiwa

+