Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Hati yang dalam istilah agama kita (Islam) disebut Qalb, memiliki peranan yang penting dalam kehidupun manusia, baik secara lahiriah maupun bathiniah. Hati merupakan segumpal daging dan sentra dari semua urat nadi bermuara, terletak di sebelah kiri dada yang disebut jantung. Ia mengalirkan darah kehidupan ke seluruh organ badan berdasarkan dosis tertentu dengan denyutan rata-rata setiap detik sekali. Bila hati berhenti bekerja, maka terhenti pulalah pedoman darah sehingga insan tidak sanggup bergerak lagi atau disebut mati.
Hati yang ma'rifat kepada Allah ialah hati yang dipancari oleh nur iman, sehingga hati seseorang yang telah berma'rifat (mengenal Allah), hati itu akan mengendalikan nalar yang selalu cenderung pada kehendak hawa nafsu. Dengan demikian hati yang dipancari oleh nur keimanan, akan bekerja sesuai dengan kehendak Allah Subhanahu wata'ala dan membawa nalar kearah menginsafi diri (mengenal diri), bahwa insan merupakan makhluk yang berkewajiban untuk memuliakan dan mematuhi perintah Sang Pencipta yang telah menyebabkan dirinya.
Jadi, hati yang ma'rifat kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, akan selalu ingin menjaga kesucian dari tipu daya akal, dunia, dan tipu kebijaksanaan amis iblis laknatullah. Selalu menjaga hatinya supaya tetap berada diatas akal, alasannya ialah nalar senantiasa menuruti hawa nafsu. Bila hati sanggup dipengaruhi oleh akal, maka akan hilanglah kesucian hati yang telah dipancari oleh nur iman. Sebab sesungguhnya hati itu tidak mau dikotori oleh sesuatu yang menempel pada dirinya. Banyak perbuatan seseorang yang bekerjsama tidak dibenarkan oleh hatinya sendiri, menyerupai mulutnya mengucapkan "tidak", tetapi hatinya menyampaikan "ya" yang bila kita teliti nyatalah kebenaran hati dan kebohongan mulut. Oleh alasannya ialah itu Allah selalu menilai perbuatan insan itu dari segi ikhsan, ketulusan dan keikhlasan hatinya. Jika hati itu mengarah kepada Allah, maka akan semakin baik pula kepercayaan seseorang, namun apabila hati mengarah kepada selain Allah, maka hati itu akan condong kepada kejelekan dan akan menjadi buruk hatinya. Akibatnya hati itu akan menjadi benda yang tidak berharga disisi Allah.
Sungguh bahagialah seseorang yang beriman dan tetap istiqamah dalam keimanan. Sebab seseorang akan senantiasa memelihara kesucian hati dan berhati-hati dalam memelihara kebersihan dan kesempurnaan hidupnya, alasannya ialah ia tahu benar bahwa Allah yang telah menyebabkan dirinya itu sangat bersahabat dan mengetahui semua perbuatannya, dan perbuatannya itu niscaya dicatat oleh malaikat. Sebagaimana Firman Allah berikut ini.
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah membuat insan dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih bersahabat dengannya daripada urat lehernya. (Yaitu) saat dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapakannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaf: 16-18)
Demikianlah jika kepercayaan telah tertanam di hati manusia. Kekhusyukan ibadahnya dan kesempurnaan perilakunya mencerminkan ketebalan kepercayaan di dalam dadanya, bersatu kata dengan perbuatannya, alasannya ialah dirinya telah mengenal Rabb Yang Maha Agung dan Maha Sempurna. Hatinya menjadi tenang dengan senantiasa menginggat Allah (Dzikrullah) dan ia akan mendapat derajat yang tinggi disisi Allah SWT.
"Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang dan diridhai-Nya. Masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surgaku." (QS. Al-Fajr: 27-30).