Oleh: Ihsan Tandjung
densus88Semenjak penguasa global dunia menggulirkan megaproyek War On Terror (WOT / Perang melawan terorisme) tidak sedikit aktifis da’wah Islam yang menyerupai menjadi salah tingkah dalam menjalankan acara da’wah. Pasalnya kian tahun kian terperinci bahwa istilah War On Terror hanyalah sebuah istilah yang faktanya di lapangan berbicara lain. Hampir semua kasus yang diberi label agresi teror selalu saja menimbulkan umat Islam sebagai fihak tertuduh. Bila acara yang serupa dilakukan oleh bukan muslim media Barat menyerupai seragam untuk tidak menyebutnya sebagai tindakan agresi teror. Bila sebuah agresi jelas-jelas bermuatan teror namun yang melaksanakan orang Barat bukan muslim, maka niscaya ada penjelasannya berdasarkan media Barat. Sebaliknya bila sebuah insiden masih bermotif multiinterpretasi maka ia segera dilabel sebagai agresi teror hanya alasannya pelakunya berasal dari kalangan muslim.
Semua hal di atas alhasil mengarah kepada suatu public opinion making (pembentukan opini umum) bahwa agresi teror identik dengan ummat Islam dan bahkan pemikiran Islam itu sendiri. Namun demikian penguasa global selalu membantah bahwa proyek WOT merupakan acara memerangi ummat Islam apalagi agama Islam. Akhirnya mereka merumuskan berdasarkan kemauan mereka sendiri apa yang merupakan pemikiran Islam dan siapa yang merupakan ummat Islam. Islam, kata mereka, ialah agama yang mengajarkan cinta tenang dan pemeluknya alias ummat Islam ialah mereka yang memahami jihad sebagai acara melawan hawa nafsu. Sehingga bilamana ada orang mengaku muslim namun melaksanakan tindak kekerasan atas nama jihad, berarti yang mereka lakukan itu bukanlah kepingan dari pemikiran Islam dan pelakunya bukanlah kepingan dari ummat Islam.
Karena hal ini berulang terus maka lambat-laun terbentuklah suatu opini bahwa siapa saja yang mengaku muslim dan terlibat dalam melaksanakan jihad dalam bentuk tindak kekerasan (baca: mengangkat senjata) berarti ia ialah teroris dan aksinya disebut terorisme. Malah siapa saja yang mengaku muslim dan oke –walaupun tidak pernah terlibat- dengan jihad dalam bentuk tindak kekerasan berarti ia ialah pendukung teroris dan pendukung agresi terorisme. Dan sebaliknya, siapa saja yang mengaku muslim dan tidak pernah terlibat dan tidak oke dengan jihad dalam bentuk tindak kekerasan berarti ia bukanlah teroris dan bukan pendukung terorisme. Apalagi kalau ia memiliki pandangan bahwa jihad bermakna usaha melawan hawa nafsu berarti inilah muslim yang sejati, muslim yang moderat berdasarkan kacamata dunia modern dan penguasa global.
Opini menyerupai di atas begitu berpengaruh disebarkan oleh media barat dan pro-barat sehingga sebagian aktifis da’wah pun turut menyuarakannya laksana beo. Maka muncullah di tengah ummat Islam para da’i yang menyerukan biar menjadi muslim sebagaimana dikehendaki oleh penguasa global barat cukup umur ini. Hendaknya ummat Islam menjadi muslim moderat yang cinta tenang yang bila berbicara jihad berarti maknanya ialah melawan hawa nafsu. Jangan pernah anggap jihad mengangkat senjata sebagai kepingan dari Islam moderat, bahkan kepingan dari Islam samasekali. Mereka inilah yang barangkali dimaksudkan oleh Rasulullah sebagai telah mengekor kepada fihak jago Kitab kemanapun mereka pergi bahkan hingga ke lubang biawak sekalipun.
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ سَلَكُوا
جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوهُ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
“Kamu akan mengikuti sikap orang-orang sebelum kau sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau mereka masuk ke lubang biawak pun kau ikut memasukinya.” Para sahabat lantas bertanya, “Apakah yang anda maksud orang-orang Yahudi dan Nasrani, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR Bukhary)
Maka muncullah di tengah ummat para aktifis da’wah yang menyeru kepada Islam berdasarkan kemauan penguasa global. Mereka menjadi agen-agen pendukung WOT dalam pengertian memerangi muslim mana saja yang memaknai Islam sebagai suatu pemikiran jihad fii sabilillah dalam pengertian perlawanan terhadap thaghut tiran dan penjajah. Namun oleh para aktifis da’wah mereka itu dilabel sebagai kaum radikalis dan teroris. Para aktifis da’wah ini tidak menyadari bahwa mereka telah masuk ke dalam perangkap jadwal penguasa global yang sejatinya memusuhi Islam dan kaum muslimin. Para aktifis da’wah ini telah salah menanggapi pernyataan George Bush yang pernah dilontarkan beberapa tahun yang kemudian yang berkata: ”It’s either you are with us (the international community) or with them (the terrorists)…!” (Kalian bersama kami -dunia internasional-atau bersama mereka -kaum teroris). Maka dengan naif dan konyolnya para aktifis da’wah tersebut menentukan bersama penguasa global. Jangan-jangan mereka telah memposisikan diri menjadi menyerupai yang Nabi sinyalir di hadapan sahabat Hudzaifah, yaitu menjadi:
دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ
Dai – dai yang mengajak ke pintu Jahanam.(HR Bukhary-Muslim)
Namun alhamdulillah di dalam badan ummat Islam masih saja Allah pastikan hadirnya para da’i sejati yang di tengah zaman penuh fitnah ini tetap memelihara identitas dan da’wah Islamiyyah yang otentik sebagaimana dikehendaki Allah dan RasulNya. Mereka ialah para aktifis da’wah yang di satu sisi faham bahwa Islam memang pemikiran yang cinta damai. Dan pemahaman mereka tidak ada kaitan dengan opini yang ingin dibangun oleh penguasa global.
Para da’i ini faham bahwa Islam cinta tenang alasannya memang demikianlah Allah ajarkan dan Rasulullah contohkan. Namun pada ketika yang sama para da’i sejati ini juga tetap menjelaskan tanpa keraguan bahwa Islam ialah pemikiran yang mengharuskan pemeliharaan izzul Islam wal muslimin (ketinggian pemikiran Islam dan kehormatan ummat). Sehingga para da’i murni ini tetap mengajarkan makna bekerjsama dari segenap pemikiran Islam, termasuk al-jihad fii sabilillah. Di satu sisi Nabi menyuruh kita biar senantiasa berharap kepada Allah keselamatan, ketenteraman dan kedamaian. Namun pada sisi lain Rasulullah juga menyuruh kita bersabar ketika musuh sudah berada di hadapan kita. Jangan lari. Sebab nirwana berada di bawah kilatan pedang.
أَيُّهَا النَّاسُ لَا تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فَإِذَا
لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ ظِلَالِ السُّيُوفِ
“Hai manusia, janganlah berangan-angan ingin segera bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah keselamatan. Namun kalau kalian telah berhadapan dengan musuh, maka bersabarlah. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya syurga di bawah naungan/kilatan pedang…”(HR Bukhary)
Berdasarkan hadits di atas terperinci terlihat bagaimana Nabi menganjurkan seorang muslim untuk mengutamakan keselamatan dan kedamaian. Namun pada hadits di atas pula Nabi peringatkan biar kita jangan lengah dan pasif bila sudah berhadapan dengan musuh. Bahkan di penghujung hadits terperinci sekali bahwa Nabi menginginkan biar setiap muslim senantiasa berada dalam keadaan siaga. Suatu kesiagaan yang boleh jadi hingga membutuhkan pengerahan senjata berperang di jalan Allah demi memelihara izzul Islam wal muslimin.
Berarti jelaslah, saudaraku. Pilihan hanya ada dua: menjadi seorang muslim lemah-lembut sambil sadar bahwa kapanpun kewajiban jihad telah muncul, maka ia harus bersegera menyambutnya. Atau menjadi menyerupai para dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Yaitu mereka yang membeo kepada pihak penguasa global kafir dari kalangan jago Kitab. Mereka ikut menyuarakan apa saja yang disuarakan penguasa global sehingga kalau disuruh masuk ke lubang biawak sekalipun, maka para da’i palsu inipun ikut saja. Na’udzubillahi min dzaalika.
eramuslim.com
